09🔹TERTINGGAL

16.9K 1.7K 4
                                    

Always Enjoy
Happy Reading
______________________

Kevin menarik pelan Sesha mengikuti Alfred, dengan tangan yang menggenggam erat, takut hilang dikerumunan orang-orang berdosa itu. Di tangan sebelah kiri Kevin terdapat satu kantong plastik besar. Lelaki itu menempati janjinya membeli cemilan untuk sepupunya itu.

"Kevin, gelap benget sihh. Mana musiknya keras banget", gerutu Sesha saat menatap celingukan sekitar dengan heran. Maklum saja karena gadis itu baru pertama kali pergi ke tempat keramat ini. Dan Kevin harus menjaga sang tuan putri, kalau tidak mau kepalanya lepas dari tubuhnya, akibat kemurkaan monster Nugraha.

"Udah, lo tenang aja", ujar Kevin yang kini berpindah merangkul erat sepupunya saat tatapan lapar dari kaum adam, yang mulai mendekatkan diri.

Akhirnya mereka sampai di privat room, di mana banyak anak muda yang tentunya sebagian Sesha kenal, karena berasal dari sekolah yang sama. Dan sisanya Sesha yakin jika mereka anak sekolah tetangga.

Kevin menuntun Sesha untuk duduk di sofa paling ujung. Meletakan plastik jumbo ke atas meja. Lihatlah, Kevin merasa punya bayi besar sekarang.

Bunyi notif dari ponsel Sesha, membuat Kevin langsung ikut beralih menatapnya sepupunya itu.

"Dari bang Vernon, dia nanya kenapa lama", ujar Sesha pada Kevin.

Kevin menatap jam dipergelangan tangannya yang sudah menunjuk pukul 20:54. Sial, kenapa cepat sekali. Lelaki itu tidak ingat saja, jika mereka menghabiskan setengah jam lebih menuju tempat ini.

"Emm gue ada ide. Bilang aja kalo kita nginep di apartemen keluarga, yang nggak jauh dari taman kota itu. Bilang kalo kita malas pulang", ujar Kevin dibalas anggukan Sesha.

Gadis itu langsung mengetik balasan sesuai yang diucapkan Kevin, dan langsung mendapatkan pengiyaan oleh Vernon. Huh, untung saja bukan Xander atau Bian, mereka pasti akan sulit membohongi keduanya.

"Lo tunggu di sini, jangan ke mana-mana. Gue mau sapa temen gue dulu", ujar Kevin menunjuk kumpulan para lelaki yang sedang minum itu, dengan kedua sang bintang tamu yang ikut nimbrung.

Sesha hanya mengangguk, memilih membuka makanan ringan yang membuatnya berbinar.

"Wihh abang Kevin dateng juga"

Kevin mentos teman-temannya ala-ala cowok. Lelaki itu langsung meraih gelas yang disodorkan Angelina, dan meneguknya dengan senang hati.

"By the way Vin. Sepupu lo yang manis itu udah punya doi nggak?", ujar Dimentri salah satu teman Kevin yang dari tadi selalu menatap pergerakan Sesha lewat matanya.

"Nggak usah macam-macam lo", peringat Kevin.

"Santai brother. Gue cuman mau kenalan. Sepupu lo terlalu cantik sihh, kan gue jadi pengen itu sama calon doi", ujar lanjut Dimentri.

Mereka semua langsung menarik Kevin yang sudah menarik kerah baju Dimentri, dan siap melayangkan bogeman mentah untuk lelaki yang sedang terkekeh itu. Padahal tidak ada yang lucu.

"Tahan Vin", ujar Alfred menepuk punggung Kevin yang sudah tersulut emosi.

"Bercanda bro", ujar Dimentri dengan santai.

Kevin memang memiliki watak konyol dan bobrok membuat semua orang nyaman padanya. Namun jika sudah tersulut emosi, maka percayalah ia sebelas duabelas dengan ketiga saudara Sesha.

Sementara Sesha hanya mampu mengerutkan kening, menatap setiap pergerakan Kevin yang sepertinya sedang marah. Tapi ia tidak mampu mendengar apa-apa karena musik keras menghancurkan gendang telinganya.

Destiny Line [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang