arrest

111 15 0
                                    

Tuk,

Flo mengalihkan pandangannya, melirik pada sebuah benda yang barusan diletakkan oleh Raya keatas meja kemudian mengarahkannya tepat kehadapan gadis itu. Tak langsung diterima pun diambil, Flo justru malah menampakkan raut tak mengerti mengapa Raya menyerahkan itu kepadanya.

"Punya lo, kan?" Ujarnya menjawab raut bertanya yang tertuju kepadanya tersebut. "Gue temuin pas lo jatuh hari itu. Karena kedatangan Felix yang ngamuk-ngamuk gue jadi lupa buat balikin. Tadinya sih mau langsung dikasih pas kemarin-kemarin juga, tapi lo nya cuti sakit katanya." Lanjutnya lagi menjelaskan alasannya serta asal-usul benda tersebut.

Mengernyitkan dahinya, Flo semakin dibuat kebingungan. Sejenak, mencoba mengingat-ingat apakah benar benda ini miliknya. Tapi setahunya dia tidak mempunyai aksesoris seperti itu sebelumnya. Dilihat dari bentuknya sih memang tidak begitu asing dimata, akan tetapi kapan kira-kira dia pernah melihat kalung dengan liontin berbentuk buku tersebut? Gadis itu nampak berpikir keras mencari memori yang kemungkinan terselip di dalam rasa ketakutan yang menderanya belakangan ini. Apakah ini hadiah dari seseorang untuknya? Ah, mengapa dia tidak ingat pernah memakainya?

Sedetik kemudian, kedua manik matanya pun melebar sempurna. Lama berpikir akhirnya dia berhasil menemukan kepingan dari memorinya. Oh, iya dia baru ingat! Ini kan kalung yang sempat dia temukan di sekitar rumah tetangganya dulu. Flo juga ingat, seharusnya waktu itu sepulang dari kampus niatnya dia memang akan mengembalikan benda tersebut kepada pemiliknya, namun dia lupa dan juga tidak sadar kalau perhiasan itu telah hilang dari tangannya. Begitu banyak yang dia pikirkan sampai-sampai hal sekecil ini lolos terlupakan. Sungguh, betapa cerobohnya dia. Beruntung saja kak Raya yang menemukannya, jikalau orang lain mungkin akan beneran hilang.

"Benar, punya gue." ucapnya mengiyakan lantas menyimpan kalung tersebut sebelum kembali hilang lagi. "Terimakasih, kak," lanjutnya lagi.

Hampir saja dia menghilangkan barang yang bukan miliknya. Flo memang pelupa. Pokoknya sehabis dari sini dia harus mengembalikan kalung tersebut ke pemiliknya.

"Jangan kembalikan........"

Spontan, gadis itu menoleh ke kiri tatkala mendengar sebuah suara yang berbisik tepat ditelinga nya. Bulu kuduknya meremang seketika apalagi kini pergelangan tangannya yang dilapisi gelang juga mulai menunjukkan perubahan suhu lagi. Panas sekali terasa. Sosok siapa gerangan yang datang menghampirinya,.

"Kenapa?" Heran Raya melihat perilaku antisipasi yang tiba-tiba timbul itu.

Mencoba memperbaiki duduknya, Flo berdeham singkat seraya menggeleng cepat. "kayak ada nyamuk tadi," dia berbohong. Padahal jelas sekali tadi itu dia mendengar sebuah bisikan.

Raya sepertinya percaya-percaya saja mendengar penuturan tersebut. Keadaan kembali hening seperti semula, Flo mencoba menepis suara tadi dengan cara menyibukkan diri kembali mengamati sekitar kafe yang ramai. Sementara itu, tangannya yang panas belum juga reda. Mungkin benar ada energi lain yang mencoba berinteraksi dengannya.

Tak lama, bisikan itu kembali mengusiknya hingga gadis itu dibuat tersentak untuk kedua kalinya.

"Kalungnya........"

Kali ini dari sebelah kanan. Lirih yang begitu halus hingga hanya Flo saja yang bisa menangkap bunyinya. Gadis itu lantas mengeluarkan kalung tersebut dari dalam saku Hoodie. Ada apa sebenarnya dengan kalungnya? Mengapa situasi mendadak tak nyaman begini? Dia mencoba menerka. Astaga, Flo sampai lupa. Bukannya ini suara yang sama dengan si korban pembunuhan yang muncul di dalam mimpinya. Lantas kenapa suara korban pembunuhan yang tengah dibantunya ini seperti sedang memberikan petunjuk. Jangan-jangan_

Sleeping beauty {END}Where stories live. Discover now