Part 30 - Dia yang Lemah

Start from the beginning
                                    

Shopia sampai di depan ruang rawat Jenny di lantai dua. Ternyata ada Mia di sana dan rekan kerja lainnya. Tidak terlihat keberadaan Natha.

"Shopia, lo kenapa ada di sini? Katanya tadi nggak mau ikut ke rumah sakit." Mia menyambut kedatangan Shopia dengan wajah kaget.

"Gue berubah pikiran."

"Tapi sayang banget lo melewatkan pertunjukkan. Harusnya lo datang lebih cepat," kata Mia dengan nada suara pelan.

"Pertunjukkan apa?"

"Pak Natha tadi dipukuli sama ayah Jenny." Suara Mia semakin pelan.

"Kenapa sampai dipukul1?" Shopia ingin tahu.

"Beliau minta Pak Natha untuk nikah sama Jenny," jelas Mia.

"Tarus?"

"Tapi pak Natha bilang masih butuh waktu. Dan ayah Jenny berpikir itu sebagai penolakan yang sangat memalukan. Apalagi ditolak di depan anak-anak kantor yang datang jenguk hari ini," cerita Shopia.

"Itu hak Pak Natha untuk menolak. Okelah, mereka memang pacaran. Tapi kalau Pak Natha belum siap untuk nikah saat ini nggak bisa dipaksakan dong." Entah kenapa Shopia menggebu-gebu.

"Gue kasihan sama Jenny. Dan kasihan juga sama Pak Natha yang tadi dipukul. Pak Natha cuma diam aja tanpa perlawanan," tambah Mia.

Shopia juga sedih atas apa yang terjadi, padahal ini tidak ada hubungannya dengan dia.

Pintu ruang rawat Jenny dibuka seseorang, Natha keluar dari sana. Sejenak pandangan Shopia dan Natha bertemu. Wajah Natha terlihat jauh lebih kurus dan ada bekas pukulan yang membiru, penampilan laki-laki itu tidak serapi biasanya. Yang paling Shopia tangkap adalah mata mengantuk Natha.

Sudah berapa hati Natha tidak tidur?

Natha memutus kontak matanya dan Shopia. Ia menghela napas, lalu berjalan ke arah lorong rumah sakit yang berlawanan arah dari tempat Shopia berdiri.

Shopia ingin sekali berlari ke arah Natha.

Ingin menenangkan Natha.

Ingin mengatakan semua baik-baik saja.

Ketika kaki Shopia akan bergerak ke arah Natha tangannya terlebih dahulu dicekal seseorang. Oh ya ampun, Shopia melupakan keberadaan Arlan.

"Bukan itu tujuan lo ke sini," peringat Arlan.

Mata Shopia semakin intens menatap punggung Natha. Laki-laki itu berjalan dengan kepala menunduk. Sumpah, Shopia tidak tega melihatnya.

Natha harus baik-baik saja.

"Arlan, sekali ini aja." Shopia melepaskan genggaman Arlan.

Katakan Shopia bodoh. Ya, dia memang bodoh. Terserah kalian ingin memaki Shopia seperti apa. Tapi, perasaan sialan ini tidak dapat Shopia bendung.

Dunianya boleh hancur, tapi Natha tidak boleh.

*****

"Pak Natha." Shopia meraih tangan Natha saat berbelok di ujung lorong rumah sakit.

Natha menghempaskan genggaman Shopia. Tanpa menghiraukan perempuan itu dia lanjut melangkah.

"Pak Natha." Shopia tidak menyerah. Dia kembali menarik tangan Natha, lalu dengan gesit menghadang langkah laki-laki itu. Shopia berdiri tepat di hadapan Natha.

Tangan Shopia terulur mengusap bekas pukulan ayah Jenny yang membiru. "Ini sakit?"

"Semua orang menekan saya," lirih Natha dengan suara serak. Solah dia sedang mengadu.

Hey Stupid, I Love You!Where stories live. Discover now