"Kamu nggak kasih kesempatan untuk orang itu menjelaskan semuanya? Tentang apa yang terjadi?" Cecar Syam. Masih dengan nada normal, tetapi ada kecemasan di dalamnya.

"Kata kamu itu masalah terjadi berulangkali, kan? Itu berarti aku sudah ngasih kesempatan banyak banget untuk orang itu memperbaiki, jadi ... Untuk apa memberikan kesempatan kepada orang yang tidak menganggap kita ada di kehidupannya?"

"Kalau orang itu nggak salah gimana?"

"Kepercayaan, yang sudah aku kasih. Namun, disalahgunakan atau tidak dihargai, tidak bisa kembali utuh lagi, Mas. Mungkin aku bisa menerimanya, tetapi rasa waspada itu pasti ada, memang sih, sebagai hamba kita nggak boleh su'udzon, tetapi untuk hati yang sering terluka, tidak bisa utuh lagi seperti dulu, kayak gelas kaca, yang jatuh, kemudian dirangkai lagi, ada retakan halus di sana," ujar Nadhira.

Syam membawa Nadhira dalam dekapannya, erat. Menciumi kepala Nadhira. Syam tidak mau kehilangan Nadhira. Jawaban Nadhira membuatnya takut akan kehilangan. Pikirannya melayang entah kemana, sampai akhirnya pasangan ini tertidur pulas.
**
"Saya mau ketemu Syam! Minggir!" Maki Alexa.

"Maaf, Ibu, Tuan Syam sedang tidak bisa diganggu, beliau ada meeting," ucap Amel. Melarang Alexa untuk masuk ke dalam ruangan Syam.

Amel membawanya turun ke lobi, membuat semua staff melihat ke arah mereka, lengkap dengan security. Alexa masih berteriak memanggil nama Syam. Namun, pria itu tidak menggubris kegaduhan yang ia dengar di dalam ruangan.

"Ada apa ini, ribut-ribut?" Sahut Sandra. Baru saja datang dengan Syamsuddin juga Bela.

Alexa dan staff yang ada langsung terdiam, mendapat ultimatum dari pemilik resort. Syamsuddin menyuruh semua staff untuk kembali bekerja.

"Oo calon mertua sudah datang, saya mau menunjukan sesuatu sama kalian," ucap Alexa. Angkuh, mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya.

"Alexa," panggil Syam. Sudah turun, bersama Nadhira.

"Hai, sayang. Turun juga kamu, ya, sini gabung sama kita, kamu takut bilang sama mama papa kamu, kan? Biar aku yang bilang sama mereka, kalau kita mau nikah," sahut Alexa. Syam dan Nadhira mendekat ke arah mereka orang tuanya berdiri.

"Are you ready, guys?" goda Alexa.

"Alexa, kamu mau ngapain?" Sergah Syam. Panik.

"Calm down, sayang," ucap Alexa. Mengedipkan salah satu matanya.

Alexa memutar video yang sengaja ia rekam di kamar resort bersama salah satu staff, di sana ada Syam juga Alexa, suara desahan sangat menggangu semua orang yang mendengarnya. Nadhira menutup mulutnya, kedua matanya memerah, menahan air matanya.

Syam melihat kedua orang tuanya, terutama papanya, terlihat sangat marah. Syam hendak meraih tangan Nadhira, tetapi Nadhira langsung berpamitan pergi dari sana.

"Dhira naik ke atas dulu, permisi," pamit Nadhira. Dengan sedikit berlari.

"Dhira!" Panggil Syam.

"Syam! Stop," cegah Syamsuddin.

"Sudah habis, jadi bagaimana? Kalian tahu kan, harus mengambil langkah apa? Nikahkan kami segera, yaa," ucap Alexa. Tidak sopan.

"Alexa! Kamu keterlaluan ya," sentak Syam.

"Yaang, aku kan cuma mau kita cepat menikah, jadi ini caranya biar mereka merestui kita," sahut Alexa. Dengan ekspresi palsunya.

Alexa tidak mau kehilangan kesempatan untuk menjadi nyonya Mahardika, kondisinya sekarang, mengharuskannya segera bertindak, agar rumah yang ia tinggali tidak kena sita bank. Karena utang papanya.

"Pa, Ma, ini nggak seperti yang kalian lihat–" Syam mencoba menjelaskan, semua yang terjadi. Namun, Syamsuddin tidak mau lagi mendengar alasan yang dibuat anaknya.

"Cukup!" Bentak Syamsuddin.

"Awh ... Jangan berantem dong, kalau sudah tahu tanggal berapa mau ke rumah, call me, Sayang, Tuan Syamsuddin dan Ibu Sandra, saya pamit dulu, bye sayang," ucap Alexa. Mengelus pipi Syam. Kemudian berlalu.

"Papa kecewa sama kamu, kita bicarakan semuanya di rumah, sekarang naik ke atas, Dhira pasti syock melihat semuanya," perintah Syamsuddin. Syam menurut, dan berlari menuju ruangannya.

Sesampainya di ruangan, Syam melihat Nadhira membereskan mejanya, dengan air mata yang terus mengalir membanjiri wajahnya.

"Sayang," panggil Syam. Mendekati istrinya.

"Aku bisa jelaskan semuanya," tambah Syam.

"Tega kamu! Kenapa kamu melakukan ini, kenapa! Jijik, tahu nggak!" Ucap Nadhira. Penuh penekanan.

"Aku nggak melakukan itu, semuanya fitnah,"

"Fitnah? Setelah semua yang kamu lakukan bersama dia, aku melihat sendiri, Mas. Bagaimana sikap kamu ke dia, kamu bahkan bermesraan terang-terangan dengan dia di depan aku, kamu lupa?" Ujar Nadhira. Penuh amarah.

Setelah selesai dengan aktivitasnya, Nadhira menjinjing tasnya, kemudian meninggalkan Syam sendiri di ruangan. Sementara di lobi Syamsuddin masih syock dengan apa yang baru saja mereka lihat.

"You! Syam tidak mungkin berbuat seperti itu, serahkan semuanya sama Aku, tapi ... Setelah ini, ceraikan Syam dengan perempuan kampung itu!" Ucap Sandra.

NADHIRA CHAIRUNNISATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang