32. Today is the Day (2)

21 2 1
                                    

Hai, Sobat SoB👋

Apa kabar? Semoga selalu bahagia dan baik-baik saja, ya❤

Happy reading💜

✏☁💦✏

"Satu per satu hal yang tidak terduga itu muncul. Menyusun pazel yang sebelumnya pernah berantakan menjadi utuh kembali."

~Story of Brishti~

✏☁💦✏

32. Today is the Day (2)

Suasana mencekam melingkupi lorong rumah sakit. Raut panik tercetak di wajah mereka yang menunggu dengan cemas kabar dari dokter yang kini sedang menangani seorang gadis di dalam sana.

Brishti, gadis itu sudah menangis sejak insiden Ami yang melindunginya dari tembakan beberapa waktu lalu.

Ulang tahun yang diharapkan penuh kebahagiaan, nyatanya kini berubah menjadi hari yang penuh ketegangan dan kesedihan. Bahkan, hampir merenggut nyawa seseorang.

"Brishti, ayo makan dulu. Udahan, ya, nangisnya. Ami pasti nggak suka kalau lihat lo sedih terus kayak gini," tutur Ata, sedari tadi gadis berambut sebahu itu yang menenangkan Brishti.

"Gue nggak mau lo juga ikutan sakit, Bris. Lo baru aja sembuh, lo harus jaga diri lo juga," lanjut Ata.

Bohong jika Ata tidak sedih. Gadis itu hanya pandai menyembunyikannya dan mencoba kuat. Dia ingin Ami segara siuman dan baik-baik saja tentunya. Walaupun, hal itu mungkin terdengar mustahil. Karena tembakan yang mengenai Ami tepat di bagian vital gadis itu.

"Semuanya salah aku. Kalau aja Ami nggak melindungi aku, Ami pasti sekarang baik-baik aja. Dan ulang tahunnya pasti berjalan lancar. Semuanya salah aku, harusnya aku nggak datang di sana. Harusnya aku nggak mengacaukan semua. Ini salah aku, salah aku," racau Brishti, menahan isakannya yang semakin keras terdengar. Wajahnya bahkan terlihat tidak karuan karena terlalu lamanya gadis itu menangis.

"Semuanya bukan salah lo, berhenti salahin diri lo sendiri." Ata memeluk Brishti, mencoba menyalurkan ketenangan kepada gadis itu lewat pelukan.

Axel, Kaivan, Nata, Kaia, Savita dan Papa Ami juga ada di sana. Mereka semua bersedih. Apalagi Andres, dirinya bahkan tidak menyangka dalang di balik semua kekacauan ini.

Andres mendekat ke arah Brishti, duduk di sebelah Brishti dan mengusap pucuk kepala gadis itu pelan. "Ini salah Papi, maafin Papi, Brishti."

Brishti mendongak, menatap lelaki paruh baya yang pernah ditemuinya, yang menolongnya saat dia hampir kehilangan nyawa karena halusinasinya akan sosok mamanya yang telah tiada.

Dia tidak pernah menyangka, hidupnya terlalu penuh kejutan. Dan semua itu terungkap di hari ulang tahun dirinya dan Ami yang begitu mengenaskan.

Sejenak, Brishti berpikir bahwa seharusnya dia tidak hadir dalam lingkup keluarga mereka. Karena dari awal, Brishti lah yang menjadi target Kalyna, bukan Ami--- kembarannya.

Ceklek

Pintu terbuka, menampilkan sosok berjas putih di sana. Seorang lelaki paruh baya. Segera Brishti dan yang lainnya mendekat ke arah lelaki itu.

"Gimana keadaan Ami, Dok?" tanya Brishti dengan sorot penuh kekhawatiran. Jantungnya berdegup kencang, berharap kembarannya itu baik-baik saja.

"Kami mohon maaf sebelumnya. Luka bekas tembakan yang mengenai saudari Ami memang bisa disembuhkan. Tapi ...." Dokter itu menjeda kalimatnya sejenak.

"Kenapa dengan anak saya, Dok?" tanya Andres, tidak kalah khawatirnya dengan yang lain.

"Saudari Ami mengalami gagal ginjal akut. Sepertinya, penyakit ini sudah lama dan jarang diobati. Satu-satunya jalan adalah melakukan transplantasi ginjal," ucap Dokter bernama Doni itu.

Semua yang mendengar ucapan Dokter Doni terkejut. Tidak menyangka, gadis yang selalu terlihat baik-baik saja ternyata mengidap penyakit yang tidak pernah terlintas di pikiran mereka.

"Ami, anakku," ucap Andres pelan, dirinya memegangi dadanya. Terlalu kaget dengan apa yang barusan Andres dengar.

"Om, Om baik-baik aja?" tanya Brishti yang belum terbiasa akan panggilan Papi saat lelaki paruh baya itu terlihat akan jatuh. Segera Brishti memegangi tangan Andres dengan hati-hati.

"Om!" teriak orang yang ada di sana saat Andres luruh begitu saja.

✏☁💦✏

Brishti tersenyum, dia baru saja siuman usai menjalani operasi transplantasi ginjal. Ya, dia mendonorkan salah satu ginjalnya untuk Ami.

"Terima kasih, Ami. Dengan begini, aku nggak lagi berhutang nyawa dengamu. Kamu gadis baik, kamu harus tetap ada di sini. Banyak yang sayang sama kamu, Ami. Bukan seperti aku, bahkan aku rasanya nggak pantas jadi kembaran kamu."

"Sekali lagi, maafin aku, Ami," lanjut Brishti, bertepatan dengan pintu ruangannya yang terbuka.

Terlihat seseorang yang sangat dikenalinya datang, tersenyum lembut ke arah Brishti. "Pevi," ucapnya.

Setelahnya, tubuh Brishti membeku saat Kaivan tiba-tiba memeluknya erat. Mengucapkan kalimat yang membuat Brishti terharu seketika. Kalimat yang belum pernah Brishti dengar sebelumnya. "Pevi, berjanjilah buat selalu baik-baik aja. Gue akan jadi orang pertama yang akan lindungi lo mulai sekarang. Kalau sampai lo terluka lagi, gue nggak akan maafin diri gue, Pevi. Please, jangan buat gue lebih khawatir dari ini."

"Dan jangan pernah pergi lagi," lanjutnya.

✏☁💦✏

"LEPASIN GUE, BANGS*T!!" Fara berteriak terus menerus di dalam jeruji besi yang kini menjadi tempat tinggal barunya. Wajah dan penampilan gadis itu sangat berubah, tidak modis seperti biasa. Rambutnya acak-acakan dengan baju yang bahkan terdapat bercak darah dari tembakan yang belum mendapat perawatan.

"GUE NGGAK SALAH! BUKAN GUE, ITU BUKAN GUE!" ruangnya lagi, memenuhi ruangan sempit nan lembab itu.

"BERISIK! BISA DIAM, NGGAK!?" Dari jeruji sebelah, nampak seorang wanita paruh baya menatapnya tajam. Merasa begitu terganggu dengan suara Fara yang terus berteriak tidak ada habisnya.

"Suka-suka gue, lah. Emang ini penjara punya lo?" sahut Fara dengan penuh emosi.

Wanita itu menatap sinis Fara. "Dasar gila!" tekannya.

"Lo yang gila!" jawab Fara tidak mau kalah.

Perdebatan mereka tidak hanya sampai di sana. Untungnya, tempat keduanya berbeda, jika disatukan tidak akan pernah terbayang bagaimana jadinya.

Dan ya, ini semua balasan bagi apa yang telah diperbuat oleh mereka.

Fara yang ikut andil dalam kecelakaan Kaivan, penculikan Brishti dan percobaan pembunuhan terhadap Kaivan. Semuanya dia lakukan karena kebenciannya pada Brishti yang mengakibatkan banyak orang terluka bahkan hampir merenggut nyawa.

Dan Kalyna, wanita itu sudah mendapatkan balasan yang setimpal karena menjadi leader di balik semua kejadian ini sejak awal. Wanita paruh baya itu mungkin akan di hukum dengan penjara seumur hidup atau kemungkinan terburuk dijatuhi hukuman mati.

Dan Ami, gadis itu belum mengetahui tentang semua fakta itu. Tentang Kalyna dan segala hal yang telah terjadi pada maminya.

Setelah ini, mereka hanya berharap tidak ada lagi kejadian yang serupa. Dan berakhir baik-baik saja setelahnya.

✏☁💦✏

To be continue

Mau bilang apa ke Kalyna👉

Brishti👉

Ami👉

Kaivan👉

Udah, itu aja. Sampai jumpa di part selanjutnya, yaaa. Bye-byeee👋💜💜

Story of Brishti | ENDWhere stories live. Discover now