Chapter 32

6.7K 671 23
                                    

31kreaders
2kvote

Thankyou😘

Comment aku penuh karena pada marah, iqbaal harus hidup lagi. Yang namanya udah dikubur gimana caranya hidup lagi?😔😔

JADI IQBAAL SUDAH... YOU KNOW WHAT I MEAN YA.

OKEYYY😁😁

<><><>

•(namakamu)'s Pov•

Hari-hariku sangat indah. Arie menemaniku kemana saja. Mungkin dia terlalu posesif terhadapku. Entah ada apa tapi aku nyaman dekat dengannya.

Aku tak mau terapi. Aku mau hidupku seperti ini. Tanpa mengingat masa lalu yang sangat pahit itu.

"(namakamu)!" Teriak seseorang. Aku menoleh. Arie! Aku ada janji dengannya untuk pergi ke jalan-jalan hari ini.

"Hai." Sahutku sambil memamerkan deretan gigiku. Dia tersenyum manis. Kepalaku sakit. Seperti biasa.

Tetapi kali ini rasanya agak lebih sakit, tapi aku usahakan untuk terus berdiri dan tersenyum didepan Arie.

"Kamu gak papa?"

"Gakpapa kok. Oh ya, kamu bilang kemarin mau bilang sesuatu, ada apa?"

"Jadi gini sebenarnya aku mau jujur kalau aku..."

"Ahh, sakit." Teriakku pelan. Kepalaku kembali sakit. Rasa ini selalu menghantuiku saat berada di dekat orang yang belum aku kenal.

Lebih tepatnya orang yang belum aku ingat. Aku masih lupa dengan Arie, walau namanya terasa tak asing bagiku.

Kepalaku kembali sakit. Hingga aku jatuh ke tanah. Arie membopongku masuk ke mobil.

"Kita ke rumah sakit ya."

"Gak usah. Katanya tadi mau jalan-jalan. Yaudah jalan-jalan aja."

"Gak. Kita ke rumah sakit. Aku gakmau kamu sakit di tengah jalan nanti." Akhirnya aku mengalah lalu mengangguk. Dia tersenyum. Lagi-lagi kepalaku kembali sakit.

"(namakamu) kamu gapapa?" Aku mengangguk pelan lalu tiba-tiba tingkat kesadaranku semakin menurun dan akhirnya seluruh kesadaranku hilang.

<><><>

Aku mencoba membuka mataku. Hei, it's so lucky. Di percobaan membuka mata pertama kali ternyata langsung berhasil. Kabur. Kabur. Kabur. Dan sekarang terang seperti semula. Aku menatap ada Arie dan mama disana. Mereka sedang mengobrol santai dan sesekali tertawa.

"Apa kalian tak mengkhawatirkanku?" Tanyaku pelan, nyaris tak terdengar. Sayangnya pendengaran Arie sangat tajam. Ia menoleh kearahku lalu tersenyum.

"Tan, si (namakamu) sudah bangun tuh."

"(namakamu) kamu sudah bangun? Kamu gapapa? Ada yang sakit? Mama panggilin dokter ya."

"Gak usah ma, (namakamu) gapapa kok."

"Jangan buat mama khawatir (namakamu)."

"Iya ma."

tok..tok..tok..

Arie dengan cepat membukakan pintu. Masuklah seorang laki-laki tampan dan seorang wanita paruh baya yang masih terlihat sangat cantik seperti mamaku.

"Ah aldi." Sahut mama gembira. Aldi? Siapa dia?

"Malam (namakamu), malam tante." Sapa laki-laki itu

"Malam, kok kamu tahu (namakamu) disini?" Tanya mamaku heran.

"Firasat bos besar." Lelaki yang dipanggil mama dengan nama aldi itu mencoba mengisyaratkan sesuatu tapi rasanya itu aneh.

Mereka lalu tertawa bersama. Aneh menurutku tapi yasudahlah. Aku perhatikan lebih detail wajah aldi. Sepertinya aku pernah kenal.

"Oh ya, si Ari gak jenguk (namakamu)?"

"Dia mana mau. Ari orangnya cuek. Hahahaha."

"Apa kalian tak menganggapku?" Tanya (namakamu) kesal.

"Ah, kami lupa." Aldi mendekati (namakamu)

"Ini ada buah-buahan dan ada beberapa roti buat lo. Gue tau lo pasti lupa sama gue. Gak perlu maksain. Kenalin gue Alvaro Maldini Siregar. Sebenarnya gue anak tunggal tapi nyokap gue mengangkat 2 anak yaitu si Ari sama Iqbaal. Waktu gue di telfon oleh nyokap gue kalau lo sakit, gue sempat khawatir. kebetulan ini liburan musim panas di kanada jadi gue langsung berangkat."Ucap aldi. Panjang lebar. Hatiku sedikit tergerak untuk bertanya tentang iqbaal. Tunggu sebentar, bukannya iqbaal itu calon suamiku?

"Ari? Iqbaal?"

"Ya. Tante mengangkat mereka sebagai anak tante. Yang pertama kali tante angkat itu Iqbaal. Sebelum tante sama suami tante punya anak sendiri, kami memutuskan untuk mengangkat anak, yaitu iqbaal. Dan ari, kami mengangkat ari karena waktu itu iqbaal dalam kondisi koma dan tak ada yang dapat dihandalkan untuk mengambil alih perusahaan." Tiba-tiba kepalaku pusing dan lagi-lagi ada bayangan di kepalaku. Sebuah kejadian manis di apartementku. Kecelakaan mobil. Keberangkatanku ke Jepang dan Kepulanganku ke Indonesia karena iqbaal..

"Iqbaal.." Tangisku kembali pecah. Sial aku ingat segalanya sekarang. Tapi sungguh aku bingung dengan Arie karena.. Aku membuka mataku dan menatap wajahnya. Dia tersenyum hangat kepadaku.

"Arie kamu.."

"Kenapa (namakamu)?"

"Kamu.. Argh.." Kepalaku kembali sakit. Padahal aku ingat semuanya. Aku mencoba mengilangkan rasa sakit itu dengan cara memejamkan mataku.

"Ma, sakit banget." Ucapku. Tiba-tiba para dokter dan suster berdatangan. Akhirnya sebuah benda tajam menusuk masuk lewat tanganku dan memompa cairan bening yang aku pastikan itu adalah bius karena sekarang rasa sakit itu hilang dan rasa kantukku meraja rela.

<><><>

Aku mencoba keras membuka mataku. Aku rasa, mataku sudah lama tertutup, jadi aku harus memaksa mata ini untuk terbuka. Harus. Aku mencoba membuka dan terus mencoba. Walau rasanya itu mustahil tapi terus aku usahakan. Tapi usahaku terhenti saat mendengar suara serak di telingaku.

"Hei (namakamu). Apa kau tak ingin bangun? Kau sudah meninggalkanku terlalu lama. Apakah ini semua balasan untukku karena bermain-main bersama perasaanmu? Kumohon bangun dan lihat aku. Maafin aku. Aku mohon bangun dan dengerin permintaan maaf aku. Maaf buat kamu jadi kayak gini. Maaf buat kamu tersiksa kayak gini. Tapi jujur aku cinta sama kamu." Suara itu diakhiri dengan isak tangis. Aku tau suara itu, aku kenal suara itu. Aku hafal suara itu. Itu suara milik kekasihku, itu suara milik calon suamiku. Aku memaksa terus membuka mataku. Tiba-tiba tanganku digenggam.

"Kumohon bangunlah. Kembali bersama kami disini, aku mohon." Isak tangis terdengar jelas. Aku tak dapat mengontrol tangisku. Airmataku terasa keluar dari kedua pelupuk mataku.

"Kau menangis (namakamu)? Jadi kamu mendengarkanku? Kumohon bangun dan kembali padaku. Kumohon." Ya. Aku akan bangun. Aku terus mencobanya dan akhirnya perjuanganku tak sia-sia. Aku mengerjapkan mataku beberapa kali sampai semuanya benar-benar terang. Aku melihat ke seluruh penjuru ruangan dan behenti di 1 titik. Disebelah kiriku.

"(namakamu).. Kamu sudah bangun? Aku panggilin dokter ya." Lelaki itu berdiri tapi mencegatnya.

"Dimana iqbaal? Tadi aku mendengar suaranya." Ucapku pelan, ya disebelahku bukanlah iqbaal melainkan arie.

"Iqbaal? Tak ada iqbaal disini. Hanya ada aku. Bahkan aku tak mengeluarkan suara, takut kau terganggu."

DEG..

TBC

Hallo😁😁
Iqbaalnyaaaaa....
Wgwgwg
Di vote and comment guys💪

Love LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang