Jangan biarkan dia terlelap!

152 18 0
                                    

Rintik hujan, umpama tengah ikut berduka menggambarkan sendunya bak suasana hati seorang Florencia Charmaine. Tatapan kosong, muka pucat, mata sembab, rambut sedikit berantakan, pikiran berkecamuk, serta dilengkapi pula dengan penyesalan yang tak bisa dia ungkapkan melalui kata-kata. Tirai langit perlahan menutup rapat sehingga binarnya Surya pun seketika itu langsung tergantikan oleh suasana malam yang dingin. Netra hitam kecoklatan itu jelas sekali nampak sayu, bergeming dari atas kasur sembari mengamati setiap tetes air hujan yang memercik ke jendela kamar berlapis kaca tersebut.

Entah sudah berapa kali Hanna memanggil-manggil namanya, tetap saja tidak ada respon apalagi sahutan dari si empunya. Flo bungkam bak patung bernyawa. Rasa bersalah yang memang sedari awal telah memupuk kesedihannya kini kian menjadi tatkala berita nahas tentang kecelakaan sang kakak sampai di telinganya. Syok, tak percaya, terkejut bukan kepalang, semuanya benar-benar seperti mimpi menyeramkan yang dialaminya, bahkan lebih buruk daripada mimpi-mimpinya yang lain.

Flo benci situasi ini, situasi yang membuatnya tidak berdaya untuk sekadar membantu menenangkan anggota keluarganya. Dia sudah tidak kuat lagi menangis, tenaganya telah terkuras habis. Sekarang rasanya kelopak mata itu seakan-akan kolam yang telah mengering. Yang tersisa hanyalah perihnya, berat sekali bahkan sekadar untuk berkedip.

"Flo, ini bukan salah lo," ujar Hanna lagi, entah untuk yang keberapa kalinya. "Kak Faris pasti akan baik-baik saja. Lo jangan banyak berpikiran negatif, ya." Ia mencoba membujuk sahabatnya tersebut agar tidak terus-menerus membisu seperti ini. Jujur, dia tidak suka melihat Flo bersedih begini. Hatinya ikut terpuruk menyaksikan kerapuhan itu.

Masih dengan posisi duduk menghadap lurus ke depan, lalu terdengar helaan napas panjang dari gadis itu. "Gue capek," Lirihnya sangat lesu. Suaranya bahkan lebih mirip sebuah bisikan di telinga.

Hanna tak beralih, terus memusatkan pandangannya pada sang sahabat. Dia paham itu, jelas sekali tergambar di wajah Flo jika ia sedang lelah. Mungkin karena kebanyakan menangis, pikirnya.  "Iya, makanya_"

"Tinggalin gue sendiri, Han," celetuknya menyela dan seketika itu melirik ke arah sang sahabat yang lantas mengerutkan dahinya. "Gue mau istirahat sebentar," lanjutnya lagi guna menepis kecemasan Hanna yang semula hendak menolak keinginan tersebut karena dirasa ucapannya sedikit aneh.

Menghembuskan napas sejenak, Hanna mencoba memaklumi. Mungkin saat ini Flo butuh waktu menyendiri, sebab tidak mudah baginya menerima berita buruk ini. Baiklah kalau begitu. Gadis itu akhirnya setuju untuk membiarkan Flo beristirahat beberapa saat tanpa diganggu.

Flo mengikuti arah tangan Hanna yang menyuruhnya untuk berbaring setelah dia merapikan tempat tidur sahabatnya tersebut. "Ya udah, lo tidur dulu aja sebentar supaya lebih tenang. Tapi janji, setelah bangun lo harus mau makan walaupun cuma sedikit. Biar lo punya tenaga dan bisa nemenin kak Faris nantinya," bujuknya agar sahabatnya tersebut mau mengadakan negosiasi alias kesepakatan demi kebaikan cewek itu sendiri.

Mengangguk singkat, Flo mengulas senyum tipisnya. "Makasih ya, Han. Lo udah mau jadi sahabat gue," ujarnya menatap lekat wajah itu.

Hanna berdecak pelan. Bukannya senang, dia malah sedikit aneh mendapatkan senyuman tersebut. "Ayolah Flo, please. Jangan buat gue menyesali ini," candanya kemudian terkekeh kecil diujung kalimat, masih mencoba menghibur sahabatnya itu. "We are best friend, right? Jadi, nggak ada kata terimakasih dalam persahabatan. Gue beneran sayang sama lo. Gue, kak Genta, kak Mervin, kak Leon, kak Raffi, kita semua udah menganggap lo kayak keluarga. Apapun masalah lo akan jadi masalah kita semua. Gue berjanji, lo nggak akan pernah melalui ini sendirian," ungkapnya sungguh-sungguh.

Sekali lagi, Flo menarik sudut bibirnya dengan senyuman termanis yang pernah Hanna lihat. Setelahnya, dia berbalik badan menyesuaikan tidurnya dengan posisi menyamping. "Jangan lupa tutup pintunya. Gue udah ngantuk," ucapnya lalu perlahan mengatupkan kedua matanya. "Bye, Han," lanjutnya kemudian benar-benar tertidur meski dalam keadaan yang tidak bisa dikatakan baik-baik saja.

Sleeping beauty {END}Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz