51

8 1 0
                                    

Winwin membuka pintu kamar Xiaojun dan melihat Zea yang tengah duduk sambil melamun di dalam.

"Zee—"

Zea menoleh, "Kenapa bang?"

"Kita makan dulu, mama udah pulang tuh." Jelas Winwin sambil mengajak Zea pergi keluar dari kamar Xiaojun.

"Loh ini Arin yang masak?"

Mama memperlambat kunyahan makanan yang ada di mulutnya, mencoba menerka nerka masakan yang sepertinya tak terasa aneh di lidahnya. Mama dapat merasakan jika ini sepertinya masakan Xiaojun, bukan masakan Arin.

"Itu Xiaojun sama Zea yang masak ma," Ujar Xiaojun sambil menyantap makannya.

Mama memang pulang terlambat, dan Zea disuruh pulang lebih dulu oleh mama. Sepulang dari supermarket tadi mama harus berkunjung ke rumah sakit karena salah satu kerabatnya menghubunginya dan menyuruhnya untuk datang ke rumah sakit, Makannya mama tak tahu jika yang memasak semua makanan ini adalah Zea dan Xiaojun.

"Loh kok Xiaojun sama Zea yang masak? Bukannya mama nyuruh Arin yang masak?" Heran mama sambil menatap Arin yang tengah memberi makan Kaili.

"Jari Arin kena pisau, makannya Xiaojun sama Zea ambil alih tugas dia." Jelas Xiaojun lagi dengan datar.

Di saat yang bersamaan dengan Xiaojun menjawab pertanyaan mama, Zea dan Winwin datang dan masuk ke ruang makan.

"Maaf ya ma, Arin jadinya malah gak bantuin mama masak."

"Iya gak apa apa, lain kali hati hati ya. Mama gak mau kamu luka lagi," Arin hanya tersenyum sambil mengangguk.

"Mama aaaa—" Kaili membuka mulutnya ke arah Arin, memberi perintah agar ibunya itu segera menyuapkan bubur lagi ke mulutnya.

"Halah paling cuma luka kena sayatan aja, kenapa harus lebay kayak gitu sih? Kalau males masak bilang aja kali gak usah banyak drama." Celetuk Yangyang dengan suara agak sinis.

Arin yang mendengar itu hanya diam, Kaili menatap ke arah Yangyang dengan tatapan sebal.

"Mama kaiyi tuh emang luka woh om! Kok om kayak gitu cih cama mama Kaiyi?" Protes Kaili tak terima.

"Loh emang yang om bilang itu sesuai sama kenyataannya kok, kenapa sih kamu belain mama kamu terus?" Yangyang malah kesal sendiri.

"Yang—" mata Yangyang melirik pada Winwin yang memanggilnya dengan penuh peringatan.

"Lagian kita juga gak keberatan kok bantuin mama masak, gue juga kan udah terbiasa. Jadi udahlah gak usah di permasalahin lagi, masa iya kalian ribut lagi cuma karena hal sepele?" Tanya Xiaojun yang tak mendapatkan respon apapun dari semuanya, terkecuali Yangyang yang hanya membalas delikan ke arah abangnya itu.

"Oh iya Kaili," Kaili melirik Xiaojun dengan tatapan berbinar.

"Tenapa yah?"

"Kaili mau ikut bareng ayah sama Tante Zea gak? Kita mau pergi keluar—"

Zea tersedak kecil saat Xiaojun tiba tiba menanyakan hal itu. Pergi keluar? Kenapa Xiaojun tak memberi tahunya dari awal? Bukannya mereka berdua sedang bertengkar? Kenapa Xiaojun memutuskan semua itu secara sepihak.

"Loh ki—" Xiaojun menggeleng saat Zea hendak menolak ajakannya itu. Xiaojun melakukan semua hal ini agar Zea berhenti merajuk padanya karena insiden sore tadi.

"Kaili mau ikut enggak? Nanti kita beli ice cream." Bujuk Xiaojun pada gadis kecilnya itu.

"Kaiyi mawu ikut yah, tapi mama juga ikut ya yah?" Xiaojun sempat melirik Zea sekilas.

"Loh kok sama mama sih? Dari siang kan Kaili udah main sama mama terus, jadi sekarang giliran Kaili main sama Tante dong—"

"Tapi Kaiyi mawu bayeung mama teyus—" Pinta Kaili dengan muka kecewa.

"Yaudah Kaili mainnya sama ayah sama mama aja ya? Tante gak usah ikut aja." Semua pandangan langsung tertuju pada Zea.

"Loh kok gitu si Zee? Gue kan ajak Kaili buat main bareng sama Lo bukan sama Arin."

"Loh orang Kaili nya mau sama Arin, Lo gak bisa paksa Kaili dong. Kaili maunya sama mama kan?" Tanya Zea memastikan pada Kaili.

"Heem,"

"Tuh Kaili nya aja lebih setuju kalau Lo pergi sama Arin, udah gue di rumah aja."

"Tapi kan—gue lakuin ini supaya Lo gak marah terus Zee. Lo masih marah sama gue?"

Zea menghela nafas.

"Bisa gak kalau kita gak bahas masalahnya disini?" Oke, Xiaojun pasrah untuk kali ini dia lebih memilih menyantap makanannya lagi.

Arin yang melihat Xiaojun dan Zea sudah sama sama diam pun langsung mengusap rambut Kaili lembut.

"Kaili, kamu pergi mainnya bareng Tante aja ya?" Bujuk Arin dengan lembut.

"Loh, ma. Kaiyi kan maunya cama mama." Sahut Kaili agak kecewa.

"Yang ayah bilang bener, Kaili kan dari siang udah main sama mama. Jadi sekarang giliran Kaili main sama Tante, ya? Mama juga gak bisa ikut soalnya mama kan mau bantuin nenek bikin kue—"

Kaili sedikit cemberut.

"Yaudah iya deh," Ujar Kaili agak lemas.

"Yaudah, kita ganti baju dulu yuk? Kan Kaili mau pergi—" Kaili dengan senang hati menerima pelukan dari Arin untuk di gendong ke kamar.

"Ma ponsel mama bunyi tuh," Jelas Winwin yang baru saja selesai menyimpan Piring kotor di tempat mencuci piring.

"Oh iya, siapa yang nelpon nak?" Tanya mama sambil mengemas piring kotor miliknya.

"Tante Sherly ma, tumben banget Tante Serly telpon mama?" Tanya Winwin sambil memberikan ponsel milik mamanya itu.

"Tadi suami Tante Sherly kecelakaan, makannya Tante Sherly telepon mama." Jelas Mama sambil mencoba menghubungi balik Sherly karena belum sempat panggilannya di jawab, panggilan itu sudah terputus Saja.

"Mama pergi keluar dulu ya, kalian lanjutin makan aja ya." Ucap mama ramah sambil pergi dari ruang makan.

"Gue juga ke kamar duluan ya," Sahut Winwin yang sama sama dibalas anggukan.

Kini yang masih berada di ruang makan hanya Yangyang, Xiaojun dan Zea. Mereka bertiga masih duduk dan sibuk dengan makanannya masing masing.

Xiaojun dan Zea hanya saling diam dan sesekali saling melirik satu sama lain. Yangyang yang sudah merasakan hawa tak nyaman pun lebih memilih pergi meninggalkan mereka berdua.

"Gue ke kamar duluan ya bang," Xiaojun hanya mengangguk kecil.

Dan kini yang tersisa hanyalah Zea dan Xiaojun.

"Gak seharusnya Lo paksa Kaili kayak gitu Jun—"











"Gak seharusnya Lo paksa Kaili kayak gitu Jun—"

Oops! Această imagine nu respectă Ghidul de Conținut. Pentru a continua publicarea, te rugăm să înlături imaginea sau să încarci o altă imagine.
My Mama don't like You | XiaojunUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum