28. Hari 'itu' semakin dekat 🕛

21 2 0
                                    

Hai, Sobat SoB👋

Udah siap untuk baca kelanjutan kisah mereka?

Happy reading❤

✏☁💦✏

"Hari itu semakin dekat. Hanya tinggal menunggu sesaat, bom waktu itu akan meledak."

~Story of Brishti~

✏☁💦✏

28. Hari 'itu' semakin dekat 🕛

Seorang gadis dalam balutan baju pasien tampak menggerakkan matanya. Membukanya secara perlahan, menggulirkan pandangannya ke seluruh sudut ruangan. Asing.

Ternyata aku masih hidup, batinnya.

Kepalanya terasa berdenyut. Pusing. Aroma obat-obatan pun menyeruak dalam indra penciumannya, membuatnya sedikit tidak nyaman.

Dirinya mencoba menggerakkan tubuhnya. Namun, rasa sakitlah yang dia rasa. Membuatnya mengurungkan niat untuk bergerak lagi.

Dia pun memilih untuk memejamkan matanya kembali. Mencoba mengingat kejadian yang membuatnya hingga berada di sini.

Beberapa detik kemudian, mata gadis itu terbuka lebar, sorot matanya penuh kekhawatiran dengan menggumamkan satu nama. "Nata."

✏☁💦✏

Masih dibalut seragam khas SMA Aquila lengkap, ketiganya berjalan cukup cepat di koridor rumah sakit. Menjadi pusat perhatian karena terlihat mencolok dengan seragam Aquila yang ketiganya kenakan. Hampir semua orang tahu, SMA Aquila merupakan sekolah terfavorit dan idaman para murid dan orang tua. Sayangnya, hanya orang-orang tertentu saja yang bisa berada di sana.

Ketika sudah berada di depan sebuah pintu berwarna putih. Ami pun segera memutar knop pintunya.

Ceklek

Ketiganya pun langsung masuk. Seketika, pandangan mereka langsung tertuju pada seorang gadis yang terbaring di ranjang dengan mata yang masih terpejam.

Karena mendengar suara langkah yang cukup ramai, gadis yang semula terpejam itu lalu membuka matanya. Sedikit terkejut melihat ada yang menjenguknya.

"Brishti! Lo udah siuman? Gue kangen." Ami langsung memeluk tubuh Brishti dengan hati-hati. Takut jika membuat Brishti terluka. Wajah Ami kini benar-benar bahagia, hingga tanpa sadar dia meneteskan air mata.

"Aku juga kangen kalian," sahut Brishti pelan.

Ami melepas pelukannya dan mengusap air matanya, dirinya tersenyum pada gadis yang semakin hari semakin terlihat mirip dengannya itu. "Brish, lo harus janji buat jaga diri lo sendiri. Gue nggak mau lo sakit dan terluka kayak gini lagi," pinta Ami, sorot matanya menatap Brishti penuh permohonan.

Brishti tersenyum, perasaannya menghangat. Baru kali ini dirinya menemukan orang-orang yang menyayanginya setelah kehilangan sosok Mama. Hadirnya mereka setidaknya membuat Brishti masih memiliki alasan untuk tetap hidup dan bersyukur.

"Iya, Ami. Aku bakalan baik-baik aja setelah ini," sahut Brishti, masih dengan senyum yang terus mengembang.

Mata Brishti lalu melihat ke arah Axel dan satu orang gadis di sebelahnya. Lalu menatap ke arah Ami kembali. "Kaivan sama Nata, mereka nggak ke sini, ya?" tanya Brishti.

Entah kenapa Brishti bisa menanyakan hal itu. Padahal, dirinya tidak terlalu akrab, tapi mengingat bagaimana kebaikan keduanya pada Brishti. Gadis itu entah mengapa jadi khawatir.

Story of Brishti | ENDWhere stories live. Discover now