"Gimana nih? Kira-kira (namakamu) balik gak ya?"

"Aku tahu pasti dia bakal balik. Kita tunggu steffi aja." Jawab iqbaal lembut. Syafa hanya tersenyum dan kembali menatap sepasang insan yang masih saja bertengkar.

"2 anak ini gimana?" Tanya syafa.

"Kamu tenangin si dio aja. Dio nangis tuh. Biar aku yang ngurusin 2 anak ini." Syafa mengangguk lalu membawa dio berjalan-jalan agar anak berumur sekitar 3 tahun ini dapat diam dan berhenti menangis.

"Kalian bisa gak buat gua gak malu hari ini aja? Gue mau nikah! Ini mau jadi momment spesial gua sama calon istri gua." Geram iqbaal. Aldi dan salsha tak mengubris kata-kata iqbaal. Mereka masih sibuk dengan urusan mereka.

"Lo tuh yang sok."

"Bisa ngaca gak sih?"

"Ngaca? Gue ganteng itu udah pasti."

"Cih. Pede banget lu."

"Stop atau gua ambil hak asuh dio karena orang tua dio gak ada yang becus. Liat, dio nangis gara-gara lu berdua ribut!" Teriak iqbaal yang melengking di telinga kedua manusia ini. Akhirnya mereka berdua diam.

"Bagus!" Sahut iqbaal

"Liat tuh gara-gara lo anak gue nangis."

"Please lo ngaca! Dia nangis karena lo dan dia itu anak gue bukan anak lo! Gue yang ngelahirin!"

"Kalau gak ada gue, dio gak bakal lahir kali!"

"Gue bisa sama yang lain!"

"Emang ada yang suka sama cewek cerewet kayak lo!"

"Lo ya.." Semuanya masih berlanjut. Iqbaal hanya menepuk jidatnya. Tak disangka semua masalah yang tak penting bisa menjadi bahan adu mulut pasangan ini. Iqbaal saja sampai heran. Mengapa mereka bisa menikah kalau kelakuan mereka saja seperti ini. Apa mereka nikah waktu mabuk?

<><><>

(namakamu) kini duduk di depan gedung mewah tempat acara pernikahan iqbaal berlangsung. (namakamu) menangis, sehingga make up nya sedikit luntur. Sedikit? Ya, SANGAT sedikit. Bodoh! Bahkan semua make upnya luntur.

"(namakamu)?" Dengan cepat (namakamu) menghapus air matanya dan menoleh ke arah steffi. Dia hapal semua siara milik sahabatnya terutama mantan pacarnya--iqbaal.

"Kenapa?" Tanya (namakamu) yang sekarang mencoba tersenyum.

"Jangan tersenyum kalau terpaksa. Lo kenapa keluar?" Tanya steffi yang menatap nanar wajah (namakamu). Steffi mengeluarkan tissue dan menghapus jejak air mata di wajah cantik (namakamu).
(Namakamu) menggeleng.

"Gak kok, cuma males aja didalam."

"Jujur sama gue." Steffi menatap kedua manik-manik mata (namakamu). Steffi tahu (namakamu) tidak pintar dalam hal berbohong. Kini air mata (namakamu) sudah mengalir. Steffi merentangkan kedua tangannya berniat menenangkan sahabatnya ini dengan cara memberikan sebuah pelukan hangat. (namakamu) dengan epat menyambar steffi untuk dipeluk. (namakamu) menangis di pelukan steffi.

"Cerita." Paksa steffi. Dengan segugukan (namakamu) berusaha membalas perkataan steffi.

"gu..gue ma..mau ba..bahagia stef." Kata (namakamu) pelan. Steffi mengelus pelan puncak kepala (namakamu). Steffi tahu cobaan (namakamu) sangatlah berat. Dengan cepat steffi tersenyum.

"Tuhan akan memberikan kebahagian buat lo (namakamu). Tapi itu nanti. Saat tuhan liat bahwa (namakamu) itu tegar dan mampu melewati segala cobaan yang diberikannya."

"Ta..tapi kapan stef? Gue gak ku..kuat." Steffi terdiam lalu kembali tersenyum.

"Sebentar lagi (namakamu), sebentar lagi. Percaya sama gua." (Namakamu) melepas pelukan itu lalu tersenyum dan mengangguk.

"Sekarang kita masuk. Tapi sebelumnya kayaknya ada yang butuh make up tambahan." (namakamu) merona. Pasti wajahnya sudah acak-acakan.

"Gue gabawa make up."

"Gue bawa." Steffi mengeluarkan 1 tas berisi peralatan make upnya. Aku hanya melongo menatapnya.

"Cadangan." Jawab steffi dengan cengiran.

"Udahlah kita harus cepet." (namakamu) hanya mengangguk pelan. Ia hanya dapat mengikuti semua perintah steffi karena otaknya sekarang sedang tidak bekerja maksimal.

"Mana salsha?"

"Lo tahu? bad couple itu berantem karena lo keluar. Pasangan aneh kan?" (namakamu) hanya tersenyum terpaksa. Karenanya pasangan itu bertengkar lagi.

"Ini bukan salah lo, tapi ini salah mereka yang kekanak-kanakan." Sahut steffi sambil terus memupuk bedak itu di wajah mulus (namakamu).

"gue nyusahin ya stef?" Tanya (namakamu) yang kembali menangis. Steffi yang melihatnya langsung menghapus air mata (namakamu).

"Itu karena mereka yanh gak dewasa (namakamu). Jangan nyalahin diri lo terus. Udah jangan nangis. Liat nih make upnya luntur lagi. Sekarang diam oke." (namakamu) hanya mengangguk.

Tanpa mereka berdua sadari, seorang laki-laki berdiri agak jauh dari mereka. Menatap nanar gadis dengan gaun putihnya itu.

"Maafin aku (namakamu)." Katanya dengan air mata yang membasahi kedua pipinya. Salah. Ya dia salah. Dia menyakiti wanitanya. Itu kesalahan terbesarnya dan mungkin tak akan bisa di maafi oleh (namakamu)-nya itu.

"Gue janji gak akan buat lo nangis lagi."

TBC

Love LifeWhere stories live. Discover now