Sherlock-6

51.7K 5.9K 684
                                    

 HAPPY READING

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

...
HAPPY READING
...

"Gio!" Skala berteriak panik menghampiri adiknya yang terduduk memegangi tangannya.

"Kakak." Gio mendadak merubah raut wajahnya menjadi tersenyum melihat kedatangan kakaknya. Mengabaikan rasa sakit di tangannya ia menghampiri Skala.

"Kenapa bisa kayak gini?" Skala panik, gadis itu berjongkok di hadapan adiknya. Skala dapat melihat tumpahan air di samping Gio dengan sebuah panci tergeletak dengan posisi miring. Skala paham sekarang.

"Ibu nyuruh Gio rebus air?" tanya Skala yang langsung mendapat anggukan dari adiknya.

"Pas udah mendidih Gio gak sengaja nyenggol terus tumpah kena tangan Gio," ucap bocah tersebut memperlihatkan tangannya yang sudah memerah.

"Ini pasti sakit, kenapa kamu gak manggil Kakak?"

Gio menggeleng kecil. "Gio gak mau nyusahin Kakak, ibu juga pernah bilang kalau Gio harus mandiri, jangan jadi orang yang manja."

Skala menghela napasnya. "Ayo Kakak obatin dulu tangannya." Skala meraih lengan Gio yang tidak terkena tumpahan air panas. Dapat ia dengar adiknya beberapa kali meringis sambil sesekali melihat ke arahnya.

Skala paham, Gio tidak mau terlihat kesakitan di hadapannya. Adik itu menyembunyikan rasa sakitnya dan mencoba untuk terlihat baik-baik saja.

Skala mulai mengobati lengan adiknya, beberapa kali ia mendengar ringisan bocah kecil itu. Skala menggigit bibir bawahnya. Kini sekarang malah dirinya yang tiba-tiba ingin menangis.

"Lain kali kalau ibu nyuruh ke Gio kamu langsung bilang kek Kakak, ya? Biar Kakak yang kerjain."

Gio menggeleng. "Gio bisa kerjain kok, Kak Ska. Ini tadi gak sengaja aja kesenggol jadinya tumpah." Gio menatap lengannya yang sudah selesai di obati. Lalu mendongak menatap kakaknya.

"Kak Ska jangan bilang sama ibu, ya. Gio takut ibu marah lagi sama Gio." Matanya menatap penuh harap Skala.

Sekarang Skala tak bisa menahan isak tangisnya lagi. Ia menangis, air mata mulai keluar mengalir di pipinya membuat anak kecil itu terkejut.

"Kakak kok nangis?" Gio menangkup pipi kakaknya. Wajah polosnya menatap Skala terkejut.

"Kakak jangan nangis, Gio janji gak akan nakal lagi. Gio bakalan jadi anak yang baik dan penurut." Tangan mungil bocah itu mengusap pipi Skala yang basah. Hatinya ikut merasa sesak melihat kakaknya yang menangis. Tangan mungilnya kini berpindah memeluk leher Skala.

Skala terenyuh, membalas pelukan adiknya dan mengusap punggung adiknya.

"Ssh." Gio tiba-tiba meringis.

Skala dengan cepat melepas pelukan. "Kamu kenapa?" tanya Skala cemas memeriksa keadaan Gio.

Bocah kecil itu terdiam. Gio harus mencari alasan agar kakaknya tidak curiga. Skala tidak boleh tahu perihal kejadian itu. Saat di mana ibunya memukul punggung Gio hingga banyak memar di sana.

SHERLOCKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang