Chapter 37

6.7K 641 42
                                    


Yatuhan maaf lama. Gaada fikiran. Dan hari ini aja aku gaada fikiran banget. Aku pusing, kemarin malam aja gabisa tidur. Tapi hari ini aku paksain karena udah janji ya😭😭😭

Selamat membaca. Maaf garing dan semoga bisa cepet next. Maaf pendek, harap dimaklumi.
Wkwkkw

<><><>

"Iqbaal adalah pelindungmu dulu (namakamu).. Dan sekarang aku yang akan menjadi pelindungmu.." Ucap romeo. Aku menatapnya.

DEG..

Pelindungku?

menatap kedua manik-manik matanya. Tidak. Aku tidak mencintainya. Aku sudah menganggapnya sebagai kakakku.

"I.. I.."

"I know you don't love me."

"Sorry romeo." Kataku sambil menundukkan kepalaku.

"Aku pergi, banyak hal yang harus aku urus." Aku hanya tersenyum lalu mengangguk. Romeo kini sudah pergi.

Aku? Melepaskan iqbaal itu lebih baik. Menyendiri untuk menenangkan hatiku yang perih ini.

Aku berjalan mengelilingi taman itu sampai akhirnya mataku tertuju pada bangku taman yang terisi oleh sepasang insan.

Iqbaal dan Syafa. Mereka terlihat sangat bahagia.

Ayolah (namakamu) kapan kau bahagia?"

"Why i also get a hard life? What a wrong in my life?" Tangisku pecah.

"Not wrong but not the time (namakamu). I know you can get your life later. And i'm sure, you will be happy with man you love." Aku menoleh, Iqbaal.

"Iqbaalㅡ"

"Please believe me, (namakamu)."

"Do you know my heart's content? I love you but you're married with anouther woman."

"You know destiny, (namakamu)? This is the name of destiny and when you ask what I was surprised by this fact? of course yes, because I know my destiny is not syafa but you. I know, my destiny is you."

"Hahahaha, but you're wrong ! you're already married to another woman and me? I have to find a man with a sincere love for me , not a man who only give fake love!" Tangisku pecah. Aku menutup wajahku dengan kedua tanganku. Sakit rasanya memikirkan kalau aku hanyalah wanita yang bodoh.

Bodoh?

Aku wanita bodoh yang dengan gampangnya menerima cinta laki-laki ituㅡIqbaal.

"(namakamu)? You cry? I'm sorry, but i..."

"I know, i'm a stupid woman but i want to know. When i'm happy? Why i always suffer?"

"Ada apa dengan kamu (namakamu)? Aku tahu kau sangat ceria dan bahagia selama ini walau banyak masalah yang menimpamu, tapi sekarang kaㅡ" belum sempat iqbaal melanjutkan kata-kata brengseknya itu, aku langsung menepisnya.

"Apakah manusia selamanya dapat bahagia baal? Apakah manusia dengan mudahnya mendapatkan kebahagiaan? Do you know my life is a hard life? Aku tahu kau bisa memahaminya tapi kenapa kau berusaha mengelak apa yang kau fikirkan? Apa kau tahu seberapa menderitanya wanita di depan mu ini?! Apa kau tahu seberapa sulitnya hidup dia?! Apa kau tahu seberapa sakitnya dia memendam perasaannya?! Kau tak tahu seberapa sakitnya! Dan kau tidak akan pernah tahu jika kau tak merasakan saat kau berada di posisinya. Kau menikah dengan wanita lain dan menganggap seorang wanita seperti (namakamu) ini kuat menjalaninya karena kau melihat sisi ketegaranku. Apa kau tahu aku tegar karena tak mau terlihat cengeng? Apa kau tahu aku selalu sakit dan menderita dan tak ada siapa-siapa disisiku?!" Aku menangis segugukan. Menahan emosi yang selama ini aku pendam. Menahan tangisan yang rasanya ingin meledak. Aku membuang nafas beratku. Menatap kedua bola mata yang membuatku menderita sekaligus bahagia disaat yang berbeda.

"Kau mempermasalahkan hubunganku dengan bastian dan arie tapi apa aku pernah mempermasalahkan hubunganmu dengan tiara, nafisah, syafa, dan semua wanitamu selama ini menjalan hubungan denganmu?! Apa aku marah dan minta pisah?! Kalau ya, sebutkan dengan siapa aku marah."

