Shena tidak bisa menahan senyumnya, bukan karena pembicaraan nya soal rambut tapi panggilan "na" dari Ralvin yang menurutnya sangat lucu. Hanya Ralvin yang memanggilnya dengan sebutan itu.

"Keturunan dari mama ku"

"aneh ya? aku ngerasa ga cocok banget di wajahku"

Ralvin menggeleng pelan, tangannya menyingkirkan rambut rambut kecil yang menghalangi telinga Shena "it's beauty hair, golden brown. I love it "

"you love it? really?"

Ralvin gelagapan "ya.. maksud gue bukan gue aja kali yang suka. Orang orang juga pasti suka liat rambut lo, that's common opinion"

Shena tertawa pelan, syukurlah kalau ada yang mengagumi rambut sepertinya disini.

"mama dimana sekarang?" tanya Ralvin berhubungan dengan Shena yang mengatakan kalau ini dibawa dari mamanya, membuatnya memikirkan seperti apa ibu dari perempuan ini.

Shena berhenti mengetik, bibirnya melengkung sedikit kala Ralvin menanyakan mama nya.

"She passed away"

tatapan penasaran Ralvin berubah jadi sendu menatap shena

"I'm sorry"

"It's okay" Shena mengukir senyumnya, tidak ingin membuat Ralvin merasa bersalah.

"Kakak tau istilah manusia mati meninggalkan nama? banyak orang baik yang datang ke aku setelah itu, semua karena perbuatan baik mama selama hidupnya. It's affect to me, I feel it. Ga ada yang lupa sama jasa jasa mama"

"Sampai hembusan nafas terakhir aku ingat jelas mama tetap senyum ke aku sebelum pergi"

Shena tersadar pembicaraan nya jadi deep gini.

"hehe kakak ga laper? biar aku masakin" Shena memecah suasana tadi.

Ralvin menahan Shena yang hendak berdiri
"lanjutin tugas lo, kita beli makan diluar aja."

"mau apa?" Pertanyaan Ralvin membuat Shena berpikir sejenak.

"mau martabak" Jawab shena sambil mengukir senyum manisnya.

Ingin rasanya Ralvin menarik pipi dimana lesung pipi manis perempuan ini terukir.

"tunggu ya? gue beliin"

Shena mengangguk cepat, Ralvin sempat mengacak pelan rambutnya sebelum benar benar pergi.



Malam sudah menunjuk pukul setengah sembilan. Zea kini sedang berjalan sendirian menuju halte depan, ia baru saja pulang sehabis menuntaskan kerja part time nya. Jean sudah memaksa untuk mengantar Zea pulang tapi Zea menolak, lagian Jean lagi ada urusan tapi tetep mau antar Zea. jadi Zea tolak aja, toh juga bisa pulang naik grab atau yang lain.

Padahal tujuan nya tidak jauh tapi kerasa lama karena Zea jalan pelan pelan banget. Tubuhnya lemas, ia sudah merasa ga enak badan dari pagi.

Tiba tiba sebuah mobil berhenti tepat di samping trotoar tempat ia berjalan, Zea hampir saja terhuyung kalau saja suara bel mobil itu tidak mengagetkan nya.

NIRVANAWhere stories live. Discover now