Antares menarik napas panjang.
"Sophia, suruh pengawal agar mengangkat barang-barang Thera ke dalam kereta", ujar Antares dengan agak keras, agar Sophia yang berada di luar dapat menangkap sinyal suaranya.

"Baik Pangeran", ujar patuh Sophia.

Thera menggeleng keras, ini bukan yang ia harapkan. Dia tidak mau berpisah dari Antares.

"Lakukan sesuatu Antares", ujar Thera tak karuan.

Antares memegang kedua sisi bahu Thera.
"Lihat aku", ujar lembut Antares.

Thera membuang muka, menghapus air matanya dengan kasar, tanpa mau menoleh untuk menatap Antares.

"Lihat aku Thera sayang", ujar Antares dengan sangat sabar.

Thera akhirnya mengalah.

"Dengarkan aku baik-baik, sekarang kita harus mengikuti arus. Kerajaan bukan lah sesuatu yang kita anggap sepele. Aku yang hanya seorang Pangeran tidak bisa membantah sebuah titah Firaun. Jadi, kamu harus mengerti posisiku juga Thera", ujar pelan Antares.

"Lalu? Apa hubungan kita akan tetap berlanjut?", ujar lirih Thera.

Antares bungkam, namun setelah menarik napas panjang, lelaki itu mulai membuka mulut.

"Kamu tahukan? Seorang Calon Firaun yang sudah menemukan Calon Ratunya tidak boleh berhubungan dengan gadis manapun di luaran sana", ujar Antares.

"J-jadi? Kamu mengakhiri semuanya? Semua tentang kita??", ujar Thera dengan lemas.

"Maaf"

Thera langsung berjongkok tidak bisa menahan bobot tubuhnya. Ia tahu, sangat tahu malah dengan kata maaf dari Antares. Gadis itu pun menangis sejadi-jadinya, menumpahkan rasa kecewa hatinya. Impiannya dari dulu untuk menjadi Ratu kini hancur.



Antares menarik tangan gadis itu, membuat Thera langsung berdiri. Lelaki itu memeluk kekasihnya, ralat mantan kekasihnya dengan erat.

"Hubungan kita putus bukan berarti aku tidak mencintaimu lagi Thera. Hanya kamu satu-satunya yang bisa membuatku luluh, walaupun nantinya Aludra memiliki status penting di hidupku. Tenanglah, aku akan sering menemuimu nanti tapi tidak untuk saat ini. Tunggu sampai semuanya tenang", ujar Antares.

Thera tampak terdiam, gadis itu melepas pekukannya dengan Antares.
"Kita berhubungan diam-diam?", ujar gadis itu.

"Terserah padamu", ujar Antares.

"Aku ingin kita tetap menjalin hubungan spesial nantinya, walaupun kamu sudah mempunyai istri", ujar Thera dengan nada tak suka.

"Baiklah, sekarang kamu harus kembali. Pasti yang lain sudah menunggumu", ujar Antares.

"Yang lain? Siapa? Aku tidak punya siapa-siapa di dunia ini Antares", ujar Thera.

"Kamu punya aku. Sophia dan beberapa pelayan akan mengikutmu di sana. Aku juga memerintahkan kesatria Advent bersama rekannya yang lain untuk menjagamu di sana", ujar Antares membuat senyum Thera mengembang.


"Baiklah, tapi tunggu. Kamu akan mengantarku sampai ke rumah kan?", tanya pasti Thera.

"Aku sibuk, maaf", ujar Antares.

"Oh"

Setelah mengatakan itu Thera kangsung berlari keluar meninggalkan Antares sendirian di sana.

Gadis itu berlari menuju halaman istana dimana Sophia dengan yang lain sudah menunggunya.

"Ayo nona, kita akan segara berangkat", ujar Sophia. Pelayan muda itu membuka tirai kereta, mempersilahkan majikannya itu untuk naik.

Dalam diam Thera naik ke atas. Gadis itu menyikap sedikit tirai, menatap istana di depannya yang akan segara ia tinggalkan. Gadis itu menutupnya dengan sedikit kasar.
"Dia bahkan tidak menyusulku", monolog Thera dengan tangan meremas gaun mewahnya.



***


Istana di suasana subuh ini sudah ramai oleh prajurit istana yang berpatroli mencari Aludra. Biasanya dikeadaan seperti ini, istana masih sangat sepi. Setengah hari satu malam, penghuni istana sama sekali tidak menemukan keberadaan gadis itu, dan itu berhasil membuat Firaun turun tangan.

"Antares! Kerahkan pasukan untuk mencari di luar istana", ujar Firaun setelah Antares masuk ke dalam ruangannya.

"Ayah, semua sisi istana dibatasi tembok dengan tinggi sepuluh meter. Menurut ayah, apa bisakah gadis lemah itu melompatinya. Istana ini sama sekali tidak memiliki pintu rahasia kecuali pintu rahasia diruang kerja ayah sendiri. Apalagi setiap sisi tembok dijaga oleh prajurit seharian penuh. Jadi, tidak mungkin Aludra ada di luar istana", ujar Antares.


"Itu memang benar Antares, tapi masalahnya, seluruh pasukan bahkan kamu yang memiliki potensi terbaik tidak dapat menemukannya. Bukankah kalian sudah mencari di semua sudut istana? Lalu menurutmu, dimana gadis itu? Apa dirinya sudah menggalih lubang di taman istana, lalu menyembunyikan diri di sana?", ujar jengkel Firaun membuat harga diri Antares sedikit tersentil.

Detik berikutnya Antares menatap sang ayah dengan tatapan tak dapat diartikan. Lelaki itu berlari keluar dengan kaki panjangnya.

Antares menghiraukan tatapan bingung dari penghuni istana yang kaget dengan dirinya yang terus berlari. Belakang perpustakaan istana adalah tujuannya. Lelaki itu sedikit memelankan langkahnya setelah sampai.


Sangat sepi, tempat itu hanya dihuni rumput ilalang dengan sebuah pohon tua yang kurang terawat. Lelaki itu mendekat, hingga langsung berhadapan dengan pohon tersebut. Tangannya mengelus sebuah ukiran di batangnya, sebuah ukiran telapak tangan kecil.


Antares berpindah mengelilingi pohon, matanya menatap dengan kening berkerut saat melihat ayunan tergeletak di bawah pohon, yang kayunya sudah patah termakan waktu.


Ia menatap ke dahan pohon, sebuah sobekan baju terlihat menggelatung di atas sana. Antares mengikuti arah sobekan itu dengan sejajar, hingga titik fokusnya langsung sampai pada sebuah sumur kering yang sudah lama ditinggalkan.

Antares menatap ke bawah, di dalam sumur tua itu. Di dalam sana, sebuah objek gadis manis sedang tidak sadarkan diri, dengan kelinci berbulu putih dipangkuannya menjadi pemandangan utamanya.






Bersambung....

Destiny Line [END]Kde žijí příběhy. Začni objevovat