Part 29 - Dia yang Tidak Ingin Kembali

10.2K 1.2K 1K
                                    

Hai, aku balik lagi. Semoga harimu senin terus ❤️

Lagi super produktif nih. Jadi kalian harus komen yg banyak juga 🥰

Spam lalala yeyeye 👉

Udah pada mandi belum?

Udah makan?

Spam nama Shopia 👉

Spam nama Jenny 👉

❌️ Awas ada typo ❌️

Happy reading 💕

Bagaimana rasanya?
Menjadi rumah bagi seseorang yang tak ingin pulang.
******

Pagi ini Shopia memulai hari dengan wajah murung. Dia berangkat kerja dengan gaya ala kadarnya. Ketika turun ke lantai satu Shopia bertemu dengan Arlan. Laki-laki itu terlihat sedang mengobrol dengan seorang perempuan yang berbeda dengan perempuan tadi malam. Perempuan berbeda, lagi.

Banyak sekali kenalan laki-laki ini.

Perempuan itu menyerahkan kunci mobil pada Arlan. Kemudian pergi menggunakan taksi online.

Shopia berjalan mendekati Arlan. "Pacar baru lagi?"

Arlan menampilkan wajah ya begitulah.

"Secepat itu lo ganti pacar?" Shopia menunjukkan ekspresi tidak percaya

Arlan mengangkat kunci mobil yang ada dalam genggamannya. "Mau gue anter?"

"Lo ganti pacar demi mobil?" Shopia kaget.

Arlan menyentil kening Shopia. Membuat perempuan itu meringis sakit.

"Lo terlalu banyak mikir," decak Arlan.

"Gimana gue nggak mikir buruk tentang lo? Tiap hari ganti cewek. Lo jenis cowok anjing atau buaya?" ceplos Shopia.

Wajah Arlan berubah masam. "Mau gue anter ke kantor nggak?"

"Nggak, terima kasih!" Shopia menekankan setiap kata yang keluar dari bibirnya.

Entahlah, Shopia merasa dia harus jaga jarak dari Arlan. Shopia ragu dengan kelakuan Arlan yang ambigu. Seberapa banyak perubahan laki-laki itu setelah sekian tahun Shopia tidak bertemu?

Bertambah baik?

Atau tambah bangsat?

"Nggak perlu sungkan." Arlan menarik lengan kiri Shopia. Membawanya ke dalam mobil.

Shopia duduk tidak tenang.

"Nggak perlu grogi," ujar Arlan sembari mengemudi.

Tidak banyak percakapan yang terjalin. Shopia lebih banyak diam, sementara Arlan sibuk dengan dunianya sendiri. Mobil bergerak melintasi ibu kota yang padat. Gedung pencakar langit memanjakan mata sepanjang jalan. Cuasa sangat cerah hari ini.

Hingga sampailah mereka di depan gedung kantor.

"Lo nggak perlu turun." Shopia merapikan diri sebelum keluar dari mobil.

"Gue mau turun," debat Arlan singkat. Dia keluar terlebih dahulu.

Shopia menghela napas sebelum bergegas. "Dasar," decaknya.

"Oh, jadi ini tempat lo kerja." Arlan menilai gedung tujuh lantai di hadapannya dengan wajah menyebalkan di mata Shopia.

"Lumayan juga," komentar Arlan.

Hey Stupid, I Love You!Where stories live. Discover now