Taman

182 19 0
                                    


"Ready?" Cowok itu membungkuk untuk dapat melihat wajah adiknya yang duduk di kursi roda.

Gadis itu menghembuskan napas kasar. "Harus banget pakai kursi roda? Yang sakit tangan aku loh, bukan kaki. Aku nggak lumpuh," protesnya kesal.

"Udah, duduk yang anteng. Biar kakak bawa kamu keliling," timpal Felix tak mengindahkan kalimat bernada tak suka lengkap dengan wajah manyun itu.

Ya, dengan terpaksa Flo mau menerima kenyataan bahwa kakaknya satu itu adalah orang paling nyebelin yang dia kenal. Felix dengan keabsurd-annya bisa melakukan segala cara demi membuat semua orang terdekatnya bahagia. Meskipun terkadang kelakuannya mampu membuat mereka hampir terkena serangan jantung karena kesal.

Janjinya tadi akan mengajak Flo jalan-jalan ke taman guna mengusir rasa bosan. Gadis itu pikir jalan ya sekedar jalan, tapi Felix malah memaksanya untuk duduk di kursi roda. Dengan tak terbantahkan, perdebatan mereka harus berakhir gadis itu yang menurut pasrah. Tapi, ini juga dilakukan demi kebaikan Flo. Karena anak itu masih sedikit lelah tentang sesuatu yang entah apa.

"Tunggu sebentar,"

Flo mengerutkan keningnya, lalu menoleh ke belakang. "Mau kemana?" Dia sedikit berteriak karena kakaknya tiba-tiba berjalan tergesa berlawanan arah menjauh darinya.

Gadis itu benar-benar tidak mengerti bagaimana pola pikir kakaknya yang aneh tersebut. Felix tidak mengatakan apapun malah langsung cabut tanpa pamit. Namun, dari instruksi yang Flo tangkap, cowok itu menyuruhnya untuk tetap diam ditempat sebentar saja.  Flo ingin mengejarnya namun tenaganya sangat malas digunakan. Akan lebih baik kalau dia tetap tinggal beberapa menit guna menghemat energinya.

__

"Kok sendirian di sini?"

Flo lagi-lagi melirik malas ke sampingnya. Sudah hampir sepuluh menit dia berdiam diri di tengah-tengah lorong sepi menunggu Felix yang tak tahu pergi kemana. Sekarang, malah Faris si posesif yang datang.

"Kamu sama mama?" Cowok itu kembali bertanya lantaran Flo tidak kunjung menjawab.

"Kembaran kakak tuh," adunya membuat cowok itu mengerti.

"Terus Felix nya kemana?" Tanya Faris lagi sembari celingak-celinguk mencari keberadaan adiknya tersebut.

"Godain suster kali, nggak tahulah." Jawabnya cuek, benar-benar sudah sebal menunggu sendirian dan sekarang diboyong pertanyaan terus-menerus dari kakak sulungnya.

Faris berdecak kesal mendengar penuturan sang adik. Felix memang tidak becus menjaga si bungsu, dia bahkan tega menelantarkannya tanpa pertanggung-jawaban. Dalam hati, Faris menggerutu kesal dengan tingkah laku kembarannya tersebut. Bisa-bisanya dia meninggalkan si bungsu seorang diri ditengah rumah sakit seperti ini. Ketahuan papa Sam pasti akan langsung dicoret dari KK.

"Ya sudah, kita ke taman aja ya?" Tawar Faris mencoba menghibur suasana hati Flo, sebab dia tahu jika gadis itu saat ini pastinya sangat jengkel.

"Terserah kakak deh,"

___

Di tempat lain, Genta yang saat itu sedang termenung di kamarnya tak sengaja melihat seseorang yang mungkin dikenalinya sedang melintas dari balik jendela kaca kamarnya. Matanya yang tadinya nampak sayu seketika membulat sempurna.

"Itu bukannya gadis yang waktu itu?" Gumamnya tak percaya dengan apa yang dilihatnya barusan. 

Cowok itu terpaku pada Flo, sedangkan seseorang yang bersama gadis itu tidak terlalu dia hiraukan.  Genta harus menemuinya dan mengucapkan terimakasih kepada gadis itu karena sudah membantunya melewati masa-masa komanya. Tak ingin membuang waktu lagi, dia pun bergegas meninggalkan kamarnya tanpa menghiraukan pesan dokter yang menyuruhnya untuk tidak banyak bergerak. Genta bersikeras mengejar si gadis sebelum dia kehilangan jejak.

Sleeping beauty {END}Where stories live. Discover now