Knowledgeably

125 15 0
                                    

"Flo, dengar dulu kakak mau bicara," kejar Felix terus memanggil-manggil gadis itu nampak tidak peduli sedikitpun.

Gita menghentikan pekerjaannya sebentar, kemudian melirik penunjuk waktu yang terpasang di dinding. "Baru pukul 11.20 menit, tapi mengapa kedua anaknya sudah kembali?" Ia membatin.

"Felix, Flo, kenapa kalian sudah pulang jam segini?" herannya sedikit berteriak dari arah dapur saat mendengar suara kedua anaknya tersebut. Tidak ada sahutan baik dari Felix maupun Flo, namun keributan yang tercipta lantas membuat wanita setengah baya itu bergegas menuju ke ruang tengah untuk melihat apa yang sebenarnya sedang terjadi di antara keduanya.

Benar saja dugaannya, terlihat di sana Felix terus mengejar langkah si bungsu yang kelihatan sangat marah. Tidak peduli bagaimana cara putra keduanya itu memanggil, tetap saja si bungsu bergeming hingga suara Felix yang menggema pun semakin memancing rasa penasaran. Bahkan para asisten rumah tangga juga ikut berkumpul karena ulah laki-laki itu. Mereka sama keheranannya dengan Gita mendapati suara lantang tersebut.

"Dengerin kak Felix ngomong dulu," ucapnya setelah ia berhasil menahan pergelangan tangan sang adik.

Flo berbalik cepat dan lantas menepis tangan kakaknya dengan kasar hingga membuat Gita yang baru tiba juga ikut terkejut menyaksikannya. "Nggak usah ganggu aku. Aku lagi nggak mau ketemu kak Felix," semburnya penuh amarah.

Laki-laki itu tak mengindahkan ucapan Flo, ia malah kembali menarik tangan adiknya tersebut sembari berusaha menjelaskan semuanya. "Sebentar, Flo_"

"Lepasin. Nggak usah pegang-pegang! Aku benci sama kak Felix yang keterlaluan!" Makinya dengan lantang hingga semakin menarik perhatian semua orang.

"Flo, ada apa, sayang?" panggil Gita dengan raut tak mengerti akan permasalahan kedua anaknya tersebut. Gadis itu hanya melirik sang mama sebentar lalu kembali menatap kakaknya yang masih saja mencekalnya.

Felix tetap tidak melepaskan tangan adiknya itu, tak peduli meskipun Flo memberontak. "Dengerin penjelasan kakak," pintanya agar gadis itu melunak.

"Ada apa ini? Kenapa ribut sampai teriak-teriak seperti itu?" Suara Faris menarik atensi mereka semua.

Pria itu menatap tajam pada kembarannya untuk sesaat, kemudian manik matanya langsung tertuju penuh pada si bungsu yang seperti baru selesai menangis dengan mata serta hidung memerah. Faris mendengus kesal, sebab waktu istirahatnya usai lembur harus terbuang percuma karena keributan adik-adiknya. Menuruni anak tangga dengan kaos lengan pendek dan muka bantalnya, ia berjalan menghampiri Flo lalu menjauhkan tangan Felix darinya. "Lo apain adik kesayangan gue?" selidiknya garang khas muka baru bangun tidur.

Felix berdecak pelan. "Gue nggak ngapa-ngapain. Gue cuma melarang dia berteman sama orang yang nggak bener."

"Melarang apanya? Semuanya kak Felix larang, aku nggak boleh beginilah, begitulah, harus ini, harus itu. Kenapa aku nggak boleh membuat keputusan sendiri? Aku mau berteman dengan siapapun itu urusan aku," ungkap gadis itu menggebu-gebu.

"Ini demi kebaikan kamu, Flo." Tekan Felix masih mencoba memberikan pengertian padanya.

Flo tidak bisa menahan air matanya untuk waktu yang lebih lama lagi, alhasil butiran sebening kristal itu tumpah dengan sendirinya. Terlalu banyak sesak yang dia lewati hari ini, rasanya tidak bisa diungkapkan lagi. Entah mengapa juga setiap hal bersangkutan terus kepada kak Felix. Mulai dari kasus yang di mobil, di kampus, dan sekarang kembali diungkit di rumah. Flo merasa kakaknya itu sedang mencari-cari masalah kepadanya. Memuakkan.

Melihat keadaan putrinya, Gita segera menengahi. "Coba semuanya bicara pelan-pelan. Ada apa, sayang? Kamu digangguin orang atau kenapa?" ujarnya bertanya lembut pada si bungsu yang mulai menangis.

Sleeping beauty {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang