16. Who is Ami? 🌈

21 3 4
                                    

Hai, Sobat SoB👋

Story of Brishti update, yeayy❤

Happy reading, yaaa❤❤

✏☁💦✏

"Di muka bumi ini, manusia diciptakan dengan banyak kemiripan dengan manusia lain, entah itu karakter, sikap, maupun wajah."

~Story of Brishti~

✏☁💦✏

16. Who is Ami? 🌈

Brishti duduk di depan jendela kamar, menatap lurus ke depan, berhadapan dengan kebun bunga Citra yang dirawatnya. Tangkai-tangkai dari bunga lili itu nampak bergoyang, mengikuti arah angin yang menerpa.

Hari sudah cukup sore saat dia pulang dari kafe milik Axel tadi. Seketika, Brishti tersenyum, wajahnya terlihat bahagia hari ini.

"Mulai besok aku udah bisa kerja di sana. Terima kasih Tuhan, Engkau kembali menghadirkan orang baik di sisiku. Dan aku harap selalu begitu."

Namun, kebahagianya tidak berlangsung lama. Kali ini tatapannya berubah sendu. Dia mengambil sesuatu dari dalam bajunya, dikeluarkannya sebuah benda yang tersemat di lehernya tersebut.

Digenggamnya kalung itu erat. "Mama, maafin Pevi, ya. Pevi belum cari Papa. Pevi belum bisa penuhi keinginan Mama." Setetes air mata mengalir di pipinya yang penuh luka dan bekasnya.

"Setelah Mama pergi, nggak ada orang yang sayang Pevi lagi. Nggak ada yang bisa kuatin Pevi, Ma. Tapi, sekarang Pevi bersyukur, Tuhan masih baik sama Pevi. Dia mempertemukan Pevi dengan orang baik dan mau menolong Pevi."

"Doakan Pevi ya, Ma. Semoga Pevi selalu baik-baik aja."

Dor Dor Dor

"Woi! Keluar lo, Gembel!"

Dengan cepat Brishti menghapus air matanya. Dia memasukkan kembali kalungnya ke dalam baju agar tidak terlihat orang lain. Setelahnya, dia berjalan menuju pintu kamar.

Ceklek

Plak

Sontak, dia memegangi pipinya yang terasa panas. Dirinya belum sadar jika ada darah yang keluar dari hidung mungilnya nan mancung itu.

"LO LUPA, YA? DI SINI LO ITU NUMPANG HIDUP, GEMBEL. KALAU LO LUPA, UDAH GUE INGATIN ITU SEKARANG!" Fara menekan-nekan kening Brishti dengan jari telunjuknya.

"GUE NGGAK SUKA LO ADA DI SINI."

"Fara, salah aku apa?"

"Lo masih nanya salah lo apa?" tanya Fara, tangannya menjambak rambut Brishti. "Salah lo itu karena lo masih hidup. Harusnya lo itu mati! MATI!!" tekan Fara di akhir kalimatnya.

"Hahaha .... Gue suka banget lihat muka kesakitan lo." Fara tertawa puas, masih dengan menjambak rambut Brishti.

"Fa ... ra, le ... pas! Sa ... kit!!" pinta Brishti, dia menahan rasa sakit yang kini menjalar di kepalanya.

Satu alis Fara naik. "Lepas? Mau gue lepas?"

"Nih." Dalam satu hentakan, Fara membenturkan kepala Brishti di pintu yang terbuat dari kayu jati itu.

Kepala Brishti terasa pusing, matanya mulai berkunang-kunang, darah semakin banyak keluar dari hidung dan beberapa bagian wajahnya yang terluka.

"Mati, lo!" ujar Fara, dia kemudian mendorong Brishti kuat. Setelahnya, dia pergi dari depan kamar Brishti dengan tertawa puas.

Story of Brishti | ENDWhere stories live. Discover now