UW-4

3.5K 231 1
                                    


***

Pada pukul setengah satu siang Dara-perempuan muda yang menggantikan posisiku sebagai kasir-datang ke butik untuk kembali menjalankan tugasnya sebagai kasir di Butik Lily. Keberadaannya mengakhiri part time-ku yang artinya Aku sudah boleh pulang.

Meski begitu, Aku tidak langsung pulang begitu saja dan memilih untuk berada di Butik Lily lebih lama hanya untuk meluruhkan rasa rinduku pada staff di sini. Satu tahun bekerja di sini membuatku lumayn dekat dengan mereka. Maka dari itu, kadang-kadang Aku sering meluangkan waktu buat datang ke sini untuk bertemu dan sedikit mengobrol santai dengan mereka.

Barulah pada jam satu Aku pulang. Namun, berhubung Aku belum makan siang jadilah Aku melipir ke kedai mie ayam langganan bersama Ibu Lily tentunya. Aku nggak jadi minta traktir nasgor solaria karena ucapanku waktu itu hanyalah gurauan belaka. Lidahku juga lebih menyukai makanan sederhana produk pedagang kaki lima.

"Abis makan kamu langsung ke pasar 'kan?"

Aku mengangguk tak bersemangat. Soalnya siang ini cuacanya begitu terik. Berdesak-desakan di pasar dengan keadaan tubuh lelah itu Sangat-sangat tidak disarankan. Kalau pagi-pagi disuruh ke pasar mah Aku juga nggak bakalan nolak, seneng yang ada malah. Biar hidupku nggak keliatan nolep banget karena nyaris sepanjang hari Aku menghabiskan waktu di rumah.

Malas sih sebetulnya, tapi menolak permintaan Bi Nina juga nggak enak. Apa lagi Aku sudah menganggap Bi Nina seperti Ibu sendiri. Duh, berasa durhaka kalau nolak padahal masih ada Andra di rumah.

"Eh, kamu pesen dulu aja ya. Aku mau ke atm dulu."

Belum sempat Aku merespon, Lily sudah melaju cepat dengan motor scoopynya. Padahal kami baru beberapa detik tiba di Mie Ayam langganan.

"Mie ayamnya dua, Mang. Kayak biasa ya, yang satu gak usah pake kacang yang satunya lagi jangan pake bawang daun," pesanku lalu duduk di sebuah kursi. Nggak terlalu memedulikan Lily karena perutku sudah berdemo, nyaris melilit malah. Padahal Aku sudah ngemil tadi.

Sembari menunggu Lily kembali, Aku membuka whatsapp dan berniat membalas pesan Bang Faris yang sengaja Aku diamkan sejak pesan itu muncul pada jam delapan pagi.

Bang Faris


Gatau euy, mungkin kapan-kapan aja pulangnya wkwkwk

Bang Faris pasti marah besar nih kalau Aku merespon pesannya dengan nada bercanda seperti ini. Tapi kalau direspon serius, pembahasan tentang 'Kapan pulang?' akan memanjang. Kalau dijawab seperti ini, paling-paling Bang Faris marah ujungnya Aku minta maaf dan pertanyaan itu akan otomatis teralihkan.

Harusnya, sih, gitu ya. Tapi ... kali ini respon Bang Faris berbeda. Nggak seperti biasanya, Aku bahkan merasa menyesal karena telah membuka whatsapp. Aku pikir wa Bang Faris nggak akan aktif mengingat inu sudah masuk waktu kerja.

Bang Faris

Ini kalau kamu belum move on juga, Abang mau jodohin kamu ajalah. Males banget ngeliat Adik sendiri yang gagal move on terus.

"Lah?" lirihku. Agak ngakak juga membaca balasan Bang Faris. Ini kayaknya bercanda, deh.

Bang Faris

Bercandanya gak lucu, Bang. Main jodohin anak orang aja, dikira masih zaman Siti Nurbaya kali ya.

Tak berapa lama pesan itu kembali Bang Faris balas. Aneh banget padahal dia harusnya kerja. Ini harus dilaporin ke bosnya, sih. Bisa-bisanya waktu kerja malah chattan sama adik sendiri.

Unexpected WeddingWo Geschichten leben. Entdecke jetzt