Melihat senyum merekah pada dua malaikar hatinya. Baek Seokjin tak bisa untuk tak ikut tersenyum bangga sambil melihat istrinya yang sedang menatapnya sekarang. Hanya dengan pandangan mata mereka sudah bisa berkomunikasi dan tahu apa yang keduanya rasakan. Begitulah jika menikah atas dasar cinta yang kuat. Hanya dengan gesture dan ekspresi wajah  bisa tahu perasaan pasangan.

Kegiatan Seokjin, Hana, dan Hyunjin tak hanya sekedar berpiknik saja. Mereka juga berencana untuk menaiki kapal pesiar yang akan membawa ketiganya mengarungi Sungai Han serta melihat pemandangan kota Seoul dengan gedung-gedung tingginya. Bagian terseru saat menaiki kapal ini adalah ketika burung camar yang berterbangan rendah menangkap makanan yang kalian berikan pada mereka. Tak puas hanya dengan kapal pesiar. Mereka melanjutkan kegiatan di Sungai Han dengan menyewa sepeda untuk menyusuri tepian yang penuh dengan banyak orang. Begitu tampak jelas hari ini. Tak ada satu hal apapun yang bisa menghentikan kebahagiaan mereka sebagai keluarga yang hangat dan harmonis. Ketiganya ingin selalu seperti ini sampai menua nanti. 

***** 

Seorang wanita dengan rambut pendek tampak tidur nyenyak di atas sofa yang putih. Selimut yang dipakainya sebagai pelindung tubuh dari angin yang lumayan dingin semalam. Suara berisik dari dapur membuat sensasi sendiri di gendang telinga Hyeri yang sampai membuatnya terbangun. Ia mengerjap sebelum membuka matanya lebar-lebar. Sebuah plafon rumah modern bercat putih menyadarkan Hyeri bahwa ia tak sedang di rumah atapnya. Sontak ia terkejut dan duduk tegak seraya melihat sekitar. Lega hatinya ketika melihat Seo Namjun yang tengah sibuk masak di dapur. Ah, sekarang ia paham bahwa suara berisik itu berasal dari dosen muda ini. 

“Kau sudah bangun?” tanya Namjun yang kini sedang memasukkan sup di sebuah mangkok khas korea. 

Hyeri tak menjawab namun hanya mengangguk singkat. Kepala wanita itu masih terasa pusing dan pengar. Seo Namjun membawa semangkuk sup buatannya mendekat ke arah Hyeri. Haejangguk dengan kuah merah kentalnya memang merupakan sebuah makanan pereda mabuk yang sudah ada dari zaman dahulu. Bisa dibilang ini adalah sup legenda orang Korea. Di sisi lain Jung Hyeri mencoba mengingat kembali apa yang sudah terjadi semalam. Kenapa ia bisa berada di rumah Namjun? 

“Makanlah ini untuk menghilangkan pengarmu,” perintah pria berlesung pipi itu. Hyeri tak menolak. Ia langsung menyantap dengan rakus masakan Namjun. Pria yang ada di sampingnya itu hanya bisa menggelengkan kepala seraya tersenyum tipis. Dia terheran-heran dengan sikap Hyeri. “Terima kasih atas muntahan di bajuku semalam, Hyeri-ya.” Mendengar ucapan Namjun sontak membuat Hyeri tersedak. Tenggorokannya terasa panas. Untung saja ada segelas air di depannya. Ia pun menghabiskan sekali tegukan. 

“Ye?” tanya Hyeri bingung. 

“Aku tanpa sengaja melihatmu tak sadarkan diri di tenda kaki lima. Aku bisa saja meninggalkanmu tapi aku tak tega. Selama perjalanan pulang aku menggendongmu di belakang. Kau tahu sekarang pinggangku terasa sakit. Aku tak menyangka kau seberat itu,” ledek Namjun yang hanya dibalas sebuah cengiran sinis dari Hyeri. 

“Maafkan aku sudah merepotkanmu. Berikan saja bajumu semalam padaku. Aku akan mencucinya karena memang itu tanggung jawabku,” tawar Hyeri. 

“Tidak perlu karena aku sudah mencucinya semalam" ujar Namjun menjeda ucapannya sesaat sebelum memberikan sebuah pertanyaan. Hyeri-ya, apa kau benar-benar tak ingat sesuatu semalam?”

Sebuah pertanyaan dari Namjun yang sangat menohok Jung Hyeri. Kalimat ini begitu mengerikan bagi semua orang yang tak sadarkan diri karena alkohol. Hyeri takut sudah berbuat yang tidak-tidak pada Namjun karena dirinya sedang mabuk berat. Apalagi motif dia meminum Soju sebanyak itu karena Seokjin. Bagaimana kalau dia tanpa sadar mencium Namjun atau semacamnya. Itu akan membuat harga dirinya hancur di mata sahabat Seokjin ini. Karena pertanyaan konyol itu Hyeri berusaha keras mengingat sesuatu semalam. 

“Aku sudah berusaha mengingat tapi hasilnya nihil. Aku tidak melecehkanmu, kan?” Namjun-ah?” tanya Hyeri ragu. Sebuah pertanyaan yang sukses membuat Namjun menahan tawa. Apa Jung Hyeri memang sepolos ini, batinnya. 

“Kau tidak melecehkanku. Tenang saja. Entah kau sadar atau tidak. Sepanjang perjalanan pulang kau selalu memanggil nama Seokjin,” ucap Namjun dengan wajah serius. 

Hyeri tak tahu harus bereaksi seperti apa. Yang jelas dia terus mencoba mengingat hal sekecil apapun yang sudah ia lakukan semalam. Setidaknya ia sudah mulai mengingat potongan-potongan memori itu kali ini. Satu-satunya kenangan semalam yang teringat jelas di otaknya adalah ketika dirinya mengirim sebuah pesan kepada seseorang. Hyeri lupa siapa dia. Maka dari itu ia mulai memeriksa ponselnya dengan hati-hati. Sampai pada suatu waktu ia menyadari satu hal. Ada sebuah pesan yang ia kirimkan pada Seokjin.  Sebuah pesan yang tak memiliki alasan jelas kenapa ia harus chat mantan kekasihnya. Wajah Jung Hyeri yang berantakan berubah pucat seketika saat ia membaca sebuah kata yang ia kirimkan ke suami orang. Perasaan shock dan rasa tak percaya menyelimuti seluruh jiwanya.

“Omo…omo…apa yang sudah aku lakukan? bagaimana ini?!!” teriak Hyeri panik setengah menangis.

TO BE CONTINUE

Makanya toh makanya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Makanya toh makanya. Move on jeng Hyeri.

 BROKEN (MARRIAGE LIFE) Where stories live. Discover now