"Apa kau terkejut dengan semua ini?" Tanya iqbaal. Aku mengangguk.

"Kau jahat! Kau membohongiku! Kau tahu aku sakit? Kau tahu aku menderita?! Apa kau tahu aku berniat bunuh diri sebelum kau menikah?!" Teriakku sambil memukul dada bidangnya itu. Tiba-tiba ia membawaku kedalam pelukannya. Pelukan hangat yang terakhir kali aku rasakan dalam mimpiku. Mimpi sialan itu. Bahkan aku rasa mimpi itu tak membuat kehangatan itu ada. Aku masih berontak dalam pelukannya tapi iqbaal semakin mengeratkan pelukannya.

"Sorry." Setelah banyak mengeluarkan air mata, akhirnya tangisanku mereda. Iqbaal melepas pelukannya dan berlutut di depanku.

"Maaf ini mendadak tapi jujur, aku mau kamu jadi istri pertama dan terakhir aku. Satu-satunya wanita yang mendampingi hidupku selamanya. Wanita yang setia bersamaku dan tidak akan berpindah ke lain hati. Wanita yang akan menjadi ibu dari anak-anakku kelak dan.." Iqbaal menarik nafas. Aku tersentak kaget. Apa maksudnya semua ini?

"Will you marry me?" Tanya iqbaal sambil mengeluarkan sebuah cincin. Air mataku keluar lagi.

"tapi mama dan papa.."

"Kami selalu mendukungmu sayang." Itu suara mama. Aku membalikkan badan dan menatap kedua orang tuaku yang berada di deretan kursi ke lima.

Aku menangis melihatnya. Mereka ada, mereka melihatku. Mereka tahu apa yang sedanh aku rasakan. Mereka orang tuaku. Iqbaal berdehem dan aku kembali fokus padanya.

"Can i know your answer?" Aku menarik nafasku panjang.

"Sorry, my answer is no." Semua orang tersentak termasuk syafa, vina, steffi, nafisah, salsha, aldi, dan iqbaal.

"Kenapa?" Tanya iqbaal dengan penuh kekecewaan

"karena aku sudah punya calon suami." Jawabku datar. Ku lihat wajah iqbaal kecewa berat. Maafkan aku baal. Maafkan aku. Ini mungkin yang terbaik buat kita.

"Siapa? Katakan padaku siapa yang kau pilih?! Siapa yang bisa menggantikan posisi aku di hati kamu?!"

"Kau mau tahu?" Tanyaku pada iqbaal.

"Ya." Jawab iqbaal penuh kekhawatiran didalamnya.

"Dia... Romeo." Semua orang tersentak bahkan vina.

"Romeo?" Tanya vina padaku. Aku mengangguk pelan

"Dia Romeo, (namakamu)? Laki-laki itu romeo?" Tanya iqbaal meyakinkan.

"Ya, romeoku." Jawabku yakin. Iqbaal terlihat putus asa dan mulai menjauh dariku. Vina mendekat ke arahku.

"Romeo gak pernah cerita sama gue (namakamu). Lo bohong kan?" Tanya vina lagi.Aku menggeleng pelan.

"Gue gak bohong. Gue pilih romeo gue." Kataku tegas. Semua sahabatku mendekat kearahku.

"Seriusan (namakamu)? Jangan main-main. Ini seriusan." Sahut salsha.

"Iya (namakamu). Lo gak kasian sama iqbaal?!" Tanya steffi.

"Gue seriusan. Ini pilihan gue." Kataku tegas dan penuh penekanan didalamnya.

"Tapi bukannya romeo pulang ke jepang gara-gara lo tolak lamarannya?" Tanya vina.

"I.." Belum aku membalas pertanyaan yang dilontarkan oleh vina, nafisah sudah menyambarnya.

"Bukannya lo itu cintanya sma iqbaal? Lo bahkan bilang mau bunuh diri waktu iqbaal nikah. Kok lo gitu?" Tanya nafisah yang berbicara seperti kereta api yang tak ada jedanya. Mereka semua seperti mengintrogasi seorang pembunuh bayaran. Bahkan aku tak bisa membela diriku.

"Please, dengerin gue. Ini penting. Penting buat semuanya. Kalian dari tadi nanya cowok yang mau gue nikahi kan?" Tanyaku pelan. Semua orang mengangguk.

Love LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang