Chapter 28

6.8K 744 42
                                    

25kreaders🎵

<><><>

Aku tidak mengikuti proses pemakaman iqbaal. Bahkan aku tak mau menatap mayat iqbaal untuk terakhir kalinya. Aku tak keluar dari kamar, bahkan aku menguncinya.

Aku berharap ada keajaiban. Aku harap iqbaal hidup kembali seperti yang ada di novel atau drama-drama.

Aku harap dia datang kepadaku dan memelukku. Mengatakan maaf karena telah meninggalkanku dan berjanji akan terus disampingku selamanya.

Dan dengan bodohnya aku mengharapkan itu.

Hahaha

Menyakitkan. Yatuhan. Aku merasa sedikit tak percaya diri dengan diriku sendiri. Penopangku hilang.

Aku tak memiliki siapa-siapa.

Bahkan aku tak memiliki kepercayaan diri.

Bodoh.

Ya kalian bisa mengira aku bodoh. Aku bahkan sudah menganggap diriku gila setelah hari ini.

Tuhan gak adil. Aku sayang sama iqbaal, tapi kami dipisahkan. Secepat ini. Menyedihkan. Lebih baik aku tak pernah bertemu iqbaal jika tahu akhirnya seperti ini. Apakah ini takdirku?

<><><>

5 hari setelah iqbaal dimakamkan. Aku tak keluar kamar. Untuk apa? Tak ada gunanya. Hidupku hancur.

Aku tak makan. Untuk apa pula makan jika aku malah ingin mati.

Tak ada gunanya hidup tanpa seseorang yang memandumu.

Aku menatap bulan dari dalam kamarku. Aku mengingat sesuatu.

'(namakamu)' aku menoleh kearah lelaki disampingku

'ya?'

'Kamu liat bulan itu.' Katanya sambil menunjuk bulan yang berbentuk lingkaran sempurna.

'Kenapa?'

'Indah gak?'

'Ya, semua ciptaan tuhan itu indah.'

'Aku juga indah dong.' Aku tersenyum mendengar pernyataannya yang sepertinya tak dapat dibantah.

'Mungkin.'

'Kalau kamu kangen sama aku, liat aja bulan. Karena aku yakin. Kita akan menatap bulan yang sama walau kita berbeda tempat.' Aku menatapnya lalu tersenyum.

'Aku yakin kita akan melihat bulan yang sama, di tempat yang sama.' Kataku sedikit girang.

'Tidak.'

'Maksudmu? Kamu gak mau kita sama-sama?'

'Bukan gak mau, Tapi gak bisa.'

'Gak bisa?'

'Nanti kamu akan tahu sendiri.'dia tersenyum padaku

Jadi.. Iqbaal ngomong gitu karena..

Apa dia tahu kalau ia akan pergi meninggalkanku? Mengapa iqbaal tak pernah bercerita padaku?

Aku menangis lagi. Mungkin aku bisa mati dehidrasi.

Aku harap begitu. Supaya aku dengan cepat menyusul iqbaal. Jangan bilang aku egois. Tuhanlah yang egois. Mengapa aku tak pernah bahagia? Apa salahku.

Bagaimana kehidupanku selanjutnya? Apa perlu aku bunuh diri?

Aku menatap sebuah gunting di atas meja belajarku. Perlukah? Perlukah aku menyusulmu dengan cara ini? Perlukah?

Love LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang