23. Kehilangan 🕔

31 3 2
                                    

Hai, Sobat SoB👋

Story of Brishti update, yeayy❤

Happy reading semuanyaaa😊

✏☁💦✏

"Kehilangan adalah hal yang sangat menyakitkan. Tapi, percayalah, di balik itu semua pasti ada hal baik yang tidak pernah terduga. Dan aku ... sedang menanti hal baik itu."

~Story of Brishti~

✏☁💦✏

23. Kehilangan 🕔

Semilir angin berhembus pelan, menerbangkan beberapa helai rambut sebahunya yang dibiarkan terurai. Mata bulatnya menatap cahaya bulan yang bersinar indah, bulan yang seakan tersenyum padanya, hingga gadis itu pun ikut untuk membentuk garis lengkung di bibir mungilnya.

Dia duduk di kursi belajar yang langsung berhadapan dengan jendela kamarnya yang terbuka.

Senyuman itu masih terus tercetak.

"Mama, Pevi kangen Mama. Udah lama kita nggak ketemu ya, Ma? Apa Mama ada di atas sana? Apa sekarang Mama lihat Pevi? Pevi ingin ketemu Mama."

Gadis itu berbicara dalam heningnya malam, kepada langit ditemani cahaya bulan dan gemerlapnya bintang. Tidak akan pernah ada yang menjawab semua pertanyaan yang gadis itu lontarkan, yang dia dapat hanyalah kesunyian dan kehampaan.

"Setelah Mama pergi, Pevi nggak pernah baik-baik aja, Ma," lanjut gadis itu bersuara.

"Bahkan, Pevi belum menemukan Papa yang menjadi keinginan terakhir Mama. Maafkan Pevi, Ma. Maaf." Gadis itu terisak, menahan sesak dalam dadanya. Terlalu sakit kehilangan orang yang dicinta satu-satunya. Dan sampai saat ini, gadis itu belum sepenuhnya rela kehilangan mamanya.

Tidak ada yang lebih sakit, selain kehilangan orang yang dicintai selama hampir dia hidup di dunia ini. Itulah yang dirasakan Brishti, gadis dengan segala luka yang disimpannya sendiri.

✏☁💦✏

"Pevi, gimana kondisi lo? Udah baikan? Masih ada yang sakit, nggak?" Seorang cowok yang baru saja datang dari arah lapangan, langsung menyerbu Brishti dengan berbagai pertanyaan. Saat ini, keduanya sedang berjalan bersama di koridor sekolah.

Banyak pasang mata menatap mereka dengan berbagai tatapan. Ada pandangan kagum, ingin tau, jijik, kesal dan sebagainya. Tentu kalian sudah tahu beberapa pandangan itu di tujukan kepada siapa dan siapa.

"Aku baik-baik aja, Kai. Kamu nggak perlu khawatir." Gadis itu tersenyum manis. Senyum yang mampu membuat lawan bicaranya juga ikut tersenyum, termasuk Kaivan.

"Pulang sekolah sama gue, ya. Dan jangan minta gue buat nurunin lo di gang komplek kayak kemarin."

"Eh, tap--"

"Nggak ada penolakan, Pevi. Gue nggak mau terjadi hal buruk sama lo lagi."

Belum sempat Brishti mengutarakan penolakannya pada Kaivan, cowok itu telah memotong ucapannya lebih dulu. Cowok itu lalu pergi menuju kelasnya sendiri usai mengucapkan kalimat terakhirnya tadi. Kalimat yang membuat Brishti terus kepikiran hingga detik ini.

Bagaimana jika nanti Kaivan tahu dia tinggal bersama Fara? Dirinya tidak ingin Fara malu dengan keadaannya yang seperti ini? Ya Tuhan, dirinya tidak ingin Kaivan mengetahui semuanya nanti, dia tidak siap. Dia harus mengagalkan semua ini.

Story of Brishti | ENDTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon