10

33 0 0
                                    

Cassie berjalan menyeberangi halaman kastil setelah mengganti jubah Quidditch-nya yang basah dengan sweater berwarna peach dan celana denim merah marun. Orang-orang yang tadinya berkerumun di tepi-tepi lapangan telah menghilang, menyisakan lapangan berumput yang sunyi. Keramaian yang tadi memenuhi lapangan Quidditch sekarang berpindah dalam Aula Besar.

Cassie berjalan seorang diri menyeberangi sisi lapangan yang paling dekat kastil menuju koridor yang mengarah ke Aula Besar ketika sebuah senyuman lebar terbit di wajahnya ketika menangkap siluet seseorang dengan rambut pirang platina yang sangat dikenalnya.

"Papa !"

Kedua kakinya berlari ke arah Draco Malfoy yang berdiri dengan jumawa di atas tangga menuju Aula Depan. Pria itu membuka kedua tangannya dan dengan sigap menangkap tubuh putri sulungnya itu yang menghambur ke arahnya.

"Tadi permainan yang luar biasa, Young Lady." Draco mengusap puncak kepala Cassie dengan lembut. Iris kelabunya - yang ia turunkan pada Cassie - berkilat memandang ke arah gadis itu dengan hangat.

Jika melihat ekspresi wajah yang ditunjukkan oleh pria paruh baya itu saat ini, pasti tidak akan ada yang menyangka jika Draco Malfoy adalah seorang mantan pelahap maut yang bisa melemparkan Kutukan Kematian lebih dari lima kali berturut-turut tanpa mengedipkan mata. Kini, semua orang mengenalnya sebagai pengusaha dan pemilik Malfoy Enterprise, sebuah perusahaan terbesar di dunia sihir sekaligus sebagai penyihir terkaya di Britania Raya. Meskipun begitu, ekspresi dingin dan kakunya masih menjadi ciri khasnya yang sulit dihilangkan.

"Papa ! Aku tak percaya kau akan menonton pertandingan pertamaku." kata Cassie antusias. Walaupun usianya sudah empat belas tahun tetapi jika berhadapan dengan ayahnya ia masih seperti anak berusia lima tahun.

Seorang anak perempuan akan selalu menjadi anak-anak di mata ayah mereka.

"Sebenarnya Papa hanya kebetulan berada di Hogwarts. Ada acara di Hogsmeade bersama dengan tim peneliti dari SpaceNott. Karena acaranya berakhir lebih cepat dari jadwal yang seharusnya, Papa memutuskan untuk mengunjungi kalian." Draco berbicara panjang lebar. Ekspresi dingin di wajahnya kembali ketika tubuhnya bergeser, memperlihatkan seorang pemuda yang tengah sibuk dengan tablet sihir di tangan.

Cassie baru menyadari bahwa sejak tadi ada seorang pria muda yang berdiri di samping ayahnya. Pemuda itu berambut hitam gelap, iris birunya ditutupi dengan kacamata tebal berbentuk kotak dan berwarna hitam metalik yang membuat pria itu terlihat cerdas sekaligus eksklusif. Tubuhnya tinggi dan sedikit berotot, terlihat dari lengan baju yang dikenakan oleh pria itu, tampak sangat pas memeluk lengan bagian atasnya. Pria itu tampak santai memakai kaos polo hitam dan celana chinos tujuh senti meter di atas mata kakinya. Tak lupa sepasang loafers hitam melengkapi penampilannya yang lebih mirip seperti seorang pemilik perusahaan start-up di dunia Muggle daripada peneliti SpaceNott.

"Papa ingin mengenalkanmu pada Tobias Nott, dia adalah ketua Perkumpulan Ilmuwan dan Peneliti Sihir Internasional. Tobias juga memimpin misi WTMX01 yang akan diluncurkan akhir tahun nanti."

Pemuda itu mengalihkan perhatiannya dari layar tabletnya yang berkerlip-kerlip di antara suasana yang gelap, perlahan mengulurkan tangannya dan berjabat tangan dengan Cassie. Nott tersenyum, wajahnya menunjukkan bahwa usianya masih sangat muda, sekitar enam belas hingga tujuh belas tahun. Dari tubuhnya tercium aroma bubuk messiu yang bercampur dengan sendalwood dan aroma asin khas pantai, sungguh perpaduan yang aneh.

"Senang berjumpa denganmu, Miss Malfoy." Tobias Nott berkata sambil menarik tangannya ke dalam saku celana. "Senang rasanya bisa melihat pertandingan quidditch di Hogwarts secara langsung."

"Tobias merupakan lulusan Institut Dumstrang." kata Draco Malfoy yang menjelaskan aksen aneh dari pria itu. "Dia adalah anak tertua dari Uncle Theo."

The False CurseOnde as histórias ganham vida. Descobre agora