Bela tidak mau dijodohkan dengan orang yang tak mencintai dirinya, sedangkan dua perempuan paruh baya itu terus mendesaknya untuk mendekati Syam, meskipun dalam hatinya tidak mau, setelah penolakan berulang dari Syam.

"Syam, temani Bela, Mama mau ngobrol sama Mama Bela dulu," pinta Sandra pada Syam.

"Tapi, Ma–"

Belum sempat menolah, Sandra sudah pergi meninggalkan Bela bersama Syam. Keduanya hanya bergeming, Syam memperlihatkan wajah tidak sukanya kepada Bela. Sedangkan Bela tampak canggung, tidak tahu harus berbuat apa.

"Ee ... Ambil minum, yuk!" ajak Bela.

Tanpa menjawab ajakan Bela, kaki Syam melangkah ke arah meja, yang sudah berisi ratusan gelas yang sudah terisi dengan minuman aneka rasa. Bela mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Alexa.

Pyar!
Beberapa gelas pecah, sengaja Bela jatuhkan.

"Waiters," panggil Bela. Setelah menemukan keberadaan Alexa. Alexa datang menghampiri Syam juga Bela.

"Tolong, bersihkan ini, ya," pinta Bela.  Sembari memberikan kode pada Alexa, untuk memasukkan obat tidur pada Syam.

"Perhatian semuanya, hari ini adalah hari bahagia kita semua, terima kasih kepada para karyawan–" Syamsuddin mengawali sambutan acara pada malam hari ini. Setelah dipanggil oleh pemandu acara.

Syam memperhatikan papanya yang sedang berpidato, membuatnya tidak fokus dengan Bela. Setelah Alexa selesai memberikan obat pada minuman yang akan diberikan kepada Syam. Merasa kurang jelas, Syam maju ke depan. Meninggalkan Bela sendirian di tempatnya.

"Lama banget sih, udah keburu maju, kan!" bisik Bela pada Alexa, geram.

"Cerewet banget, kamu nggak tahu banyak orang di sini!" jawab Alexa. Tak kalah pedas.

"Udah, cepetan mana minumannya," sahut Bela. Alexa memberikan minuman yang tadi sudah ia campur dengan obat tidur.

"Saya akan memperkenalkan CEO yang baru, semoga dengan bergabungnya beliau menjadi CEO, perusahaan semakin maju, dan teman-teman semua lebih bersemangat lagi dalam bekerja, kita sambut CEO baru kita Syam Mahardika–" ujar Syamsuddin. Yang diikuti gemuruh tepuk tangan semua karyawan yang hadir.

Mendengar namanya dipanggil, Syam mengedarkan pandangannya, mencari sosok yang ia cintainya sekali lagi, berharap Nadhira akan datang ke acara yang paling ia tunggu selama satu tahun terakhir ini. Ia ingin membuktikan bahwa ia sudah berubah, menjadi lebih baik lagi.

Nihil, harapannya pupus begitu saja, setelah, Syam maju naik ke panggung yang telah disiapkan, setelah namanya dipanggil berulang kali.

Tak lama kemudian Nadhira muncul dari pintu masuk dengan stelan gaun berwarna pastel yang dipadukan dengan kerudung warna senada, dilengkapi dengan tas handbag, menambah kesan elegant dirinya. Melihat Nadhira datang, Syam yang berada di atas panggung, menjadi sumringah.

Nadhira dihampiri oleh Syarif, karena bujukan kakak iparnya, akhirnya Nadhira mau datang ke acara, dengan jemputan sopir pribadi Syamsuddin, yang sudah mendapatkan izin dari tuannya.

"Assalamu'alaikum, Dhira, apa kabar?" sapa Syarif.

"Waalaikumussalam, kakak, a-alhamdulillah baik, kak. Kakak gimana?" sahut Nadhira. Gugub.

"Alhamdulillah, Dede gimana tadi, nggak papa kan sama Tante Fatimah juga Om Ahmad?"

"Iya, Kak. Tadi Dhira minta tolong kepada mereka, malah mereka juga nyuruh Dhira untuk berangkat,"

"Alhamdulillah,"

"Aunty ...," teriak Tama. Berlari dari ke arahnya, dengan beberapa anak karyawan seumuran dengan dirinya.

NADHIRA CHAIRUNNISAWhere stories live. Discover now