11

214 101 118
                                    

Attention‼️

Untuk Part sebelum ini, aku unpublish sementara, bakal ada revisi dan penambahan narasi dan mungkin juga adanya pergantian alur

Thanks all

Happy Reading



Zea terbaring di kasur sambil memeluk lututnya, kamarnya sangat hancur, semua barang jatuh tak sesekali rusak karena ulahnya sendiri.

zea masih setia memegang inhaler di tangannya, ia sempat kambuh barusan, pikirkan nya sangat kacau malam ini.

brengsek..

lo brengsek, sera.

Zea menjambak rambutnya sendiri, air matanya jatuh karena emosi nya.

"Zea, kamu tahu sera dapat juara kelas? papa pengen liat kamu jadi juara juga ze"

"i-iya pa, aku usahain di semester depan ya?"

"pa baju baju ini buat apa?"

"itu buat Sera.. kemarin dia menang lomba, papa ga enak ga ngasi hadiah. keluarga sera kayaknya ga ada yang ngasi hadiah jadi papa inisiatif beliin ini, gapapa kan?"

Zea yang masih kecil tersenyum "gapapa pa, Sera pasti suka"

lalu hal itu terus berlanjut, orangtuanya selalu membelikan apapun jika sera berhasil membanggakan mereka

"kenapa saya batal ikut..? saya sudah latihan dari lama bu. ibu ga berhak keluarin saya kaya gini"

"maaf zeanna, tapi gerakan sera jauh lebih bagus. kita kan sudah bicarakan, siapa yang terbaik. dia yang akan dipilih, ibu minta maaf ya, kamu juga hebat kok"

kala itu zea hanya bisa menangis perihal dirinya yang dikeluarkan dari lomba dance

"ze, kamu lihat postingan sera ga? dia cantik banget ya, kamu gamau belajar make up dari dia?

sera terdiam menatap mamanya
"aku.. ga cantik ya ma?"

"sebenarnya anak kalian aku apa sera sih?"

Zea menutup matanya dengan lengan nya, mengingat betapa mirisnya dirinya dulu. Sera selalu merebut posisinya, mengambil semua kebahagiaan nya. Se agung itukah seorang sera ? sampai tidak ada yang melihat padanya.

Zea meremas seprai kasur.

"ambil semua ser.."

"lo bisa ambil semua"

"tapi jangan semesta gue.."

Air matanya kembali jatuh, mengingat bagaimana hancur hatinya kala mendengar suara decakan ciuman, erangan menjijikan dari mulut sera, dan

Ralvin nya..

"fuck!" Zea menjatuhkan semua barang yang ada di meja samping kasurnya, kembali menangis. Malam ini menjadi malam paling jahat baginya.

Tak lama kemudian seseorang mengetuk pintu kamarnya, memanggil namanya berkali kali. Sudah jam 3 pagi, masih saja ada orang yang datang kesini.

Zea tahu siapa yang ada di luar sana, dirinya memilih tidur membelakangi pintu.

"go away, Ralvin.."

Di luar pintu, Ralvin masih mencoba membuka pintu itu, berharap perempuan nya baik baik saja di dalam sana.

"Buka Zea"

"Zeanna.."

Zea menutup telinganya, sungguh, ia tak ingin bertemu Ralvin. Pikirannya masih kacau, ia yakin Ralvin juga, ini hanya percuma jika menyelesaikan masalah nya disaat seperti ini.

NIRVANAWhere stories live. Discover now