=61= Pelabuhan

1.3K 298 18
                                    

"Ma .. ma ... Mamamam." balita itu terus memainkan mainan di tangannya. Sesekali ia tertawa saat mainan itu berbunyi.

"Ano ..."

Naoto sweatdrop. Mainan di tangannya ia bunyikan agar balita itu terhibur.

Kini ia tengah menggantikan (Nama) menggendong putri perempuan itu, sementara dia dan Takemichi duduk agak jauh.

"Jaga dia jangan sampai nangis ya," ucap (Nama) melambaikan tangannya. Perempuan itu tertawa keras saat Naoto tak sanggup menjawab, hanya suara putri (Nama) yang terdengar senang ketika melihat ibunya melambaikan tangan.

"(Surname)-san... kejam sekali," gumam Naoto.

Beralih pada (Nama) dan Takemichi yang duduk tak jauh dari sisi pelabuhan. Di hadapan luasnya lautan yang dalam, keduanya terdiam sambil memikirkan apa yang hendak mereka ucapkan.

Takemichi mencuri pandang pada sosok dewasa dari gadis cilik yang dulu selalu mendukungnya. Orang yang membantunya untuk menyelamatkan teman-teman di masa lalu.

Juga sosok mengerikan dari pembunuh bayaran Touman, juga senpai yang ia hormati.

"Sudah lama sekali ya ..."

"Ah?" Takemichi tersentak ketika (Nama) menatap balik dirinya. Sepasang netra (e/c) itu berkilat sedih ketika mengatakan kalimat tersebut. " ... itu ... benar. Sudah lama sekali."

Padahal, hanya butuh beberapa menit bagi Takemichi untuk sampai ke masa ini dari masa lalu. Namun, waktu yang dibutuhkan (Nama) adalah dua belas tahun untuk bisa bertemu dengan Takemichi saat ini.

(Nama) tertawa. "Pembohong. Kau baru tiba kemari pagi tadi kan? Kau pikir aku percaya kalau kau bilang sudah lama?"

Takemichi ikut terkekeh kecil. "Habisnya, kau terlihat sedih saat mengatakannya, (Nama)-san. Aku tidak tega menyangkalnya."

Takemichi ikut diam saat tak ada jawaban dari perempuan di sampingnya. Suara burung di langit berkoak-koak, pulang ke sarang saat langit mulai menunjukkan jingganya.

"Ini pertama kalinya kita bertemu di masa depan, (Nama)-san." Takemichi menatap pemandangan di depannya. "Banyak hal terjadi selama ini. Bahkan di linimasa terbaru, linimasa yang aku pikir akan baik-baik saja ..."

(Nama) melirik tangan pemuda di sisinya. Takemichi mengepalkan tangannya di atas lutut. Surai hitamnya bergerak kala si empunya bergetar. Sekali lagi pemuda tersebut terisak. "Banyak hal ... sudah terjadi. Kematian teman-teman kita.. juga Mikey-kun yang ... membunuhnya."

Takemichi tak mampu melanjutkan kalimatnya. Ia membungkuk, menyembunyikan wajah di lipatan lengan.

(Nama) pun tak bersuara. Perempuan itu menepuk lembut punggung Takemichi.

"Aku bingung." Takemichi mengusap airmatanya. "Aku putus asa. Aku tidak tahu apa-apa lagi yang harus aku lakukan. Semuanya sudah aku coba, tetapi kenapa masa depan selalu berakhir sama?"

"Tolong beritahu aku, (Nama)-san." Takemichi menatap mata (Nama) dengan matanya yang masih basah.

Helaan napas keluar dari mulut (Nama). "Aku tidak bisa bercerita banyak, Hanamicchi." sepasang mata (e/c) itu menatap langit di atasnya. "Aku pun tidak tahu banyak tentang apa yang terjadi. Bertahun-tahun, selama ini, aku terus kabur dari genggaman Touman."

Takemichi mendengarkan dengan seksama.

"Aku pikir insiden Malam Natal adalah yang terakhir. Ternyata setelah itu ada bencana lain yang lebih mengerikan," ucap (Nama). Perempuan itu merasa kesemutan pada kakinya. "Aku menyesal. Seharusnya aku tidak melakukan kesalahan fatal ini di masa lalu."

𝙁𝙇𝙊𝙒 2 [Tokyo Revengers] -𝚅𝙴𝚁𝚈 𝚂𝙻𝙾𝚆 𝚄𝙿-Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin