17

9 0 0
                                    

"Stategi yang bagus, Young Girl !."

Lucius Malfoy memuji gerakan bidak catur Cassie dengan bangga. Ia sedang serius bermain catur sihir bersama dengan cucu sulungnya di balkon Malfoy Manor. Dari tempat mereka berada, terlihat pemandangan danau kecil yang membeku dan hutan pinus yang tertutup salju. Halaman manor yang luas tampak seperti permen kapas putih yang lembut.

Benteng Cassie mulai berjalan dua kotak ke depan, berhadapan dengan salah satu bidak catur hitam yang diatur oleh Lucius. Prang !! Bidak hitam itu pun hacur terlibas benteng putih milik Cassie.

"Kau menunjukkan kemajuan yang luar biasa. Apa kau sering bermain catur sihir di Hogwarts ?" Tanya Lucius. Ia mengusap-usap dagunya memikirkan bidak mana yang akan ia gerakkan.

Cassie menyandarkan tubuhnya pada punggung kursi yang dilapisi bantal yang hangat di belakangnya. Kakinya yang sedikit menggantung di atas lantai bergoyang-goyang maju mundur, terlihat kekanakan. "Aku sering bermain dengan James di ruang rekreasi, Granpa. Dia cukup hebat untuk bisa melawan Uncle Ron, ya meskipun belum pernah mengalahkannya."

Pria tua itu menegakkan kepalanya. Wajahnya yang menunjukkan statusnya sebagai penyihir darah murni yang disegani terlihat menua dengan beberapa kerutan di sudut mata dan dahi. Rambutnya yang semula berwarna pirang platina sepanjang bahu, kini mulai memutih seiring dengan usianya yang sudah tak lagi muda.

Peperangan membuatnya menua beberapa tahun lebih cepat.

"James ? Anak Harry Potter ?" Sebelah alis pirang-nya terangkat yang disambut anggukan ringan Cassie. "Hmm, tentu saja. Pasti paman Weasley-nya yang mengajarinya."

Bidak catur Cassie terlempar keluar dari arena permainan karena sepakan dari kuda Lucius. Kuda catur itu menggerakkan kedua kaki depannya dengan penuh kebanggaan.

Terdengar suara ketukan pintu yang disusul suara gesekan kayu dengan lantai. Narcissa Malfoy datang dengan anggun membawa nampan kayu di tangannya.

"Teh vanilla dan croissant." Ia meletakkan nampan berisi teko teh dan dua buah cangkir keramik serta sepiring croissant yang masih mengepul hangat di atas meja di samping papan permainan catur sihir yang sedang mereka mainkan.

Cassie berterima kasih pada sang nenek lalu mencomot sepotong croissant hangat dan memakannya perlahan. Croissant labu buatan peri rumah Malfoy Manor memang yang terbaik. Cassie menikmatinya dengan senyuman lebar.

Narcissa duduk di atas kursi kayu yang ia datangkan menggunakan mantra pemanggil dari sisi lain balkon. Wanita itu memandang halaman manor yang membentang di hadapannya.

Bangunan Malfoy Manor berdiri di atas lahan dengan luas beberapa ratus acre, mencakup dua buah danau berukuran sedang, satu danau besar, area hutan pinus di sebelah barat, hutan pohon oak di sudut selatan, dua buah bukit, perkebunan apel, beberapa taman bunga, labirin hedgerow, perternakan, dan stables lengkap dengan pacuan kuda. Oh, jangan lupakan lapangan untuk berlatih Quidditch dan polo.

Bahkan ayahnya berencana untuk membuat lapangan golf di area utara, dekat dengan perkebunan apel.

"Sepertinya kita harus menyuruh Seezy merapikan kebun tulip." gumam Narcissa Malfoy, mengamati area halaman manor yang ditumbuhi berbagai jenis tanaman bunga.

Seezy adalah salah satu peri rumah yang bekerja di Malfoy Manor. Para peri rumah sekarang diperlakukan dengan lebih baik dan layak semenjak Hermione Granger merestorasi Kementrian Sihir. Mereka lebih bersikap manusiawi pada para peri rumah dan tak pernah memberlakukan hukuman yang mengerikan lagi. Para peri rumah itu bahkan mendapatkan gaji dan jatah cuti tahunan.

"Granma, lihat ! Mereka lucu sekali."

Cassie tertawa geli melihat beberapa kelinci salju yang melompat-lompat di petak-petak bunga tulip pada salah satu sisi halaman. Mereka menggali lubang-lubang kecil di antara petakan bunga itu, menyebabkan tulip-tulip yang tumbuh terawat menjadi porak-poranda. Beberapa tangkai tercabut dari dalam tanah dan berserakan, terinjak-injak kelinci-kelinci berbulu putih itu.

The False CurseWhere stories live. Discover now