"Ehh nggak apa-apa, gue udah dijemput kok", ujar cepat Sesha.

"Beneran Ses? Lo nggak boong?", tanya ragu Sophia dibalas anggukan oleh gadis.

"Yukk", Ares langsung menarik Sophia meninggalkan Sesha yang masih berdiri di ambang pintu seorang diri, sambil memperhatikan keduanya.

"Duluan ya Ses!", ujar Sophia sambil melambaikan tangan dengan jarak yang sudah jauh.

Ares? Sesha sedikit heran dengan lelaki itu. Ares sekarang ini cuek padanya dan bersikap tidak saling kenal. Sesha hanya bisa bertanya-tanya di dalam hati saat teman kecilnya itu bersikap demikian padanya. Lihat sajalah nanti, jika Ares masih seperti itu, Sesha akan menanyakan apa kesalahannya.



Sesha berjalan keluar dari sekolah. Di sana dirinya dapat melihat mobil yang sangat familiar di matanya, sedang terparkir dengan baik. Gadis itu mengetuk kaca, hingga benda itu turun ke bawah.

"Masuk", ujar Sky dengan ekspresi tenang dan datar tentunya.

Sesha menurut. Ia segera masuk dan duduk di depan, di samping Sky yang sedang menatapnya dengan intens, membuat gadis itu gugup.

"Kenapa?", tanya Sesha.

"Lama"

Setelah mengatakan ucapan datar itu, Sky langsung menjalankan mobil mewah tersebut, membelah jalanan yang sedikit ramai namun tidak macet.

Sesha menatap bingung saat mobil yang mereka tumpangi berbelok ke persimpangan yang berbeda dari jalan arah rumahnya.

"Sky"

Masih diam.

"Sky"

"Hoii"

"Sky"

"Sky"

"Sky ck,  lo denger nggak sih?"

"Sky"

"Sky sayang"

"Kenapa?"

Sesha langsung melongo saat lelaki di sampingnya baru menyahut.

"Kita mau kemana?", tanya Sesha.

"Ada", ujar Sky.

"Hah? Apanya yang ada?", tanya Sesha.

"Ada pokoknya", sahut datar Sky.

"Dihh kalo ngomong yang lengkap", celetuk kesal gadis itu.

"Hm"

"Hm hm hm, iyain kek", tutur gemas Sesha.

"Ya"

Sesha mengerucutkan bibirnya dengan dongkol. Memang yaa bicara sama batu itu nggak bakalan ada benernya.

"Gue belum izin sama orang rumah", tutur Sesha memberitahu.

"Sudah".

Destiny Line [END]Where stories live. Discover now