Sherlock- 22

42.7K 4.8K 387
                                    

Tolong sebutin satu kekurangan dari cerita ini, dong. (zuzur ya)
Contoh : Alurnya lambat bgt, ngebosenin.

Biar aku bisa koreksi cerita ini hihi.

HAPPY READING!

HAPPY READING!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.....

Kaki Skala melangkah keluar dari kamar. Beberapa hari yang lalu ia sudah bisa berjalan tanpa bantuan apapun. Kini, ia diajak oleh Starga menuju suatu tempat yang belum Skala ketahui. Starga seperti merahasiakannya.

"Kak, Skala udah siap." Skala menghampiri Starga yang tengah duduk di sofa. Pria itu lantas berdiri dan tersenyum.

"Ayo," ajaknya berjalan terlebih dahulu. Skala mengikutinya dari belakang.

Sepanjang langkah yang ia pijak membuatnya sedikit kebingungan, tempat yang mereka lalui saat ini terlihat asing. Skala baru mengetahui jika di tempat ini memiliki sebuah lorong panjang yang begitu gelap, hanya ada cahaya remang. Ia mulai sedikit takut. Kemana Starga akan membawanya pergi.

Dug!

Skala meringis, mengusap keningnya yang membentur benda keras yang ternyata adalah punggung Starga. Ia tidak menyadari pria itu berhenti berjalan.

"Sakit?" tanya Starga hendak menyentuh kening Skala. Tapi Skala mencegahnya dan menggelengkan kepala. "Gak papa, kok."

Starga pada akhirnya mengangguk. "Jangan melamun," tegurnya.

"Aku cuma ngerasa asing aja sama tempat ini, makanya gak sadar kalau tadi Kakak berhenti." Skala menggaruk kepalanya tersenyum kikuk.

"Kamu emang belum pernah ke sini. Ayo, masuk." Saat pintu terbuka, Skala reflek memejamkan matanya. Di depan sana begitu menyilaukan mata.

"Buka mata kamu." Starga menepuk bahu Skala.

Begitu mata itu terbuka, hal yang pertama kali Skala lihat adalah sebuah danau, dengan jembatan di atasnya, menghubungkan menuju gedung besar yang di depannya memiliki benteng sangat tinggi.

Tempat apa itu?

"Saya tidak sengaja melihat catatan kamu di meja, m-maafkan saya kalau saya lancang." Starga berucap dengan cepat begitu menyadari Skala menatapnya tidak nyaman.

"Saya hanya membaca wishlist kamu, tidak lebih." Starga kembali menjelaskan. Skala mengangguk mempercayainya. Toh dalam buku itu Skala tidak menulis hal aneh, hanya bercerita tentang kesehariannya saja.

"Terus, itu tempat apa?" tanya Skala menunjuk ke arah gedung.

"Kamu ingin belajar bela diri?" tanya Starga dan Skala mengangguk ragu. "Di sana tempatnya."

"Saya mendirikan sebuah pelatihan beladiri."

Skala menatap gedung itu dengan lamat. Gedung yang terlihat begitu gelap, kelam, dan mencekam.

SHERLOCKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang