Chapter 24

7.5K 720 22
                                    

16k readers🙊

<><><>

•(namakamu)'s pov•

aku sekarang sedang ada di taman dekat rumah. masih jam 6 pagi, aku baru saja berangkat untuk lari pagi.

Aku tersenyum menatap matahari yang baru saja akan naik ke atas. Aku menatap langit yang masih gelap tanpa matahari.

Sama seperti hatiku. Hatiku gelap dan sunyi tanpa ada iqbaal sebagai penerang hidupku.

Yaampun, (namakamu)! Sejak kapan kau suka gombal? Apa sekarang otakmu sudah tercemar?

Tapi itu semua memang benar, semuanya berbeda saat iqbaal keluar dari hidupku. Sangat berbeda. Apalagi yang lebih sakit adalah aku sedang duduk di atas kursi di sebuah taman dan melihat pemandangan yang.. Yatuhan!

Iqbaal dan nafisah sedang ada dikursi di depanku, walau sedikit agak jauh. Mereka memang tak melihatku, tapi aku melihat mereka.

Pagi-pagi aku sudah panas begini.

Kota ini ternyata banyak cobaan, berapa banyak sabar yang akan ku keluarkan.

Lihat saja kini iqbaal sudah merangkul nafisah. Cih, sekalian saja kau cium!

Tidak! Apa-apaan ini? Cium? Kau gila (namakamu)? Iqbaal hanya untukmu kau tahu? Hanya untukmu.

Haha mustahil, lihat sekarang menoleh kearahku saja tidak.

"Apakah ada harapan? Kenapa rasanya sangat mustahil?" Lirihku.

"Apa yang mustahil? Tak ada yang mustahil." Sahut seseorang yang dengan lancangnya lansung duduk disebelahku. Aku menoleh, ingin rasanya aku berteriak.

"Romeo?" Dia terlihat santai sanbil memainkan handphonenya.

"Ya, ini gue, kenapa?" Jawabnya tanpa menoleh kearahku.

"Kok lo disini?" Romeo tetap tidak lepas dari handphonenya.

"Liat belakang lo sekarang." Aku menurut. Ah yang benar saja, ternyata aku melihat vina bersama seorang lelaki.

"Pacar?"

"Lebih tepatnya calon."

"Calon?"

"Rencananya kiki mau nembak vina hari ini, disini."

"Kiki siapa?" Gue terus melontarkan pertanyaan.

"Temen gue di kampus." Aku hanya ber oh ria sambil mengangguk-anggukan kepala.

"Lo gak punya pacar?"

"gak, gue males sama cewek."

"Males?"

"Manja."

"Gak semuanya manja."

"Ya, kalau gak manja, dia matre."

"Ada juga yang gak matre."

"Cuek."

"Ada yang gak cuek."

"Tukang selingkuh."

"Ada yang gak tukang seling.."

"Mendam semuanya sendiri dan cengeng dibelakang cowok." deg..kenapa yang ini rasanya nusuk banget ya? Aku diam, gak ngeluncurin pertanyaan-pertanyaan lagi. Aku terdiam menatap sepasang insan yang masih tetap disana. Tertawa bersama. Apa salahku tuhan? Kapan aku bisa bahagia seperti mereka?

"(namakamu) lo gapapa kan?"

"Gapapa kok." Aku tersenyum menatap lelaki disebelahku. Orang yang aku temui kemarin. Rasanya aku tak kuat menahan semua ini.

Love LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang