16

14 3 0
                                    

"Om om ayah kapan Puyang yah?"

Kun yang tengah memotong rumput kecil di sekitar halaman rumahnya langsung melirik Kaili yang sama sama mencabuti rumput kecil sambil bertanya seperti itu.

"Om juga gak tau kapan ayah kamu pulang,"

Kun terpaksa berbohong lagi, tak ada cara lain yang bisa ia lakukan lagi selain membohongi Kaili. Kun melakukan ini juga toh agar Kaili tidak ikut ikutan terpuruk, berbohong untuk kebaikan seseorang tak terlihat sejahat itu kan?

Mendengar jawaban Kun tadi, Kaili terlihat semakin merasa sedih.

"Kaiyi udah kangwen bangeut padahal," Gerutunya dengan ekspresi sedih sambil mencabut rumput rumput kecil yang ada di hadapannya.

"Jangan sedih gitu dong, ayah kan pergi kerja dan cari uang buat Kaili juga."

"Tapi kaiyi udah kangwen bangeut om!!" Ucapnya dengan mata nanar.

Kun menggendong gadis kecil itu dan membawanya duduk di tempat yang agak teduh.

"Loh loh kok nangis sih?" Tanya Kun agak panik saat melihat Kaili meneteskan air matanya.

"Kaiyi kangwen ayah,"

Kun mengusap ubun ubun gadis kecil itu, lalu memeluknya dengan hangat.

"Iya, om tau. Nanti kita coba telepon ayah ya? Nanti Kaili tanya tuh sama ayah, kapan ayah pulang kerumah, Kaili bilang juga kalau Kaili kangen sama ayah." Kun mencoba untuk menghibur Kaili.

"Tenapa Ndak di teyepon cekalang aja om?" Kun tersenyum kecil sambil mengusap dan menyeka air mata gadis kecil itu.

"Kalau sekarang kan ayah masih sibuk kerja, jadi kita telepon ayahnya malem aja yah?" Kun mencoba membujuk Kaili.

"Yah, padahal Kaiyi pengwen teyepon ayah cekalang."

Kun tersenyum samar.

"Gimana kalau Kaili kirim voice note aja buat ayah? Jadi nanti kalau ayah udah selesai kerja dia langsung telepon Kaili."

"Boyeh tu om!!" Kaili kembali antusias saat Kun menyarankan seperti itu.

Kun terkekeh kecil saat melihat semangat Kaili yang kembali bangkit, Kun mengutak ngatik ponselnya sebentar.

"Kalau om udah hitung sampai tiga, Kaili langsung rekam suara buat  ayah ya—" Kaili mengangguk tak sabar.

"Ayo om cepet!!"

"Satu...dua...tiga—"

Kun mengangguk memberikan aba aba, Kaili mulai mendekatkan ponsel Kun ke arah bibirnya.

"Halooo ayahhh!! Ayah kapan Puyang? Kaiyi udah kangwen bangeut tawu cama ayah. Kaiyi pengwen main cama ayah, kaiyi pengwen bobo bayeung ayah, Kaiyi pengwen ayah cuapin makan kaiyi lagi. Kaiyi cedih kayau ayah pelgi kelja teyus. Kaiyi kecepian yah."

Kun tersenyum miris kala mendengar celotehan cadel Kaili.

"Ayah Janan tindalin kaiyi teyus, oh Iyah ayah tau Ndak? Om Kun beyiin kaiyi mainan balu lohh!! Iya kan om Kun?" Tanya Kaili dengan mata berbinar.

"Iya, Kaili suka sama mainannya?"

Kaili mengangguk lalu melanjutkan merekam suaranya lagi.

"Kaiyi cuka bangeut cama mainan yang dibeyiin om Kun! Kaiyi juga celing main baleng om Kun cama om ayang jugwa. Kaili juga pengwen coba main mainannya cama ayah, tapi ayahnya kelja teyus."

"Kun—"

Kun menoleh ke arah belakang, di sana ada mamanya yang memanggilnya di ambang pintu.

"Kenapa ma?"

My Mama don't like You | XiaojunWhere stories live. Discover now