Part 15 - Di Balik Masker

9.3K 1.3K 935
                                    

Hai aku balik lagi bareng Shopia.

Cek semangat dulu, spam lalala yeyeye 👉

Udah pada mandi belum?

Spam nama Shopia 👉

Spam nama Jenny 👉

Spam judul 👉

Happy reading ♥️ jangan lupa komen yang banyaak

Tidak ada satupun yang ku sesali.
_________

Pukul delapan malam Shopia baru sampai di rumah. Lampu rumah menyala, artinya Natha sudah pulang. Dia pulang agak terlambat karena sebelumnya Shopia cari makan di luar. Shopia trauma masak mie instant sebagai menu makan malam.

Natha keluar dari dalam kamar dengan wajah tak bersahabat. Secara penampilan dia tampak santai menggunakan kaos putih dan celana potong hitam. Ganteng sih, tapi karena dia Natha di mata Shopia jadi nyebelin.

"Dari mana kamu jam segini baru pulang?" introgasi Natha.

Tangan Shopia bergerak melepas masker yang ia kenakan. Bukan karena virus corona yang mulai melandai Shopia menggunakan masker, tapi untuk menutupi dosa-dosa di wajahnya.

"Kamarin saya bilang tidak ingin melihat wajah kamu. Pakai lagi maskernya!" suruh Natha.

Shopia memandang tak percaya. Apa harus?

"Pakai!"

Dengan gerakan ragu Shopia kembali memakai masker. Percayalah, di balik masker putih itu bibir Shopia manyun bermeter-meter.

"Malam ini teman saya akan datang. Jadi kamu jangan banyak tingkah!" peringat Natha.

"Siapa, Pak?"

"Teman saya!"

"Laki-laki atau perempuan?"

"Laki-laki!"

"Ganteng, Pak?"

Tatapan Natha semakin menajam. "Apa harus kamu tanya itu?"

"Kalau ganteng saya bisa dandan sedikit, Pak," cicit Shopia ragu-ragu.

"Saya bilang kamu jangan banyak tingkah!"

"Iya, Pak. Apa saya perlu sembunyi?"

"Terserah!" ketus Natha sembari melangkah menuju dapur.

Shopia menghela napas kuat. Siapa yang tidak sakit hati diperlakukan begini? Jelas Shopia sakit hati. Keluar dari rumah Natha sepertinya masih jauh dari harapan.

Tangan Shopia bergerak membuka m-banking miliknya. Memeriksa saldo yang tersisa dari hasil jual anting seharga tiga kali lipat. Hanya ada angka satu juta rupiah, sore tadi Shopia transfer pada orangtuanya untuk membantu pelunasan beli rumah di kampung dan biaya adiknya pindah sekolah.

Satu juta rupiah yang sangat berharga. Sebagai penghibur kemiskinannya.

"Umur udah segini, saldo rekening juga segini-gini aja," keluh Shopia.

Bel rumah Natha berbunyi. Shopia kaget dan langsung panik. Jangan-jangan teman Natha sudah datang. Tanpa berpikir panjang kaki Shopia refleks berlari menuju kamarnya sendiri.

Jantung Shopia berdetak dua kali lipat lebih cepat, bahkan tiga kali lebih cepat. Shopia menyentuh dadanya. Mungkinkah ini cinta? Eih!

Shopia menempelkan telinga di pintu kamar. Mencuri dengar apa yang terjadi di luar.

Hey Stupid, I Love You!Where stories live. Discover now