=27= Lonely Little Killer

2.1K 636 164
                                    

"Aku ini seorang pembunuh."

Mitsuya sendiri tidak ingat bagaimana akhirnya kini ia berbaring di atas kasur, menunggu malam semakin larut dan waktunya untuk terlelap tidur.

Setelah mendengar cerita (Nama), jiwa dan raga Mitsuya bergetar penuh emosi.

Takut.

Bagaimana mungkin ibunya memasukkan seseorang seperti (Nama) ke rumah ini. Dan bagaimana bisa Mitsuya serta kedua adik kecilnya tenang-tenang saja berada di satu atap yang sama dengannya.

Perut Mitsuya bergejolak, seolah makan malam yang dibuat ibunya tadi minta dikeluarkan.

"Mual ...," bisik Mitsuya berkali-kali menahan hasratnya memuntahkan isi perutnya

Netra keunguan itu menatap langit-langit kamarnya yang gelap. Lampu baru dimatikan beberapa menit lalu dan penglihatan Mitsuya masih mencoba beradaptasi.

Tangan bocah itu ia gunakan untuk menutup matanya yang tiba-tiba lelah.

Ia memutar ingatannya tentang pembicaraannya dengan (Nama) sore tadi.

"Mitsuya-kun, apa kau tahu jika yang menyebabkan ayahku masuk penjara dan ibuku bunuh diri adalah aku sendiri, anaknya?"

Mitsuya menelan ludahnya ketika dirasa tenggorokannya kering. Tangan Mitsuya yang berada di atas kepalanya bergetar. Rasa takut yang tipis itu kembali menyusup ke hatinya.

"Sialan ..," bisik bocah itu. Bukannya melupakan pembicaraan tadi, kini suara (Nama) malah berputar di kepalanya. Seolah menolak untuk dilupakan.

.
.

***

.
.
Sore hari. Langit jingga dan embusan angin membawakan aroma lembayung senja yang hangat. Berbanding dengan suasana damai tersebut, seorang bocah laki-laki tengah dalam keterkejutan akibat informasi yang barus saja dia terima.

"Ibuku pernah diperk*sa oleh atasan ayahku saat kami sekeluarga menghadiri pesta yang diadakan perusahan Ayah." (Nama) membasahi bibirnya dan mengeratkan pelukannya pada leher Mitsuya.

Gadis cilik itu berbicara sedikit pelan, berbisik ke telinga kiri Mitsuya agar bocah tersebut mendengarkannya dengan jelas. Tangan (Nama) makin erat melingkar pada leher Mitsuya, seolah mencengkeramnya.

"Ayahku tidak tahu karena ibu merahasiakannya...."

Dari balik punggung Mitsuya, bibir (Nama) bergetar. Sepasang netra (e/c) menatap nyalang lurus ke depan.

"Tapi aku melihatnya."

Dapat (Nama) rasakan Mitsuya membeku. Kakinya memang terus melangkah, tapi otak dan pikiran bocah laki-laki itu sudah tertuju pada (Nama) seluruhnya.

"Teriakan ibuku ketika tangan si brengsek itu menjelajah tubuhnya. Aku tidak tahu apa yang terjadi, tetapi satu yang kuingat, saat tersadar aku sudah menusuk punggung si brengsek itu dengan pecahan vas bunga yang ada di ujung ruangan."

"Semua terjadi begitu cepat," sambung (Nama) memainkan helaian perak surai Mitsuya dengan jarinya. "Ayah masuk penjara karena menggantikanku dan mengakui kesalahan yang bahkan tidak pernah dia lakukan. Ibuku stres. Dia dirundung di tempat kerjanya karena itu."

Gadis itu melirik ke sisi lain. Bayangan keluarga kecil bahagia miliknya sudah musnah hari itu. "Hingga akhirnya hari itu datang. Hari dimana ibuku hamil, tapi sayangnya aku dan ibuku tidak menganggap janin itu ada sama sekali."

"Di hari ulang tahun Ibuku, hadiah yang sudah kupersiapkan dengan apik jadi sia-sia.

"Saat dia bunuh diri dengan menggantung lehernya."

𝙁𝙇𝙊𝙒 2 [Tokyo Revengers] -𝚅𝙴𝚁𝚈 𝚂𝙻𝙾𝚆 𝚄𝙿-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang