=35= A Regret

2.3K 552 143
                                    

*sorry for typos and etc 🙏

***

Duk duk duk

Sosok dengan kacamata itu menggedor pintu berkali-kali. Nampan berisi makanan di tangannya ikut bergetar saat sang empu kembali menggerakkan tangannya agar pintu terbuka.

"Tetra!"

Deux mengetatkan rahangnya ketika tak kunjung mendengar jawaban dari sang adik. "Berhenti mengurung dirimu. Aku sudah mendapat info kalau Ane-ue sudah melewati masa kritisnya."

Ia terus menggedor pintu kamar sang adik. Semarah dan sebenci apapun Deux pada Tetra karena pemuda itu melukai (Nama) serta menghancurkan rencana mereka, ia tidak tega membiarkan Tetra tenggelam dalam lautan sendu terus-menerus.

"Tetra!" panggil Deux lagi.

Ini adalah tiga hari sejak insiden natal yang mereka jalankan. Sudah tiga hari juga sejak (Nama) tertembak dan mereka kabur menjadi buronan polisi.

Deux menggunakan kekuatan sumber informasinya untuk mengetahui keadaan (Nama). Sayangnya ia dan Tetra tidak bisa mendatangi rumah sakit yang merawat sang gadis langsung, karena selain sudah menjadi buronan, kakak mereka, One juga turut andil dalam pencarian keduanya.

One dan Penta. Walau adik sulung mereka masih umur belasan tahun, Penta dapat mengimbangi dan menyetabilkan kekosongan Deux di kantor mereka ketika ia tiba-tiba menghilang. Penta tidak dapat diremehkan.

Kakak sulungnya juga begitu. Walau Deux dan One kembar, mereka adalah pribadi yang sangat berbeda bagai dua sisi mata koin.

Deux mengepalkan tangannya.

Mereka dalam bahaya yang nyata.

"TETRA! BUKA PINTUNYA!"

Deux kembali menggedor pintu tersebut. Kepalang kesal, pemuda itu melayangkan tendangannya ke arah pintu, sehingga pintu tersebut langsung terbuka dengan kasar.

Bagian dalam kamar sangat gelap, padahal ini masih jam 2 siang. Sepertinya Tetra tidak membuka jendela kamarnya sama sekali.

"Tetra," panggil Deux. Ia meletakkan nampan ke atas meja kerja Tetra. Pandangan mata pemuda itu masih membiasakan diri dengan kegelapan. Ia mencari sosok sang adik.

Ketemu. Pemuda itu tengah duduk di sudut kamar. Menunduk sambil membekap erat tubuhnya sendiri.

Deux meringis melihat itu. Sudah beberapa hari ini Tetra menolak memperlihatkan dirinya. Bahkan sekedar untuk makan, jika Deux tidak mengantarkannya, maka pemuda itu tidak akan mengisi perutnya sedikitpun.

Menghela napas panjang, Deux menyugar rambutnya. Ia berjalan pelan mendekati sang adik dan berjongkok di depannya.

Merasa ada yang mendekat, Tetra mengangkat wajahnya.

"Deux-nii ..."

Deux menyentuh kedua sisi wajah Tetra dan mengarahkan untuk menatap matanya. "Lihat dirimu. Kau sangat berantakan saat ini."

Tetra mengerjap. Tak lama, cairan bening terbendung di sepasang netra merah pemuda itu. "Deux-nii ..."

Entah sudah berapa kali Tetra menangis sejak hari itu. "Aku tidak bisa melupakan pemandangan (Nama)-neechan hari itu.. Deux-nii ... bagaimana ini."

Ketika pemuda itu kembali tenggelam dalam kesedihan dan tangisan sesenggukannya, Deux hanya menatap miris. "Cukup, Tetra. Ane-ue tidak apa-apa sekarang. Masa kritisnya sudah lewat dan menurut dokter dia akan sadar dalam beberapa hari."

𝙁𝙇𝙊𝙒 2 [Tokyo Revengers] -𝚅𝙴𝚁𝚈 𝚂𝙻𝙾𝚆 𝚄𝙿-Where stories live. Discover now