Chapter 29

6.7K 702 87
                                    

26kreaders👀

<><><>

•Author's Pov•

Gadis ini kini sudah terbaring di ranjang rumah sakit. Ada seorang laki-laki yang menolongnya cdan membawanya ke rumah sakit. Untung saja ia cepat, jika tidak, nyawa gadis ini adalah taruhannya.

•Flashback•

Seorang lelaki tampan tampak gusar setelah mendengar kalau gadis yang tak lain adalah (namakamu) sudah 5 hari tak keluar dari kamar. Apa dia salah meninggalkan (namakamu) sendirian?

"Gue gak tahu kalau dia bakal kayak gini." Ucap lelaki itu gusar. Dia menatap pintu yang kini tertutup rapat. Dia sudah berusaha mendobrak pintu ini tapi pintu ini cukup kuat. Entahlah, apa kekuatannya yang kurang atau memang pintu ini sangat kuat.

Lelaki ini sibuk mondar-mandir. Tak ada yang dapat dilakukannya kalau sudah begini.

Nomor telfon (namakamu) juga tak aktif. Bagaimana.

"Tante udah nemuin kunci cadangannya." Lelaki itu dengan cepat menatap seorang wanita paruh baya ini lalu tersenyum sumringah. Ia mengambil kunci itu lalu membukanya.

Pintu itupun terbuka.

Gelap.

Lampu dihidupkan lalu terlihat seorang gadis tidur dengan tenangnya. Serasa ia tak memiki beban apapun

Laki-laki itu tersenyum lalu berjalan ke arah gadis itu. Tetapi tiba-tiba matanya melotot. Menatap darah berceceran di lantai. Dengan cepat ia migat semua tubuh (namakamu) dan akhirnya pandangannya tertuju pada pergelangan tangan (namakamu).

Darah dimana-mana. Dengan celat lelaki itu menggendong (namakamu) lalu membawanya masuk kemobil.

"ada apa nak?"

"(namakamu) sepertinya mau bunuh diri tan. Kita harus cepat, sebelum terlambat." Wanita paruh baya yang tak lain adalah ibu (namakamu) mengangguk. Airmatanya berceceran kemana-mana.

<><><>

Terlihat merekaㅡibu (namakamu) dan laki-laki ituㅡsedang menunggu di luar. Ruang UGD sudah dipenuhi dokter dan perawat. Entah apa yang mereka lakukan, semoga saja (namakamu) dapat diselamatkan.

1 jam

2 jam

3 jam

4 jam

5 jam

Akhir dokter itu keluar dari ruangan itu.

"Anda keluarga dari nona (namakamu)?"

"Ya dok, saya ibunya."

"Sekitar beberapa menit yang lalu, nona (namakamu) kehilangan detak jantungnya." Semua orang disana terkejut mendengarnya. Isakan dari ibu (namakamu) mulai terdengar.

"Kami semua sudah melakukan yang terbaik tapi tetap saja kami tidak menemukan detak jantungnya."

"Jadi..jadi.. (Namakamu).."

"Tidak. Saat kami sudah pasrah. Tiba-tiba detak jantung nona (namakamu) ditemukan. Tetapi keadaannya sekarang masih kritis." Tiba-tiba lelaki itu dan ibu (namakamu) tersenyum.

"Benarkah?"

"Ya. Dan sekarang, kami harap nona (namakamu) dapat keluar dari masa kritisnya. Karena jika ia sudah melewati masa kritisnya, ia dipastikan sehat kembali."

"Kami harap dokter dapat menolongnya."

"Kami usahakan." Dokter itu berlalu pergi.

"Apakah (namakamu) akan selamat?"

"Saya sangat mengenalnya tan. Dia adalah wanita yang tegar. Dan mungkin ini salah saya yang tidak menemaninya."

"Bukan. Ini bukan salahmu. Lebih baik kita berdoa. Semoga saja (namakamu) akan cepat melewati masa kritisnya itu."

"Semoga saja."

<><><>

Lelaki itu keluar dari ruangan (namakamu). Ia menatap langit yang sudah mulai menggelap.

'Kok lo liatin bulan terus?'

'kata mama gue, semua orang pasti bisa pergi ke bulan dengan cara ngeliatnya.'

'kok bisa?'

'Dengan melihatnya kita merasa ada disana. Makanya gue selalu liat bulan. Coba aja lo liat. Gue rasa tentram dan damai kalau sudah liat bulan di langit. Cuma bulan yang nemenin gue waktu gue tidur.'

lelaki itu tersenyum. Dibalik senyum itu, ada sebuah kesakitan yang sangat mendalam.

"Kenapa gue gak ada disaat lo gini, (namakamu)? Maafin gue. Gue gak bermaksud buat ninggalin lo sendirian. Tapi waktu yang larang gue."

Seketika lelaki itu mengeluarkan airmata pilu. Penuh kesedihan didalamnya.

Tiba-tiba seoranh wanita cantii muncul dari belakangnya.

"Udahlah, ini bukan salah lo, ini emang udah takdir"

"Tapi.."

"Udahlah. Oh ya si (namakamu) sudah sadar tuh. Lo mau liat apa gak?"

"Seriusan?"

"Iya, katanya lo mau minta maaf."

"Oke." Lelaki itu berlari menuju ruangan (namakamu)

"(namakamu).." Gadis itu menoleh ke arah lelaki yang memanggilnya itu.

•(Namakamu)'s Pov•

Mataku terasa sangat sulit untuk dibuka. Aku harap mata ini memang tidak perlu terbuka lagi, tapi entah mengapa rasanya mata ini ingin sekali terbuka.

Aku paksakan terus memaksa mata ini untuk terbuka sampai akhirnya mata ini terbuka sempurna.

Awalnya pandanganku kabur sampai akhirnya semua pandanganku jelas.

Dimana aku?

Bukankah aku sudah mati?

Apa aku sekarang sudah ada disurga?

Aku menatap sekeliling.

Sial!

Ini rumah sakit. Siapa yang membawaku? Aku menatap seorang wanita di sampingku. Tepatnya sedang duduk di kursi.

"Mama.." Suaraku serak saat memanggilnya, tapi sepertinya masih dapat didengar oleh mama. Mama menoleh kearahku lalu tersenyum penuh airmata.

"(namakamu)..." Mama memelukku lalu aku membalas pelukannya.

Tunggu.

Bagaimana bisa aku disini? Lalu kenapa aku bisa disini.

"Ma, kok (namakamu) disini?"

"Kamu mau bunuh diri. Kenapa kamu bisa berfikiran seperti itu (namakamu)? Kenapa kamu mau ninggalin mama?" Aku menyergit bingung

"Kapan aku bunuh diri, ma?"

"(Namakamu).." Aku menoleh. Ada seorang laki-laki yang berdiri tegak didepannya

TBC

Yohoooo👄

Love LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang