19. Pelukan Papa 👨

27 3 2
                                    

Hai, Sobat SoB👋

Udah siap untuk baca kelanjutan kisah mereka??

Happy reading Sobat SoB❤

✏☁💦✏

"Aku juga ingin merasakan bagaimana dipeluk seorang Papa."

~Brishti Pevita Khaisa~

✏☁💦✏

19. Pelukan Papa 👨

Brishti mempercepat langkahnya, dirinya ingin segera sampai di Alx Cafe, tempat yang menjadi penghasil dan penyelamat keuangannya selain pemberian dari Citra. Dia cukup terbantu, apalagi kerja paruh waktu di sana lumayan mendapatkan gaji yang lebih dari cukup. Uang sisa hasil pekerjaannya pun dia simpan untuk sewaktu-waktu dia gunakan ke depannya.

Cuaca sedikit mendung saat dia tiba di depan kafe tersebut, dia membuka pintu kafe dan langsung berjalan ke arah belakang, menganti baju seragam sekolahnya dengan seragam kafe, lalu mulai mengerjakan pekerjaannya.

Dia melakukan pekerjaan ini tanpa sepengetahuan Fara maupun Citra. Brishti berharap mereka tidak akan tahu, dan jangan sampai tahu.

Rintik hujan mulai turun saat Brishti mengantarkan satu pesanan kepada pelanggan. Hujan mengingatkannya kembali dengan sang Mama, sosok yang telah pergi jauh dan tidak akan pernah kembali lagi.

"Mama ...."

"Sayang, jangan lari-lari." Seorang wanita muda memperingati buah hati kecilnya yang berlarian menuju ke arahnya. Kedua tangannya dia rentangkan untuk menyambut anak kesayangannya.

"Mama, Pevi dapat juara 1 di kelas," ucap anak kecil itu dengan suara khasnya yang lucu. Dia tersenyum bahagia sekali, di tangannya terdapat piala kecil yang digenggamnya erat.

"Wahh ... anak Mama hebat banget. Nanti Mama belikan es krim buat Pevi, ya."

"Yeayyy, asik ...," ujar Brishti kecil kegirangan. Kedua tangannya dia angkat tinggi-tinggi, membuat sang Mama tidak bisa membendung kebahagiannya.

"Mama," panggil gadis kecil itu kembali.

"Kenapa, Sayang?"

"Pevi boleh minta hadiah lagi dari Mama?" tanyanya.

"Boleh, Sayang. Pevi mau minta apa?"

"Pevi mau ketemu sama Papa," pinta gadis kecil itu dengan mata yang menatap sang Mama dengan penuh harap.

Hati Nadia sedikit tersentuh mendengar permintaan buah hatinya, ada rasa sesak, sedih, kecewa dan rasa lainnya yang bercampur menjadi satu. Entah sudah keberapa kalinya gadis kecilnya itu meminta hal yang sama. Dan Nadia pun selalu menjawabnya dengan kalimat serupa.

"Iya, Sayang. Pevi bisa, kok, ketemu sama Papa, tapi nggak sekarang, ya," jawab Nadia dengan senyum yang terus terukir di bibirnya. Brishti kecil yang tidak terlalu paham akan ucapan sang Mama pun akhirnya hanya mengangguk pelan dengan senyum yang tercetak di bibir mungilnya.

"Sampai sekarang Pevi juga belum ketemu sama Papa, Ma," gumam Brishti pelan. Matanya masih menatap anak kecil dan seorang ibu yang duduk di salah satu kursi kafe. Hingga, sebuah suara menyadarkan dirinya ke alam nyata.

"Lo ngomong sama siapa?" tanya seorang cowok yang tidak lain adalah Axel. Tubuhnya masih terbalut dengan seragam sekolah lengkap, sepertinya dia baru saja sampai.

Story of Brishti | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang