06

1.2K 49 2
                                    

Staff Laki-laki membawa Syam untuk dibaringkan ke kursi panjang yang berada di ruang mereka.

"Minta tolong ambilkan minyak angin di tas saya," pinta Nadhira pada staff yang berada di sana.

Setelah mendapatkan minyak angin, ditaruh nya di depan hidung Syam. Semua staff diminta untuk bubar sama Nadhira.

"Kenapa Syam, Dhir?" tanya Syamsuddin. Baru masuk ke ruangan.

"Kurang tahu, Pa. Tiba-tiba pingsan setelah keluar lift tadi,"

"Papa panggilkan dokter ya,"

"Nggak usah, Pa." Pria yang sedari tadi tak sadarkan diri itu sudah siuman. Kini ia telah duduk bersandar di punggung kursi.

"Are you okay, son?" Syamsuddin duduk di samping Syam.

Terlihat sekali kedekatan Papa dan anak itu. Sepersekian detik Nadhira terpaku oleh mereka berdua. Menuntut diri untuk membandingkan kehidupannya dengan orang lain.

"Dhira, Papa kembali dulu ya, ke ruangan Papa,"

"Baik, Pa." Pria paruh baya itu keluar dari ruangan.

Tok tok tok

"Bu, tadi ada order makanan dari bawah, ya?" Tanya asisten masih di ambang pintu.

"Iya, sudah datang kah?"

"Sudah, Bu. Sebentar saya ambilkan."

Wanita itu keluar ruangan dan mengambil satu kantong kresek berisi makanan dan minuman. Di letakkan nya semua itu di meja, Syam yang masih bergeming memperhatikan istrinya itu mengambil satu buah styrofoam box berisikan pisang cokelat keju, dan mengambil minuman susu kurma yang dikemas dengan botol.

"Euum." Nadhira menikmati makanannya. Sengaja ia membuat ekspresi menggoda, agar pria di sampingnya ngiler dengan makanan yang ia makan.

"Euum ... Daebak! So yummy." Nadhira menggerak-gerakkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri. Membuat pria di sampingnya menelan saliva.

"Enak?" tanya Syam. Memajukan tubuhnya ke arah Nadhira.

"Banget."

Didekatkannya makanan itu ke hidung suaminya, membuat Syam menghirup kuat-kuat makanan yang ada di hadapannya. Cacing di perutnya sudah melayangkan protes untuk diberi makan.

"Wah ... Jinjja, enak banget," kata Syam kemudian. Sudah merebut makanan milik Nadhira.

"Ish ... Sini in!" Nadhira ingin mengambil makanan miliknya, tetapi di cegah oleh Syam.

"Order lagi, ini buat Saya," cicit Syam.

"Nggak mau, ini punya Saya." Nadhira masih berusaha mengambil makanannya.

"Pelit banget sih, sama suami sendiri juga,"

"Helo ... Sejak kapan kamu mengakui saya sebagai istri,"

Deg!

Syam berhenti sejenak, tak menghiraukan makanan di tangannya sudah berpindah ke tangan Nadhira. Sementara gadis itu kegirangan makanannya sudah kembali padanya.

"Alhamdulillah," ucap Nadhira. Setelah selesai makan. Matanya melirik Syam, yang sedari tadi membisu. Setelah ia mengucapkan pertanyaan itu.

"Kamu nggak makan lagi? Ini ada susu kurma loh, bagus buat tubuh kamu." Nadhira mengangsurkan sebotol untuk Syam. Namun di tepisnya botol itu. Sampai isinya mengotori ruangan.

Nadhira kaget, dengan perubahan Syam yang tiba-tiba. Padahal tadi pria itu sempat bersikap manis padanya. Meskipun hanya rebutan makanan.

"Astagfirullahal'azhim, apa gue salah ya, bilang seperti itu tadi," gumam Nadhira dalam hati.

NADHIRA CHAIRUNNISATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang