GARIS 42

1.6K 176 27
                                    

SELAMAT MALAM!

MAAF BANGET, AKU BARU BISA UPDATE 🙏

PART INI 2500+ LEBIH KATA

AKU HARAP BISA GANTIIN RINDU KALIAN SELAMA SEMINGGU LEBIH AKU NGGAK UPDATE 🙏

BINTANG DAN KOMEN YAW 🌸

PART INI MENGANDUNG BANYAK RASA, JADI BERSIAP - SIAP SAJA 🙏

SELAMAT MEMBACA! 🤍

∘₊✧──────✧₊∘

╰┈➤ ❝ [LATAR BERBEDA, NAMUN SAMA]

∘₊✧──────✧₊∘

Setelah bergulat dengan pikirannya sendiri. Sosok lelaki bernama lengkap Akasa Gajendra yang hidupnya sudah penuh dengan nuansa gelap ini pun hanya bisa menghela napas kasar. Sorot matanya menjurus lurus pada laki - laki yang tengah mengatur napas di seberangnya.

"Mana kartu lo?" todong Shaka tanpa basa - basi. Lantaran sudah kesal setengah mati, niatnya kesini hanya untuk mencari biaya pengobatan sang papa. Namun, malah harus mengalami lebam di sekitar wajahnya dan perih di perutnya. "Gue minta semua."

Kalimat terakhir ini membuat Asa melotot. Tak hanya dia, ketiga lelaki yang masih menahan amarah ini pun turut mendelik tajam. "Otak lo dimana hah?! Lo minta semua, lo pikir Asa nggak butuh hidup?" ucap Juju seraya maju satu langkah.

"Kalau bego jangan dipelihara!" imbuh Galen.

Shaka menoleh, menatap. "Ssshh.. Lo bukan bagian dari keluarga Gajendra." ulangnya tajam. "Lo pikir gue juga nggak butuh hidup? Gue relain uang tabungan gue sendiri habis. Sekarang gue nggak mau tahu, uang Asa juga harus habis." imbuhnya dengan kembali memberikan tatapan tajam pada adik kandungnya ini.

Dada Asa sedikit naik turun, emosinya masih belum stabil. Netra coklatnya benar - benar menyorotkan kebencian. Lontaran kalimat yang berdenging dalam telinganya ini membuatnya semakin muak. Bagaimana bisa ada seorang kakak kandung yang menerapkan hal demikian?. Memang hanya seorang Arshaka Gajendra yang mempunyai jiwa iblis.

Tanpa berpikir panjang, Asa melangkahkan kaki untuk masuk ke dalam rumah. "Mau kemana lo?" tanya Shaka dengan nada sengak serta hendak berjalan.

Namun, Galen menarik lengan kaos milik Shaka hingga sang empunya terhuyung ke posisinya semula. "Nggak usah ikut campur sama privasinya Asa." kecamnya.

Shaka menarik dirinya dengan kasar hingga terbebas dari cekalan adik kelasnya yang selalu bersikap tak sopan padanya ini. "Harusnya gue yang ngomong gitu. Kalian semua disini nggak ada hak buat ikut campur masalah keluarga gue."

Galih yang sedari tadi menahan diri pun akhirnya memutuskan untuk melipat tangan di depan dada. Sorot matanya kini berbeda. Tidak sendu, juga tidak tajam. "Emang. Kita nggak ada hak buat ikut campur. Tapi cara kakak salah. Nggak seharusnya kakak minta dengan cara nggak beretika kayak tadi."

"Nggak beretika? Haha.." tawa renyah Shaka di akhir. "Siapa yang nggak beretika disini? Coba gue tanya. Siapa yang nggak peduli waktu bokapnya masuk rumah sakit?"

"GUE TANYA SIAPA ANJING?!"

Brak!

"Pinnya 181018. Gue nggak butuh uang haram." ujar Asa setelah melempar sebuah kartu berwarna hitam dengan kasar ke bawah.

WHITE LOVE Where stories live. Discover now