"Onee-chan, ini ditaruh di mana?" sosok manis Luna membawa sebuah pot bunga kecil di tangannya. Di belakang bocah itu, Mana juga tengah membantu memindah beberapa barang di rumah (Nama).
"Taruh saja di halaman, Luna-chan.. terimakasih yaa." (Nama) tersenyum lebar sambil menepuk puncak kepala dua adiknya.
"Ha'i!" jawab keduanya bersamaan dengan lucu. Aduh, meleyot hati (Nama) saat ini.
(Nama) menatapi dua bocah yang tengah rajin membantunya dengan perasaan hangat. Hari ini Mitsuya menitipkan dua adiknya sementara di rumah (Nama) di Shinjuku. Mitsuya sendiri akan datang sorenya setelah urusannya selesai.
Gadis itu menghela napas lega.
Sudah beberapa hari berlalu setelah ia dibebaskan dari juvie. Kasus terbunuhnya One atau Ichiro oleh (Nama) dialihkan menjadi pengupayaan perlindungan diri. Lagipula, kenyataan bahwa Ichiro telah membunuh Sanjiro menjadikan hal keluarnya (Nama) lebih mudah.
(Nama) tersenyum sambil membereskan sofa. Gadis itu bersenandung kecil sambil melempar bantal ke sofa satunya dan--
Buk
"Ah, sial, siapa yang melempar bantal sih!" sosok berambut pirang dan cyan itu mengusap rambutnya. Mata sipit karena kantuk itu menatap pada (Nama), satu-satunya orang yang ada di sisinya. Perempatan imajiner tercetak di dahi Rindou. "Kau mau mati hah? Kenapa kau melemparkannya padaku!"
(Nama) yang tengah dalam suasana hati yang baik justru tambah tersenyum lebar, tetapi tangannya mengambil bantal sofa dan kembali melempar Rindou. "Ah, maaf, aku tidak sengaja. Kau ini hanya menumpang jadi lebih baik ikut aku membersihkan rumah."
"Akh! Hei! Hentikan! Oi!" Rindou menutupi wajahnya ketika melihat (Nama) mulai mengambil barang-barang di atas meja seperti buku, pulpen, dan vas bunga--
"Setidaknya jangan sambil senyum dong! Tidak cocok tau!" Rindou mengambil bantal dan membalas melempar sang gadis. "Anikii!"
"Dasar Rindou perusak suasana!" tambah (Nama) dengan senyum mengerikan. "Pengadu! Dasar! Pemalas!"
Rindou melempar bantal begitu pula dengan (Nama). Ketika Rindou memanggil kakaknya, (Nama) juga ikut. "Nii-chaaaaan!"
Mendengar hal itu, tangan Rindou berhenti.
"Siapa Nii-chanmu?" Rindou menyipit matanya sebal. Apalagi melihat wajah (Nama) yang dengan tidak berdosa hendak melempar kursi padanya."Hm? Ran." jawab gadis itu pendek.
Perempatan imajiner makin banyak di dahi Rindou. "Aniki!"
"Nii-chan!"
"Aniki!"
"Nii-chan!"
"Aniki! Nii-chan!"
Padahal sosok yang disebut itu masih memegang gulingnya, berjalan dengan mata setengah terpejam. Pintu kamar terbuka lebar dengan aura gelap mengelilingi ruangan itu.
"Jangan berisik, bocah!" Ran mengeluarkan ekspresi terganggu yang mengerikan. Ditambah efek asap hitam di belakangnya.
Sontak (Nama) dan Rindou membatu. "S-sumimasen deshita." (Nama) membungkuk dengan dramatis. "Maaf mengganggu. Silakan beristirahat kembali."
Ran yang masih mengerutkan dahinya sebal menangkap dua sosok kecil yang baru masuk setelah meletakkan pot bunga.
Mana dan Luna terkejut akan aura mengerikan dari Ran, jadi keduanya langsung lari bersembunyi di balik punggung (Nama).
"Adik Mitsuya? Sejak kapan mereka di sini?" Ran melangkah maju dan duduk di sofa.
(Nama) menenangkan Mana dan Luna, lalu kembali merapikan keributan tadi. "Belum lama. Takacchi menitipkan mereka berhubung masih liburan sekolah. Mereka juga membantuku membereskan rumah, tidak seperti dua orang lain," ejek (Nama).
YOU ARE READING
𝙁𝙇𝙊𝙒 2 [Tokyo Revengers] -𝚅𝙴𝚁𝚈 𝚂𝙻𝙾𝚆 𝚄𝙿-
Fanfiction"𝐂𝐄𝐑𝐈𝐓𝐀 𝐘𝐀𝐍𝐆 𝐒𝐄𝐁𝐄𝐍𝐀𝐑𝐍𝐘𝐀 𝐁𝐀𝐑𝐔 𝐀𝐊𝐀𝐍 𝐃𝐈𝐌𝐔𝐋𝐀𝐈. 𝐊𝐀𝐋𝐈 𝐈𝐍𝐈 𝐀𝐊𝐔 𝐓𝐀𝐊 𝐀𝐊𝐀𝐍 𝐋𝐀𝐆𝐈 𝐁𝐄𝐑𝐃𝐈𝐑𝐈 𝐃𝐈 𝐒𝐈𝐒𝐈 𝐊𝐄𝐁𝐀𝐈𝐊𝐀𝐍." ▄▄▄▄▄▄▄▄▄▄▄▄▄▄▄▄▄▄▄ °°•• Diharap baca Flow TR yang seri pertama untuk menge...