"Yaudah, kalian jangan lupa makan di kantin. Telpon bunda kalau ada apa-apa", ujar pesan Aquilla.

Setelah Vernon dan Aquilla pergi, kedua saudara itu mengambil duduk di sofa. Xander membuka laptop miliknya, mengerjakan pekerjaan yang sempat tertunda tadinya.

"Gue mau beli makan dulu di kantin", pamit Bian mulai beranjak, sebelum pergi ia menyempatkan diri mengecup kening Sesha.

"Cepet sembuh adek abang yang hiperaktif", bisik Bian.

***

"Bagaimana?", tanya suara berat yang duduk di kursi kebesarannya.

"Keadaannya mulai membaik Tuan", ujar lelaki yang berdiri tegak di depan meja lelaki itu.

"Keluar"

Setelah pengusiran secara langsung itu, lelaki yang tak lain Advent berjalan manuju pintu dengan cepat, meminggalkan Sky yang masih diam di tempatnya.

Kursi kebesarannya ia putar hingga menghadap kaca besar yang memperlihatkan keindahan gedung-gedung di luar sana.

"Antares"

Seorang tanpa permisi masuk begitu saja. Langkahnya yang anggun meninggalkan aroma parfum memabukan. Tangan itu dengan berani ia kalungkan ke leher Sky yang tidak bereaksi apa-apa.

"Keluar", ujar Sky dengan suara datarnya.

"Tidak mau, aku hanya ingin mengajakmu makan malam", bisik gadia itu di telinga Sky.

"Pergilah, saya sedang tidak ingin melihatmu", usir Sky.

"Kenapa? Bukankah kita pasangan kala itu?", tanya perempuan itu. Dirinya kini memutar kursi itu, hingga dirinya langsung berhadapan dengan Sky.

Thera, perempuan itu tersenyum manis, ketampanan Sky begitu membuatnya tergila-gila. Tubuhnya ia rendahkan agar langsung sejajar dengan lelaki itu.

"Ayo bersama, hanya ada aku dan kamu", ujar Thera.

"Tidak tertarik, lebih baik kamu urusin hidupmu dengan lelaki itu", tutur datar Sky.

Thera mengelus rahang Sky dengan lembut.
"Kamu cemburu? Kalau kamu mau, aku bisa memutuskannya", ujar Thera.

Sky terkekeh menganggap perkataan gadis di depannya adalah lelucon.
"Saya tidak pernah ada niatan untuk itu, karena saya tidak tertarik denganmu Thera, jadi kubur semua hayalanmu yang ingin memiliki saya", ujar Sky.

"Karena gadis itu?", tanya Thera dengan dingin. Karena tak ada jawaban dari bibir Sky, ia dapat tahu jawabannya.

"Apa yang kamu lihat darinya babe? Aku lebih dewasa, cerdas, sexy, semuanya aku punya. Sedangkan dia? Dia hanya seorang bocah yang dari kehidupan pertama selalu menjadi benalu, merebut ayahku dari ibuku Dewi Isis, membuat ibuku dilepas dari gelar Dewi, setelah itu nama keluargaku dipandang sangat haram di kerajaan, dan masih banyak lagi. Apa tidak cukup dia merebutmu dan menduduki posisi Ratu, menggeser diriku? Memisahkan kisah cinta kita? Kamu melupakannya sayang? Dia penghancur, seharusnya kamu melenyapkannya dari awal. Dia penghancur kebahagiaanku!", ujar Thera dengan geram.



Sky berdiri, tangannya memegang dagu Thera dengan kasar.

"Dia bukan benalu, kamu yang tidak menerima fakta bahwa semua nasib sialmu karena kelakuan ibumu. Jangan pernah bandingkan dia dengan dirimu yang kotor Thera, tidak ada istilah rebut-merebut kebahagiaanmu, karena apa? Karena memang dia lebih baik darimu. Kamu tahu? Sebuah penyesalan besar saat dikehidupan pertama saya lebih memilih dirimu yang haus akan hormat dibanding dia yang tulus di samping saya", desis Sky.


Thera sedikit meringis saat kuku-kuku Sky menekan kulitnya.

"Lalu sepantas apakah dirimu ada di sampingnya sekarang, setelah menjadi orang pertama yang menghancurkan hidupnya? Kamu pikir kamu layak? Hahahaha, jangan lupakan fakta itu Antares. Kamulah bibit penyakit derita Aludra!", ujar sinis Thera berhasil membuat Sky bungkam.

Gadis itu puas saat melihat wajah Sky yang tak berkutik.
"Kita lihat apa reaksinya setelah mendapatkan ingatan kehidupan pertamanya. Kita lihat siapa yang akan benar-benar hancur!", ujar Thera.


"Pergi", ujar dingin Sky melepaskan cengkeraman pada dagu Thera.

"Baiklah aku akan pergi. Tapi satu hal yang ingin aku ingatkan. Kamu tahu babe? Roh jiwa Aludra yang dulu belum sepenuhnya menerima kematiannya yang begitu sadis. Karena itu dirinya yang sekarang sering diikuti oleh roh lain yang menariknya untuk kembali pada petinya. Rohnya tidak menerima saat hampir seluruh jiwanya hidup dalam zaman yang baru padahal dendam itu belum terbalaskan. Jadi, dirinya tidak akan hidup tenang sebelum kamu dan aku mati di tangannya", celetuk santai Thera sambil berjalan keluar.


Setelah pintu tertutup rapat, Sky kembali duduk sambil mengendorkan dasi di lehernya yang terasa menyekik lehernya.

Lelaki itu memejamkan mata hingga sekilas sebuah bayangan tentang seorang gadis berputar di kepalanya. Otaknya dipenuhi tangisan pilu dimana seorang gadis disiksa hingga pada akhirnya dibunuh dengan sangat kejam.


"Aku kembali memang hanya untuk mati ditanganmu Aludra. Tapi aku tidak tahu jika takdir yang pernah tertulis sebelumnya benar-benar ada, dimana hanya ada kata kita"







Bersambung.....

Destiny Line [END]Where stories live. Discover now