51 🔹Incident

10.9K 1K 26
                                    

Always Enjoy
Happy Reading
________________________




Malam yang larut terlihat sunyi senyap, menandakan jika orang banyak sudah terlelap menutup hari yang melelahkan, dan memulainya lagi dengan penuh semangat besok hari.

Namun semua itu tak berlaku untuk seseorang. Mata itu tak berhenti bahkan tidak mengalihkan pandangan sedetik pun pada sebuah objek yang berputar tanpa berhenti.

Dia Sesha, gadis manis itu bergetar takut saat jam yang sedari beberapa jam yang lalu ia kawal sebentar lagi akan menunjukan pukul 00.00. Dan sekarang jam meja itu sudah berada pada pukul 23.34

Sesha memejamkan mata, meremas gaun tidurnya saat kegelisahan begitu merayap tubuhnya.

Ia membuka ponselnya, mengetik beberapa pesan untuk seseorang.

______________________________________
23.34

Jangan ke sini!
Aku mohon
Turutin permintaanku kali ini aja
I U
______________________________________

Sesha melompat dari atas ranjang, membuka lemari nakas di samping meja belajarnya, mengambil sebuah palu dengan beberapa paku. Tak mau menunggu lama, gadis itu memaku pintu kamarnya yang sudah dikunci dari dalam. Sesha menancapkan paku tak main banyaknya.

Setelah merasa sudah beres, ia berpindah pada jendela balkomnya. Gadis itu melakukan hal yang sama dengan tangan yang gemetar.

Sesha melempar palu miliknya, lalu berjalan ke sudut ruangan yang hanya ditemani lampu belajar dengan penerangan apa adanya. Gadis itu duduk, memeluk lututnya dengan erat.

Sekali lagi, ia menatap jam yang sekarang telah berputar menunjukan pukul 23.51

Keringat dingin di tubuhnya mengalahkan semua udara dingin malam.

"Gue nggak bisa", gumamnya sambil menggeleng frustasi.

Mata Sesha kembali menatap borgol yang sudah ia siapkan, gadis itu langsung memborgol satu tangannya, dan sebelah borgol lainnya ia borgol ke kaki ranjang besi miliknya.

Sedangkan di luar kamarnya, Aquilla tampak terdiam. Di belakangnya berdiri ketiga anak kembarnya yang baru saja mendengar fakta yang tidak dapat dipercaya oleh akal, tetapi saat melihat pancaran kesungguhan dari mata sang ibu, mau tak mau mereka harus berusaha menerima.

"ARGGHHHHHHH"

Mata mereka melotot saat mendengar teriakan dari dalam sebuah kamar, kamar sang adik.

Detik berikutnya mereka serentak menatap jam dinding yang sudah berada pada pukul 00.00

"ARGHHHHHHHHHH"

"Bun, kita harus ke dalam", ujar Xander langsung panik.

Aquilla menggeleng.
"Jangan, semua akan baik-baik saja. Sekarang kita keluar dari rumah. Arwah-arwah dari dinasti Mesir mulai berdatangan", ujar Aquilla menarik tangan ketiga anaknya keluar dari dalam rumah.

Brak!

Pintu ruang tamu terbuka lebar saat mereka hampir sampai. Angin kencang menerobos masuk tanpa sebab.

Destiny Line [END]Where stories live. Discover now