20. Semakin Dekat

Start from the beginning
                                    

Dengan senyum yang merekah Seokjin berjalan ke arah istrinya yang masih sibuk menyiapkan sarapan dan Hyunjin yang sedang asyik memakan sandwich buatan sang ibunda. Tak lupa ia memberi sebuah ciuman hangat di pipi putri semata wayangnya serta kecupan lembut di bibir sang istri. 

"Woah, suamiku hari ini terlihat lebih tampan dari biasanya," puji Hana. 

"Benarkah? Memang kapan aku pernah terlihat jelek," jawab Seokjin penuh percaya diri.

"Kenapa ayah tidak memakai topeng iron man saja saat bekerja?" celetuk Hyunjin yang menatap tajam ke arah sang ayah.

"Untuk kali ini aku tidak akan menuruti anak ayah. Setiap hari ayah harus bertemu dengan karyawan dan mitra kerja. Bukankah mereka akan menertawakanku jika berpenampilan seperti itu di kantor? Apa Hyunjin mau ayah dijauhi semua karyawan?" 

"Tak masalah jika itu karyawan perempuan. Kakak-kakak cantik yang bekerja di perusahaan pasti jatuh cinta pada ayah."

Seokjin tak mau lagi beradu argumen dengan anak kecil. Kalau diperhatikan kadar cemburunya yang luar biasa itu adalah putrinya bukan Hana. Memiliki wajah tampan memang sebuah anugerah tapi tidak bagi Baek Hyunjin. Gadis cantik itu selalu resah dengan ketampanan yang dimiliki sang ayah. Sepertinya ungkapan yang mengatakan bahwa cinta pertama anak perempuan adalah ayahnya memang benar. 

"Hari ini adalah hari pertama sekretaris baru bekerja dan hari terakhir paman Kangjoon. Aku harap Sekretaris baru pekerjaannya tak kalah bagus," curhat Seokjin tiba-tiba. 

"Jangan khawatir. Paman Kangjoon pasti akan memilih orang yang sangat berkompeten untuk dijadikan sekretaris baru," ucap Hana yang berusaha menenangkan sang suami yang resah. Berkat ucapan istrinya Seokjin merasa sedikit lega karena ia agak malas untuk memberi tahu banyak hal semua dari awal. 

Awal hari yang dirasakan dengan perasaan bahagia akan mempengaruhi mood kerja. Karena kebahagiaannya bersama istri dan putrinya lah yang membuat pria tampan itu semangat dalam bekerja. Menjadi seorang pemimpin perusahaan yang ramah, baik, dan mudah bergaul dengan bawahannya. Tak heran jika semua karyawan yang kerja dengannya sangat menyukai dan menghormati Seokjin. Walaupun lelah ia rasakan tapi jika ia ingat kembali semua jerih payahnya akan kembali ke anak dan istri membuat ayah Hyunjin itu mengesampingkan apa yang ia keluhkan. 

Selama perjalanan menuju sekolah Hyunjin. Seokjin tak henti mendengarkan lagu-lagu coldplay kesukaannya. Sempat ada perdebatan kecil dengan sang putri yang ingin mendengarkan lagu-lagu dari group idola favoritnya yaitu BTS. Tak selamanya orang tua mengalah pada anaknya. Contohnya sekarang. Seokjin tetap kukuh dengan keputusannya untuk mendengarkan lagu dari band yang begitu ia sukai dari dulu. Tentu sikap ayah satu anak ini berhasil membuat putri semata wayangnya uring-uringan. Sepuluh menit pun berlalu sampailah Seokjin di depan gerbang sekolah. Hyunjin pun  bersiap untuk turun. 

"Hyunjin-ah, kau tidak mencium pipi ayah?" tanya Seokjin yang merasa kurang jika tak mendapat sebuah kecupan hangat di pipinya dari sang putri. 

"Aku tidak mau. Ini hukuman untuk ayah yang tak membolehkan aku mendengar lagu-lagu bangtanseonyeondan," jawab Hyunjin dengan perasaan kesal dan berlalu begitu saja meninggalkan ayahnya sendirian di mobil. 

"Yak, Hyunjin-ah, Baek Hyunjin," panggil Seokjin yang setengah berteriak. Sayangnya, gadis itu tak menggubris sama sekali panggilan sang ayah. Bukannya marah mendapat perlakuan tak sopan dari sang putri. Seokjin malah tertawa kecil seraya menggelengkan kepalanya. "Gwieyowo." 

Seokjin kembali melanjutkan perjalanannya menuju kantor yang lokasinya tak begitu jauh dari sekolah Hyunjin. Walaupun bukan perusahaan yang sangat besar seperti milik ayahnya. Namun setidaknya perusahaan yang didirikan Seokjin mampu bersaing dengan perusahaan lain dalam urusan memperebutkan sebuah tender besar. Sesampainya di kantor. Seokjin memarkirkan mobilnya di parkiran khusus yang disediakan. Turun dari kendaraan Seokjin berjalan masuk seraya menyapa semua karyawan yang ia temui di lobi utama. Siapapun yang bertatap muka dengannya Seokjin akan selalu menyapa dan tersenyum dengan ramah. Yang menjadi pemandangan tak biasa adalah ketika para karyawan wanita meleleh ketika Seokjin menyapa sekaligus tersenyum pada mereka. Bahkan diantara mereka terlihat sangat kegirangan serta salah tingkah. Bayangkan jika putrinya ada disini sekarang pasti dia akan mengoceh karena cemburu. 

Seokjin kini meletakkan tas di meja kerjanya. Melepas jas yang ia kenakan lalu menggantungnya. Mata dan jari jemarinya sekarang fokus di depan laptop. Memeriksa data perusahaan yang masuk setiap harinya. Sebelumnya bagian HRD bersama paman Kangjoon telah menghubungi Seokjin untuk memperkenalkan sekretaris baru. Sebelum benar-benar keluar dari perusahaan Choi Kangjoon ingin menuntaskan tanggung jawabnya sebaik mungkin. Selang lima belas menit pintu ruangan ayah Hyunjin itu diketuk oleh seseorang. Tanpa basa-basi pria tampan itu mempersilahkan orang itu masuk. 

"Paman Kangjoon kau sudah datang," tanya Seokjin dengan senyum ramahnya. 

"Iya, sajangnim, seperti janjiku padamu sebelumnya bahwa aku akan melakukan yang terbaik sebelum saya resign," jawab Kangjoon penuh dengan wibawa. Lagi-lagi suami Hana itu tersenyum. Kini ia mengalihkan pandangannya pada tuan Baekyang menjabat sebagai pimpinan HRD. 

"Bagaimana tuan Kim. Apa kau menyelesaikan tugasmu dengan lancar?" 

"Iya sajangnim. Berkat tuan Kangjoon aku tidak kesulitan mencari sekretaris baru yang sesuai dengan keinginan Anda. Saya sangat berterima kasih dan sangat terbantu," ujar Tuan Kim. 

"Terima kasih sudah melakukan tugasmu dengan baik. Apa sekretaris baru itu sudah datang? Aku ingin bertemu dan ingin sedikit bertanya padanya," ujar Seokjin tanpa ragu. 

"Ah, tentu bisa sajangnim. Aku akan memanggilnya." Tuan Kim keluar ke ruangan sejenak dan kembali bersama sekretaris baru yang mereka maksud. "Ini dia sajangnim," ucap tuan Kim. 

Seokjin yang awalnya sibuk memandang laptop kini beralih melihat seseorang yang akan menjadi partner kerjanya mulai hari ini. Pria itu tercekat, tatapannya terlihat kaget. Ia tak tahu harus berkata apa. Ini bukanlah hal yang pernah ia bayangkan sebelumnya. Ada sebuah rasa amarah dan kecewa terhadap kinerja bawahannya. Kenapa? Kenapa harus dia yang menempati posisi sebagai sekretaris baru? Tak hanya Seokjin yang merasa tak nyaman namun pegawai baru itu pun juga merasakan demikian. Bahkan jika ia mampu untuk kabur. Ia akan pergi sekarang. 

"Kenapa kau diam saja? Cepat sapa dan perkenalkan dirimu pada sajangnim," tegur paman Kangjoon pada sekretaris baru itu. 

"Perkenalkan saya Jung Hyeri yang akan menempati posisi sebagai sekretaris baru. Mohon bimbingannya, sajangnim," ujar Hyeri dengan sangat terpaksa seraya membungkuk sembilan puluh derajat pada Seokjin. Kenapa harus dia, batin Seokjin. 

TO BE CONTINUE

Berniat saling menghindar tapi saling dekat

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Berniat saling menghindar tapi saling dekat.  Kalau Tuhan sudah berkehendak ya. Mau seberusaha apa pun kita ya sia-sia.

 BROKEN (MARRIAGE LIFE) Where stories live. Discover now