"Tiara." Ucap iqbaal singkat.

"Apa aku membentakmu? Apa aku memarahimu?! Aku melihat kalian dan pergi untuk menenangkan diriku tapi kalian malah mengejarku. Dan tiara, dia sangat mencintaimu, dan itu tak salah, karena kau memang dapat membuat wanita terjerat dalam cintamu dan dengan mudah kau mencampakkannya. Tunggu, apa nasibku akan seperti tiara? Aku bersamamu sekarang dan syafa akan melihatnya dan berlari, kau mengejarnya dan aku ikut mengejarnya. Melihat ada mobil yang mengarah cepat menuju syafa, aku langsung lari dan mendorongnya hingga aku yang ditabrak dan mati. Ya, mungkin akan seperti." Aku meringis mendengar cerita itu. Apa benar aku akan mati karena menyelamatkan pendamping dari cinta sejatiku? Sedikit perih di hati jika mengingat kalau bukan aku pendampingnya.

"(namakamu)." Iqbaal dengan cepat memelukku. Hangat. Seperti dulu. Tapi pelukan ini bukan seutuhnya milikku lagi. Ini bukan sepenuhnya miliki (namakamu).

"Lepas! Aku tak mau syafa salah paham dan diaㅡ"

'Cup...'

Benda lunak itu mendarat mulus di bibirku lagi.

Ini bukan yang pertama.

Tidak. Ini salah. Aku mendorong dada iqbaal dengan kedua tanganku tapi dengan cepat iqbaal menarik pinggangku dan menekan tengkukku untuk memperdalam ciuman yang sama sekali tak kunikmati. Benar. Ini salah. Aku takut jika nanti syafa..

"Iqbaal.." Lirih seseorang. Aku melirik siapa yang menciptakan suara lembut itu.

And see..

She is syafa, you know?!

Iqbaal melepas ciuman itu lalu menatap syafa.

"Syafa.." Dengan cepat syafa pergi dari hadapan kami.

"Kau bodoh, lihat?! Kejar dia!" Iqbaal tidak bergeming. Dia hanya menatap kepergian syafa. Dasar laki-laki brengsek.

"Baiklah, kalau kau tak mau, biar aku yang akan mengejarnya." Dengan cepat aku berlari mengejar syafa.

"(namakamu)!" Iqbaal berteriak padaku dan aku merasakan dia mengejarku. Tidak! Aku tak mau syafa salah paham. Aku mengejar syafa sampai diujung jalan. Aku melihat syafa masih berlari dan ada sebuah mobil yang menggerak kearah syafa. Tidak! Apa yang harus aku lakukan.

'You know destiny, (namakamu)? This is the name of destiny..'

'I know my destiny is not syafa but you..'

Aku menggeleng cepat.

Tidak! Syafa sekarang adalah istri iqbaal dan aku? Aku hanya mantan pacar iqbaal. Iqbaal dan syafa akan hidup bersama , sedangkan aku? Aku bisa mati karena tak ada yang peduli padaku.

"Jangan berfikiran kalau kau akan menyelamatkan syafa, (namakamu)!" Teriak iqbaal yang jaraknya sudah mulai dekat denganku.

"Ini salah baal! Kau sudah mempunyai istri dan aku akan berusaha menyelamatkan istrimu walaupun aku harus mati!" Aku berteriak sangat keras.

Dengan cepat langit yang terlihat mendung sudah memuntahkan air dengan sangat deras membuat pandangan menjadi buram. Aku dengan cepat kembali berlari.

Syafa sudah tepat berada di depanku. Aku bersyukur aku dianugerahkan kecepatan lari yang berbeda dari wanita pada umumnya.

Sial.

Aku mempercepat lariku karena jarak mobil dengan syafa mulai deket.

Akhirnya.

Dekat.

Dan

'Brak..'

Aku sudah mendorong syafa kedepan hingga dia menabrak trotoar. Itu lebih baik dari tertabrak mobil.

Saat aku ingin menyusul syafa tiba-tiba

'Brak..'

TBC

Love LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang