"Siapa Putri Aludra?", tanya Antares.

"Calon Ratu anda Pangeran", jawab sopan Advent.

"Kenapa harus saya? Kurasa ibu lupa jika dirinya mempunyai ratusan pelayan", ujar Antares.

"Saya hanya mengatakan itu, semua ada di tangan anda, kalau begitu saya izin permisi Pengeran", ujar pamit Advent dibalas anggukan dari Antares.

Setelah pintu tertutup, Antares masih menampakan wajah santai.
"Ck, ibu terlalu berlebihan menyuruhku untuk menjaganya"

Antares masih sangat tenang tanpa terganggu oleh perintah sang ibu. Tetapi setelah beberapa menit kemudian, lelaki itu berdiri dengan kesal.

"Sial, kenapa selalu tidak tenang jika tidak patuh pada ibu? Arghh"

Dengan langkah lebar, Antares keluar dari kediamannya, menyelusuri lorong penuh pilar raksasa milik kerajaan dengan wajah datar dan mimik jengkel yang mudah dibaca.

Kakinya langsung berhenti saat dari jauh ia mendengar namanya disebut-sebut. Lelaki itu menatap bertanya pada pelayan pribadi kekasihnya yang berlarian ke arahnya.

"Maaf tidak sopan Pengeran, tapi tidak ada waktu untuk sekedar menghormati huh. Jadi begini Pangeran, Ratu eh maksud saya Nona Thera tidak mau makan", ujar Sophia dalam sekali tarikan napas.

Ekspresi wajah Antares langsung berubah drastis menjadi khawatir.
"Dimana Thera sekarang?"

"Di kamarnya, Pangeran", ujar Sophia.

Tanpa berpikir panjang, Antares berlari cepat menuju tempat sang kekasih hati yang sedang membuatnya tidak tenang.

Di sisi lain kelopak mata itu mulai terbuka hingga menampakan sepasang manik abu-abu yang bersinar saat diterpa penerangan di kamar mewah itu.

"Kamu baik-baik saja Putri?"

Gadis itu langsung membuka mata penuh. Ia duduk sambil menatap aneh ke arah wanita dengan senyum manis di bibirnya, serta mahkota dikepalanya yang menjadi identitas pemiliknya.


"Siapa?", tanya bingung Aludra.

Wanita itu masih mengulum senyum, ia berdiri dari duduknya.
"Saya Ratu Felicia, Ratu kerajaan Enterain Putri Aludra"



Enterain? Itu nama yang tidak asing. Ia pernah mendengarnya dari temannya Ares. Kerajaan Enterain? Istana Enterain? Itu istana terbesar di negeri ini! Dan satu lagi, Ares pernah mengatakan padanya jika ia tinggal di istana Enterain! Dan mengabdikan hidup untuk kerajaan Enterain!



"Maaf atas ketidaksopanan para kesatria yang membawamu ke sini. Mereka tidak tahu jika mereka sedang menjemput calon Ratu. Sekali lagi maafkan atas ketidakhormatan ini Putri Aludra", ujar Ratu Felicia pagi yang sukses membuat Aludra terdiam. Ia baru ingat kejadian saat ia berpisah dari orang tuannya, dan ketakutan di dalam gerobak gelap.




"Maaf, tapi saya bukan calon Ratu seperti yang Ratu katakan, mungkin kalian salah orang. A-aku cuman anak dari seorang petani gandum", ujar ragu Aludra sambil menggaruk kepalanya. Tolong, pasti mereka salah orang. Lagipun dirinya tidak mempunyai darah bangsawan atau berasal dari keluarga yang memiliki derajat tinggi.

Ratu Felicia terkekeh.
"Orang tua angkatmu memang hanya seorang petani sayang, tetapi ayah kandungmu adalah seorang dewa sedangkan ibu kandungmu merupakan seorang putri dari kerajaan lain", ujar Ratu Felicia.



Aludra mengerjap. Apa-apaan ini? Kenapa semua tambah membingungkan?
"Maaf, tapi aku tidak paham Ratu", ringis linglung Aludra.


"Nanti kamu akan tahu, sekarang kita harus menuju meja makan", ujar Ratu Felicia.

***


"Thera"


Perempuan yang sedang memeluk lututnya di atas ranjang tersebut sama sekali tidak peduli, saat suara lembut menyapa inderanya. Pangeran Antares menghela napas, lalu mendekat ke arah gadis itu.

Ia memegang pundaknya dengan lembut, lalu tangannya terlurur mengangkat kepala sang kekasih. Lelaki itu menatap manik gelap yang memancarkan kehampaan.

"Kenapa tidak memakan makananmu Thera? Jangan memancing penyakit untuk tubuhmu", ujar Pangeran Antares.

"Aku hanya tidak lapar", ujar Thera sambil membuang muka ke arah jendela.

Lagi lagi Pangeran Antares menarik napas. Lelaki itu menatap makanan yang masih utuh di atas meja, belum tersentuh sama sekali. Antares mengambilnya, lalu duduk tepat di samping Thera.

Lelaki itu menyendokan makanan lalu mengangkatnya di udara.
"Buka mulutmu", ujar Antares.

"Aku tidak lapar", ujar Thera menolak sendok itu dengan tangannya.

"Makan Thera", ujar Antares dengan sangat sabar. Lelaki itu menurunkan sendok di tangannya, mencoba mencari cara lain.

"Bagaimana dengan beberapa suap saja? Mau ya?", ujat Antares.

Thera menatap wajah Antares yang tersenyum manis padanya, kemudian beralih pada mangkuk makanan di pangkuan kekasihnya. Tangan gadis itu dengan cepat meraih dan melempar mangkuk itu ke atas lantai hingga berserahkan dimana-mana.

Belum sempat Antares mengeluarkan suara, tubuhnya sudah dipeluk oleh Thera. Terdengar tangisan kecil yang mampu membuat lelaki itu terdiam.

"Kenapa menangis hm?", tanya pelan Antares sambil mengelus punggung gadis itu.


"Kamu akan segera menikah, dan aku? Aku hanya bisa meratapi nasib burukku. Antares, Antaresku akan menjadi milik orang lain untuk selamanya. Semua mimpiku tentang kita tidak akan pernah ada lagi, semuanya usai. A-aku tidak sanggup mendapatkan takdir ini Antares, aku sangat mencintaimu. Tidak bisakah aku saja yang menjadi Ratumu? Apa kurangku? Aku tidak terlalu buruk menjadi pendampingmu. Rasanya sakit Antares, sangat sakit. Di sini, di sini sakit sekali", bisik lirih Thera sambil menunjuk dada sebelah kirinya tepat pada jantungnya.


"Shuttt diamlah, aku sedang mencari cara untuk keluar dari semua ini. Kamu jangan menangis, aku berjanji akan akan mewujudkan mimpi itu", ujar Antares sambil melepaskan pelukan Thera, mengusap air mata gadis itu dengan mata meyakinkan.

"Sekarang kamu harus makan", ujar Antares.

"Aku mau makan bersama keluarga kerajaan"

Kegiatan Antares yang ingin mengambil nampan yang masih tersisa di atas meja terhenti. Lelaki itu menatap dengan pandangan tak terbaca pada Thera.

Mata Thera berkaca-kaca dengan sendu.
"A-aku hanya ingin melihat dan berkenalan dengan calon istrimu. T-tapi jika kamu tidak suka, maka tidak apa-apa. A-aku sadar juga posisi aku ada dimana", ujar Thera dengan senyum manisnya.

"Jangan berkata seperti itu. Ayo, kita ke meja makan sekarang", ujar Antares yang berhasil membangkitkan senyum Thera.





Bersambung.....

Destiny Line [END]Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