Rahasia

185 25 8
                                    


Pemandangan gelap gulita menyambut kehadiran ke-enam orang tersebut kala pintu gudang berhasil dibuka. Suara batuk Hanna seakan mewakili betapa kotor serta berdebunya ruangan tersebut. Hanya penerangan dari lampu belakang handphone yang menemani mereka dengan ditambah pantulan cahaya dari lorong sekitar.

Sesak, pengap, dan sedikit lembab, terasa menyelimuti udara ditempat tersebut. Tak mengherankan, sebab gudang itu memang belum pernah sekalipun dibersihkan setelah alih fungsi waktu pertamakali. Alhasil, barang-barang yang ada di sana juga terlihat menumpuk tak beraturan. Lantainya bahkan bukan lagi dilapisi debu, malah nyaris membentuk tanah saking tebalnya. Maklum, sudah bertahun-tahun tidak terjamah oleh sapu dan pel.

Genta mencoba meraba sekitaran guna mencari saklar lampu yang mungkin saja masih berfungsi. Sementara yang lain terus fokus mengamati tempat tersebut dengan penerangan seadanya.

"Faris, Felix," panggil Wisnu ketika lampu berhasil dinyalakan.

Bukan hanya Faris dan Felix, bahkan semua orang pun menoleh penasaran kepada Wisnu.

"Flo," Hanna terlihat sangat terkejut dengan apa yang dia lihat didepan matanya.

Tak membuang waktu lagi, Faris dan Felix pun lantas berlari mendekati sang adik yang ternyata sedang terlentang di tengah-tengah ruangan. Faris segera mengangkat kepala si bungsu untuk kemudian diletakkan di atas pahanya sebagai bantalan. Sementara Felix mengecek denyut nadi pada tangan adiknya tersebut dengan perasaan berkecamuk dan khawatir yang kentara.

"Dia hanya pingsan," ucap Leon mencoba menenangkan si kembar.

Felix menghela napas berat sebelum akhirnya menarik Flo ke dalam dekapannya. Ketakutannya sangat jelas terlihat dari raut wajah dan juga air matanya yang menitik. Dia benar-benar tidak bisa membayangkan bagaimana kalau sampai tadi Flo ditemukan tidak bernyawa. Rasanya menghirup napas pun akan terasa sia-sia tanpa adik kesayangannya tersebut. Syukurlah, anak itu baik-baik saja.

"Hentikan pencarian. Flo sudah berhasil ditemukan dalam keadaan selamat," ujar Genta kepada rekan-rekannya lewat sambungan HT.

Leon mengangguk singkat pada Genta seakan memberikan isyarat. "Suruh mereka standby di bawah aja. Tidak perlu menyusul, kami akan segera turun," ucap Genta lagi.

"Kita bawa kerumah sakit sekarang," Faris mengambil keputusan dan langsung bersiap mengangkat tubuh sang adik.

"Engh...." Suara lenguhan menarik atensi mereka semua. Bersamaan dengan itu Felix merasakan adanya pergerakan dari dalam dekapannya.

"Flo sudah sadar," tunjuk Hanna pada sahabatnya yang masih berada dalam pelukan Felix tersebut.

Semua pandangan pun teralih sepenuhnya pada gadis itu yang masih memejamkan mata. Dengan begitu hati-hati, Felix kembali meletakkan kepala sang adik di pangkuan Faris. Terlihat di sana, Flo perlahan-lahan mulai membuka matanya. Penglihatannya masih buram, tapi dia bisa merasakan siluet beberapa orang tengah berkerumun di sekitarnya. Flo berusaha mengatur napasnya yang masih sedikit tercekat sembari menstabilkan detak jantungnya yang berdetak sedikit lebih pelan. Kondisinya sangat lemah.

Wisnu segera mendekat, namun ia lebih tertarik pada pergelangan tangan gadis itu. Keningnya mengernyit ketika menyadari bahwa Flo sama sekali tidak melepaskan gelang pemberiannya. Aneh, mengapa gelangnya tidak berfungsi? Bukankah seharusnya Flo bisa terjauhkan dari aura negatif dengan hanya memakai gelang ini? Wisnu tidak mengerti kenapa hal tersebut bisa terjadi padahal Flo tidak melepaskan gelangnya. Pasti ada yang tidak beres atau luput dari pengetahuannya.

"Kak," cicit gadis itu masih setengah sadar dengan mata sayu yang sesekali menutup lagi.

"Iya sayang, kakak di sini," Faris mengusap pelan wajah sang adik, membantunya memperoleh kesadaran.

Sleeping beauty {END}Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon