Sherlock-51

Mulai dari awal
                                    

"Udahlah biarin," ujar Sky mengibaskan tangannya.

"Itu si Gamma jadi orang kedua yang Daddy blacklist jadi calon mantu. Soalnya gak gentle gak nemuin Daddy buat pamit!" seloroh pria paling tua di antara ketiganya.

Sky mendongak, menatap Prison bingung. "Orang kedua? Yang pertama siapa?"

Prison mengangkat bahunya. "Adalah, anaknya temen Daddy. Kamu juga tahu."

"Wih, siapa tuh? Diblacklist karena apa?" tanya Sky tertarik.

Prison mengusap wajah Sky dan kembali fokus pada caturnya.

"Telpon itu si Gamma, kirim peringatan."

"Kalau sama Sky gak mungkin mempan, sama lo aja," ujar Sky pada Starga.

"Telat, udah gue kirim lewat pesan tadi." Starga membalas dengan santai.

Prison tertawa. Rupanya putra pertamanya lebih gesit.

....

Bang Starga

Kalau gak mau diblacklist bawa pulang tepat waktu, gak ada satu tetes darah, lecet, apalagi air mata.

Gamma menelan slaivanya membaca pesan tersebut.

Di blacklist? Dari pelatihan? Tidak akan!

Gara-gara satu perempuan merepotkan ini Gamma jadi berurusan dengan ketuanya. Ia sampai diberi peringatan seperti ini. Huh. Benar-benar menyebalkan sekali.

"Gamma?! Kok malah main ponsel terus, sih? Makan dong!"

Gamma mengangkat wajahnya menatap Starla tajam. "Habis ini pulang!"

Starla mengernyit. "Ya, emang pulang. Janji gue'kan buat traktir makan doang."

Gamma mengangguk. "Bagus."

Starla menggelengkan kepalanya melihat tingkah aneh Gamma. Sikapnya memang selalu tidak bisa ditebak. Kadang baik, kadang sewot, terkadang juga remaja itu mengeluarkan kalimat menusuk yang selalu menyakiti lawan bicaranya. Bagian itulah yang harus Starla hindari. Gamma mode sarkas.

Kembali asik makan, menikmati chicken katsu yang ia pesan sesuai keinginannya. Ia kembali melirik ke arah Gamma merasakan pria itu sedari tadi terus menatapnya. Benar saja. Memperhatikannya seperti sedang memikirkan sesuatu.

"Kenapa?" tanya Starla seraya meraba wajahnya. "Ada sesuatu di wajah gue?"

Gamma menggeleng.

"Terus kenapa lo lihatin gue?"

Gamma diam, belum berniat mengeluarkan suaranya. Masih setia menatap manik gelap itu dengan wajah datar, menyelam, menelisik, hingga berani melontarkan pertanyaan yang membuat Starla hampir tersedak.

"Lo suka Sherlock?"

Starla melotot, meraih air putih dan menegaknya sedikit. Gamma itu selalu diam tapi sekalinya bicara membuat terkejut saja. Apa apaan itu tadi, menyukai Sherlock? Yang benar saja!

Menyapu mulutnya menggunakan tisu, matanya tiba berielana.

"Gaklah. Lo kenapa bisa nyimpulin gitu?"

Gamma mendengus. "Kalau misal lo suka, lo bego, sih."

Oke, Starla menatap Gamma sepenuhnya. Merasa mungkin ada sesuatu yang ingin pria itu sampaikan atau memberikan suatu opini. Ia memberinya ruang untuk satu itu.

"Kenapa?"

"Gak, udah cepet habisin. Habis itu balik, gue harus ke markas."

Mendengar markas, jujur Starla merindukan suasana di sana. Di mana ia tumbuh menjadi diri yang lebih fresh, dikelilingi orang-orang baik yang selalu mengiringnya ke arah positif.

SHERLOCKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang