009

31.7K 1.5K 4
                                    

"AAAA ZAURAAAA"

"Astaghfirullahalazim" Zaura geleng geleng kepala melihat tingkah kedua sahabatnya.

"Kangen banget!!!" Rara dan Nara kompak memeluk Zaura erat, Sambil mengombang ambingkan badan ke kanan dan kekiri.

"Stop!!" Suara tegas Rafka terdengar di telinga ketiga orang tersebut yang spontan membuat mereka berhenti berpelukan.

"Ck ck ck" Decakan keluar dari mulut Nara dibarengi dengan gelengan kepala.

"Sutt, Ngapain kamu?" Tanya Rara yang heran dengan Nara.

Nara bersedekap dada. "Cuma pelukan aja dikhawatirin!"

"Kalian meluk Istri Saya terlalu erat!!" Celetuk Rafka.

"Tau ah" Itu Nara yang berucap.

Zaura tersenyum tipis melihat mereka, Dirinya juga merasa senang karena dikhawatirkan Rafka. "Udah Mas, Zaura nggak papa. Jangan berlebihan gitu!"

"Iya, Sayang. Tapi ini nggak sakit kan?!"

"Astaghfirullah, Nggak ada yang sakit Mas. Rara sama Nara nggak kenceng meluknya."

Rafka mengelus pelan kepala Zaura. "Iya udah, Kamu ke ndalem sana"

Zaura menggeleng pelan. "Mau bantuin Rara sama Nara dulu" Bantah nya.

Rafka menggeleng tegas. "Nggak usah, biar yang lainnya aja"

"Gus jangan larang dong, Masa cuma bantuin nggak boleh!!" Ucap Nara.

"Barang bawaan kalian itu banyak, Saya takut Zaura nanti kelelahan!"

Nara melengos, memang bener apa yang dikatakan Rafka. Barang bawaan mereka sungguh banyak, Tidak salah kan? Barang perempuan kan tidak seperti laki laki yang sangat simpel.

"Zaura mau bantuin mereka" Ucap Zaura meminta izin. "Cuma sedikit, selebihnya nanti biar mereka sendiri yang beresin" Lanjutnya buru buru saat melihat tatapan tidak setuju dari Suaminya itu.

Rafka menghela nafas kasar. "Ya udah, Tapi bener cuma sebentar ya? Kalo udah langsung istirahat!" Ucap Rafka sambil mengusap pucuk kepala Zaura lembut.

"Huff, Gitu aja ngizininnya lama banget!" Gerutu Zaura yang dapat didengar Rara saja.

Rara geleng kepala. "Jangan gitu lah, wajar aja kalo Gus Rafka khawatir sama Zaura" Sahut Rara yang berbisik pelan.

"Ya udah, Mas pamit mau ngajar dulu"

Cup!

"Jangan kecapean, Sayang!" Setelah itu Rafka pergi meninggal kan mereka.

Nara mengela nafas pelan. "Suami Kamu posesif banget kayaknya!" Ucap Nara.

"Bukan posesif Nara, Gus Rafka cuma khawatir!" Sahut Rara menjawab Nara.

Zaura terkekeh ringan. "Kalian kalo nikah pasti ngerasain juga"

"Idih, Yang udah punya Suami mah gituu" Ucap Nara sebel.

"Udah, Ayo kekamar kalian. Keburu siang" Zaura mengabaikan ucapan Nara.

"Ayo"

Setelah itu mereka menuju kamar Ra dan Nara dengan membawa koper bawaan. Rara dan Nara membawa dua koper. Zaura membantu membawakan satu koper milik Nara.

Rara mengela nafas. "Akhirnya sampe juga, Kamar nya jauh juga ya?" Ucap Rara sambil terkekeh.

"Iya ih, Capek banget." Sahut Nara.

"Namanya juga Pondok nya nggak kecil, wajar aja kalo kamar nya jauh!" Ucap Zaura. "Udah, ini cepet beresin" Lanjutkan sambil membuka isi koper Nara.

"Rasanya ingin menghilang dari muka bumi ini, Capek sekali bestii" Gerutu Nara.

"Nggak boleh gitu, Kita harus melakukan sesuatu dengan ikhlas." Nasehat Rara.

"Hmm" Jawab Nara lesu.

Zaura juga Rara mengelengkan kepala serentak.

"Kapan Nara punya , Suami sih?" Ucap Nara.

.....

Bersambung......

Halal Bersama(Perfect Husband) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang