Sherlock-47

Mulai dari awal
                                    

Pukulan itu, tamparan keras, tendangan kuat hingga bantingan pada tubuh ramping yang sudah rapuh. Resume masih mengingat semuanya dengan jelas. Sikap terakhir yang ayahnya berikan pada Resume sebelum ia lempar ke tempat yang awalnya Resume kira memuakan. Namun, pada akhirnya tempat itu adalah tempat ternyaman yang ia rasakan setelah ibunya. Memberikan kenyamanan yang khas, mengajarkan bahwa seluruh manusia memiliki kehidupan masing-masing, memiliki masalah di dalamnya, rasa sakit dan berlomba mencari kebahagiaan untuk mengobati segalanya. Ya, panti asuhan.

"Nak Resume?"

Panggilan itu membuat Resume tersadar. Menghapus sisa air mata yang masih mengenang, lalu mendongak untuk melihat pelaku yang memanggil namanya.

"Eh, Om?" sapa Resume terkejut dan segera bangkit. Mencium punggung tangan pria tersebut.

"Kenapa di sini? Tidak menemui Sherlock seperti yang lain?"

Resume menatap ayah dari ketuanya itu dengan senyum canggung. "Resume nunggu giliran aja. Kasihan kalo Leon ditinggal sendirian, Om."

Earth, pria itu tersenyum. Mengusap kepala Resume. "Sana, kamu temuin mereka. Biar Om yang nunggu Leon di sini."

Resume terkesiap. "Eh jangan, Om. Biar Resume aja. Om Earth kelihatanya mau pulang? Atau mau ke kantin?"

"Saya keluar karena ngasih ruang buat mereka ngobrol sama Sherlock. Gak enak kayaknya pria tua kayak saya nyempil di tengah-tengah remaja begitu."

Resume terkekeh pelan mendengar jawaban Earth barusan. Matanya lalu mengedar mencari seseorang.

"Yoana dan suaminya sudah pulang, Sharing katanya menangis."

Seolah tahu apa yang Resume cari, Earth memberikan jawaban tepat sasaran. Membuat Resume menatap pria dewasa itu tidak enak hati.

Mendapat tatapan seperti itu Earth terkekeh. "Sudah sana, kamu gabung sama yang lain. Biar saya nunggu di sini, sekalian nunggu asisten saya bawain makanan."

"Beneran gak papa, Om?"

"Astaga, sudah sana." Earth mendorong pelan Resume untuk segera pergi.

"Kalo gitu Resume ke ruangan Sherlock, ya, Om. Makasih banyak, loh. Nanti kalau Om bosen hubungi Resume aja. Eh, tapi ponsel Resume gak tahu ke mana. Duh, Om lihat ponsel Resume gak?"

Lah?

Earth tertawa pelan melihat tingkah Resume yang kini sibuk mencari keberadaan ponselnya.

"Nanti saya bantu cari, sudah sana. Ini saya capek loh nyuruh kamu dari tadi kamunya gak pergi pergi." Earth berujar dengan nada bercanda.

Resume menyengir, menganggukkan kepala dan bergegas pamit menuju ruang Sherlock.

Earth duduk di sana, meraih ponsel untuk menghubungi temannya. Tak butuh waktu lama, panggilan pertama langsung terangkat oleh penerima.

"Halo? Kenapa Earth?"

"Bagaimana situasi di sana?"

"Sudah saya atasi."

"Syukurlah."

"Saya ingin bertanya."

"Ya?"

"Apa putra kamu memiliki tujuan lain?"

Earth terdiam. Menghela napasnya sejenak. "Oryza sudah banyak melakukan kesalahan. Selain beroperasi dengan barang tersebut, ia melakukan banyak penggelapan di berbagai perusahaan. Salah satunya perusahaan milik saya."

"Ya, saya juga ada di antara salah satu itu."

Earth terkekeh, hanya sebentar. Karena setelahnya ia kembali dengan raut datar. "Dia juga membunuh putri keduanya. Masih kecil, sangat kecil."

SHERLOCKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang