=40= An Obsession (2)

1.9K 465 7
                                    

One masih ingat dengan jelas, hari ketika mereka memutuskan untuk menyerahkan hidup dan harga diri pada seorang (Surname) (Nama).

"Sambut tanganku jika kalian ingin mengubah hidup kalian."

One dan Deux saling berpandangan sejenak. Sosok Tetra dan Penta bersembunyi di belakang tubuh kedua kakaknya, tetapi Penta sendiri terlihat sesekali tersenyum pada (Nama).

Di siang itu, ketika empat bersaudara tersebut tengah menjalani sesi pembelajaran keluarga besar bersama sanak-saudara orangtua angkat mereka. Tak disangka, keempatnya dirundung oleh semua pihak.

(Nama) yang memang sudah menargetkan empat bersaudara tersebut, mengikuti mereka sejauh ini. Demi menuntaskan sebuah dendam.

One menatap tangan (Nama) dan sepasang netra (e/c) itu bergantian. Meneguk ludahnya ragu. "Apa yang bisa kau lakukan memangnya? Kau pikir aku bodoh hanya dengan menyerahkannya padamu, maka masalah kami akan selesai?"

"Ichi," Deux menyikut One. Ia juga ikut menatap (Nama). Jelas gadis itu lebih muda dari mereka berdua, mungkin umur sekitar 10 atau 11 tahun, sementara mereka 13 tahun. Apa yang bisa dilakukan bocah kecil ini?

(Nama) bergeming. Ia menaikkan alisnya. "Yah, aku tidak memaksa sih. Toh, aku juga punya rencana B." bocah perempuan itu menurunkan tangan.

"Lagipula, kau menyusul kami sejauh ini hanya untuk menawarkan kesepakatan yang tidak pasti? Kau ini gila ya?" kini giliran Deux yang bicara.

Penta tersentak. "Ichi-nii, Shio-nii, jangan bicara begitu pada Nee-chan! Nee-chan adalah orang baik. Dia bahkan menolongku dari---"

"Diam, Shinju," potong One tegas, membuat bocah 6 tahun itu terdiam lalu menunduk.

(Nama) menghela napas. "Jangan membentak adikmu. Dia sudah cukup kenyang dengan perlakuan dari orangtua angkat kalian."

Mendengar hal itu, One tersentak. Bocah laki-laki tersebut langsung menatap Penta yang masih menunduk. "A-aku ... Maafkan aku, Shinju... " sebelah tangannya meraih pundak sang adik lembut.

Shinju mengangguk dan memeluk One erat.

Namun, kebersamaan mereka hanya sebentar. Tak berapa lama terdengar suara sanak-saudara yang sudah merundung keempatnya tengah mendekat. (Nama) langsung berlari dan bersembunyi dari balik pohon.

"Hah! Ini dia empat anak sialan itu!"

Salah satu dari mereka menunjuk ke arah One dan Deux dengan wajah sinis. Totalnya ada sembilan orang. Mereka berdiri mengelilingi empat bersaudara tersebut.

Setelah memaki mereka, keempatnya berakhir digeroyok. Empat lawan sembilan, tentu One beserta ketiga adiknya akan kalah, apalagi Penta masih kecil dan Tetra masih terluka setelah kejadian tempo hari.

(Nama) berdiri, bersedekap dengan punggung menyender pohon. Tatapan netra (e/c) nya terarah pada Penta dan Tetra yang menangisi keadaan kedua kakaknya. One dan Deux tentu lebam parah dengan darah serta tanah di sana-sini.

Menaikkan alis, (Nama) kembali mengulurkan tangannya.

"Masih belum terlambat," ucap gadis itu.

Di mata One dan Deux, saat ini di hadapan keempatnya nampak (Nama) yang berdiri membelakangi sinar matahari.

Sosoknya terlihat bersinar apik dengan sebelah tangan terulur ke arah mereka.

Menanti.

Mengetatkan rahangnya, One ingin kembali menolak, tetapi Deux menyentuh tangannya.

Deux tahu One akan menolaknya. (Nama) adalah orang asing, tentu dia tidak akan mengerti penderitaan keempatnya, begitu pikir One.

"Ichi. Lihat adik-adik kita." suara Deux memasuki gendang telinga One.

𝙁𝙇𝙊𝙒 2 [Tokyo Revengers] -𝚅𝙴𝚁𝚈 𝚂𝙻𝙾𝚆 𝚄𝙿-Where stories live. Discover now