“Tidak perlu,” jawab Hana ketus seraya mengusap-usap dahinya. 

“Kau tak boleh meremehkan benturan walau tak berbekas. Aku akan tetap membawamu,” debat Seokjin.

“Sudah aku bilang tidak perlu.” Kini nada bicara Hana sedikit meninggi. Entah kenapa ia begitu kesal dengan suaminya. Beruntung Hyunjin tak bersama mereka sekarang. Kejadian ini bisa melukai putrinya. 

“Aku akan tetap membawamu,” kekeh Seokjin. 

 “Baek Seokjin!” teriak Hana untuk kedua kalinya yang tak bisa lagi membuatnya bersabar. 

Ia memanggil nama suaminya dengan berteriak sambil menahan amarah. Seokjin tersentak seraya memandang istrinya penuh tanya. Ini kali pertama ia mendengar Hana semarah ini di hadapannya. Mungkin dia sangat salah sampai-sampai Hana begitu emosi. Usai meluapkan emosinya Hana hanya bisa diam melihat Seokjin. Sedangkan pria itu kini sibuk menjalankan mobilnya saat lampu lalu lintas sudah berwarna hijau. 

“Aku tahu kau sedang punya banyak pekerjaan di kantor. Apalagi event di Jeju akan diadakan bulan depan dan tinggal menghitung minggu. Tapi jika kau sedang bersamaku dan Hyunjin bisakah melupakan itu semua sebentar saja. Untung Hyunjin tidak bersama kita sekarang. Dia bisa saja terbentur.” Sungguh Hana benar-benar kesal. Jika mengingat keintiman mereka berdua semalam tak pernah terbayangkan olehnya jika dia akan memarahi Seokjin esok harinya segusar ini.

“Aku mengerti. Maafkan aku. Aku janji tak akan memikirkan pekerjaan lagi,” jawab Seokjin. Ada sebuah kebohongan dalam ucapan pria berhidung mancung itu. Bukan pekerjaan yang ia pikirkan melainkan pesan singkat dari mantan kekasihnya, Jung Hyeri. 

“Apa kau ingin aku menggantikanmu?” tawar Hana yang sudah merasa lelah. Ia tak mau keadaan yang sama terulang kembali. Seokjin pun menggeleng. 

“Tidak perlu. Aku bisa melakukannya.”

“Seokjin-ah,” panggil Hana dengan suara lirih. Seokjin menoleh. Sebuah kecupan hangat nan lembut di bibir ia dapatkan dari sang istri. Sebagai tanda permintaan maafnya yang sudah berani membentak suami.  “Maafkan aku tadi meneriakimu."

“Tidak apa-apa. Aku memang salah karena melamun. Mianhae,” ucap Seokjin dengan ekspresi yang penuh penyesalan. 

Hana tersenyum lebar seraya memegang tangan kanan suaminya yang disambut dengan senyum kebahagiaan oleh Seokjin. Perjalanan pun mereka lanjutkan kembali menuju rumah Sohee sembari melupakan pertengkaran kecil yang sempat mengganggu keduanya. 

***** 

Lima belas menit perjalanan menuju Sohee akhirnya sampai juga di tempat tujuan. Ada sedikit drama kemacetan di jalanan pusat kota karena ada kecelakaan. Sepertinya hari ini bukanlah hari baik mereka karena ada saja hambatan yang ada. Semoga ini bukan merupakan sebuah pertanda buruk bagi mereka bertiga. Park Hana yang masih ada di dalam mobil pun turun menuju rumah Sohee. Seokjin dengan sabar menunggu istri dan anaknya dari jauh. Dari spion Baek Seokjin bisa melihat Hyunjin yang sudah keluar dari rumah Sohee dan berjalan mendekat ke arahnya bersama sang ibu. Mereka bergandengan tangan seraya tertawa bersama. 

“Omo, Hyunjin-ah, ayah sangat merindukanmu,” ucap Seokjin ditengah putrinya yang sibuk memasang sabuk pengaman di tempat duduk bagian tengah. “Kau tak merindukan ayah?” tanya Seokjin sedih karena merasa tak digubris. 

“Tidak,” jawab Hyunjin enteng. Mendengar respon putrinya Hana hanya tersenyum seraya melihat ekspresi sang suami yang setengah cemberut. 

“Kau tak merindukan ayahmu? benarkah?” tanya Seokjin yang masih tak terima. “Kalau begitu kita pulang saja. Acara kemah hari ini batal.”

“Berkemah?” tanya Hyunjin. 

“Iya kita akan piknik sederhana di pinggiran sungai Hangang sambil menyewa tenda.”

“Benarkah?” tanya gadis itu lagi dengan perasaan bahagia. 

Hana pun mengangguk. Mendengar ucapan sang ibu. Baek Hyunjin spontan mencium pipi ayahnya. Bisa dibilang ini adalah semacam sogokan agar Seokjin tak jadi pulang. Pria berambut mullet itu tahu betul bagaimana tabiat sang putri. Dia akan mencium sang ayah jika ada maunya. 

“Aku sudah mencium ayah. Sekarang, ayo, kita pergi berkemah!” seru Hyunjin yang tampak begitu ceria daripada sebelumnya. 

Perjalanan mereka pun berlanjut menuju tempat tujuan. Ada sebuah alasan penting kenapa keduanya memilih waktu berkemah di sore hari. Pertama, agar tak kena panasnya sinar matahari. Kedua, pemandangan sungai Han di sore hari begitu Indah. Biasanya akan banyak orang yang bersantai di pinggiran sungai terbesar di Korea ini untuk melepaskan segala beban yang ada. Sebelum benar-benar sampai di tujuan. Seokjin dan Hana memutuskan untuk menyewa tenda dulu di tempat persewaan yang dekat dengan sungai Han. Apapun perlengkapan piknik maupun camping ada semua disini. Jadi bagi pengunjung sungai Han tak perlu membawa semua peralatan seperti itu dari rumah. Usai menyewa mereka mulai berjalan menuju lokasi dengan sebuah troli besar. 

Sesampainya di tepian sungai yang sering muncul di drama korea itu. Banyak sekali orang-orang yang berkumpul dengan keluarga. Ada banyak kelompok-kelompok kecil di tanah yang berumput hijau. Banyak pula ekspresi yang keluarga Baek itu lihat. Ada yang bahagia, tertawa, bahkan ada juga yang bersedih. Sepoi angin yang segar membuat Seokjin dan Hana semangat membangun tenda. Sedangkan Hyunjin asyik berbaur dengan anak lain yang sedang bermain. Tenda kecil yang mudah dibuat tak perlu memakan banyak waktu agar bisa berdiri tegak. Hanya dalam sepuluh menit semua sudah selesai. Bahkan di atas meja kecil sudah tertata rapi beberapa sandwich buatan Hana. 

"Hyunjin-ah, kemarilah!" Teriak Hana dari kejauhan. "Saatnya kita makan!" 

TO BE CONTINUE 

Tolong ya mbak Hyeri gara2 elo Seokjin sama istrinya hampir kecelakaan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tolong ya mbak Hyeri gara2 elo Seokjin sama istrinya hampir kecelakaan.  Lagian elo bilang cinta ke suami orang.  Kepikiran dia dong.  Heem, ngomong-ngomong.Seokjin udah mulai galau2 gitu gais  perkara Hyeri. Akankan tetap seteguh itu hatinya pada Hana.

 BROKEN (MARRIAGE LIFE) Where stories live. Discover now